Liputan6.com, Manila - Topan Filipina begitu kuat menerjang salah satu bagian negara itu saat Hari Natal. Topan menewaskan sedikitnya empat orang dan menghancurkan rumah-rumah warga.
"Topan menghantam wilayah padat penduduk di dekat Manila pada hari Senin dengan angin sedikit melemah, tapi masih cukup kuat," kata para pejabat seperti dikutip dari New York Times, Senin (26/12/2016).
Topan Filipina, Nock-Ten, dilaporkan memutus listrik di lima provinsi saat puncak perayaan Natal. Puluhan ribu penduduk desa dan wisatawan pun mau tak mau mengungsi dari negara Katolik terbesar di Asia itu.
Advertisement
"Seorang petani tewas akibat tertimpa pohon tumbang di Provinsi Quezon. Tiga korban sisanya, termasuk pasangan yang tersapu oleh banjir bandang, meninggal di Provinsi Albay, tenggara Manila--setelah topan menerjang Provinsi Casiguran pada Minggu, 25 Desember 2016 malam," tutur polisi.
Nock-Ten, yang juga dikenal sebagai Nina, kemudian bertiup ke arah barat melintasi pegunungan dan provinsi kepulauan itu. Topan merusak rumah, menumbangkan pohon, dan memutus saluran komunikasi.
Meskipun telah sedikit melemah, topan masih memiliki angin dengan kecepatan hingga 130 kilometer (80 mil) per jam dan embusan 215 kph (133 mph). Badan prakiraan cuaca pemerintah mengatakan topan itu akan melintasi provinsi-provinsi padat penduduk Batangas dan Cavite, selatan Manila, pada Senin pagi.
Topan itu diperkirakan keluar dari Laut Cina Selatan di penghujung hari.
Kapal Tenggelam
Sebuah kapal kargo yang mulai tenggelam dengan jumlah awak yang tak jelas dilaporkan meminta bantuan di Batangas.
Sementara kapal yang lainnya kandas dan berbalik arah ke Provinsi Mabini, demikian disampaikan penjaga pantai setempat. Lalu bantuan dikirimkan untuk menyelamatkan awak dari kedua kapal.
Badai itu merupakan salah satu yang terkuat melanda Filipina, sejak Topan Haiyan yang menewaskan lebih dari 7.300 orang hilang dan menyebabkan pengungsi lebih dari 5 juta orang pada 2014.
Namun para pejabat di beberapa provinsi sulit untuk meyakinkan orang untuk meninggalkan perayaan Natal dan menuju tempat penampungan sebelum badai menghantam. Beberapa pejabat mengatakan mereka harus melakukan evakuasi paksa.
"Beberapa warga menolak untuk meninggalkan rumah mereka, bahkan ketika aku memperingatkan ancamannya kematian," ujar seorang pejabat badan bencana setempat di Albay, Cedric DAEP, melalui telepon.
Pusat perbelanjaan dan toko diperintahkan untuk tutup pada awal Hari Natal. Alasannya untuk mendorong orang agar tetap berada di dalam ruangan.
"Dengan kekuatan topan sebesar itu, masih banyak mobil dikendarai dan orang-orang keluar dari rumah," kata DAEP. "Kami sudah cukup memperingatkan mereka, tapi kita tidak bisa mengendalikan pikiran mereka."
Para pejabat di Albay, di mana lebih dari 150.000 warga mengungsi akibat topan itu, menyatakan "keadaan bencana" pada Minggu, 25 Desember untuk memungkinkan pencairan dana darurat.
Menurut badan cuaca pemerintah, sekitar 20 topan dan badai menyerang Filipina setiap tahun. Dalam 65 tahun terakhir, tujuh topan telah melanda negara itu pada Hari Natal.
Puluhan ribu warga desa pun terpaksa menghabiskan Natal di tempat penampungan darurat akibat terjangan topan tersebut. Mereka bisa kembali ke rumah hari Senin untuk menangani kerusakan.
"Mereka telah meninggalkan pusat evakuasi dan kita bisa melihat matahari lagi," ujar Ann Ongjoco, Wali kota Guinobatan di Albay, salah satu dari lima provinsi yang mengalami terputusnya listrik, melalui telepon.
"Lebih dari 17.600 penduduk desa melarikan diri ke tempat penampungan di sekolah-sekolah, tidak akan dapat melanjutkan perayaan hari libur itu karena kekacauan pasca topan. Banyak rumah yang terbuat dari bahan ringan hancur," beber Ongjoco.
Saksikan juga video menarik lain berikut ini: