Liputan6.com, Houston - Baru-baru ini, Mars Reconnaissance Orbiter (MRO) milik Badan Antariksa Amerika Serikat atau NASA mengirimkan gambar adanya lubang besar di Kutub Selatan Mars yang hingga sekarang belum dapat dijelaskan ilmuwan.
Jika dibandingkan dengan lubang-lubang di permukaan Mars yang lain, lubang besar tersebut lebih besar dan dalam. Hal itu membuat para astronom mencoba mengungkap misteri asal-usul terbentuknya.
Baca Juga
Dilansir dari Science Alert, banyak hal dapat menyebabkan lubang di permukaan Mars yang berbatu. Lebih dari setengah juta dampak meteorit telah meninggalkan kawah, robohnya tabung lava menciptakan lubang dalam, banjir kuno membuat jurang-jurang raksasa, dan aktivitas vulkanik mencairkan es yang meninggalkan bentuk corong di permukaannya.
Advertisement
Lubang yang diperkirakan seluas ratusan kaki dan berada di antara lelehan karbon dioksida tersebut, berada di permukaan berlubang yang dijuluki 'Swiss-cheese terrain'.
"Pola ini terbentuk ketika terdapat materi yang tinggi dan halus pecah menjadi bentuk lingkaran ini dan membentuk medan seperti 'keju Swiss'," jelas NASA.
"Lubang-lubang ini disebabkan oleh sublimasi, yakni saat material padat berubah menjadi gas," imbuh NASA.
Meski demikian, hingga saat ini ilmuwan belum dapat menyimpulkan penyebab terbentuknya lubang besar tersebut.
Kutub Selatan Mars yang sedang mengalami musim panas -- tempat di mana lubang besar berada, membuat Matahari cukup rendah untuk menonjolkan bayang-bayang di atas permukaannya sehingga memunculkan fitur-fitur yang tadinya tidak nampak.
Lubang itu ditemukan oleh High Resolution Imaging Science Experiment (HiRISE) pada MRO. Kamera itu memungkinkan NASA melihat obyek Mars yang lebih besar dari satu meter dari ketinggian 200 hingga 400 kilometer.
HiRISE mengambil gambar permukaan Mars beberapa kali selama musim panas berlangsung untuk memantau perubahan medan.
Dikutip dari News.com.au, Selasa (6/6/2017), MRO milik NASA telah berada di orbit Mars sejak Maret 2006 dan berhasil menyelesaikan semua tujuan utama dan dua misi tambahan.
Pada tahun ini, Mars Atmosphere and Volatile Evolution (MAVEN) milik NASA telah menemukan ion besi, magnesium, dan sodium bermuatan listrik ditemukan di atmosfer Mars.
Pemimpin studi di Goddard Space Flight Center NASA di Maryland, Joseph Grebowsky, mengatakan bahwa mempelajari sistem itu memberikan ilmuwan pemahaman lebih baik akan dinamika atmosfer di seluruh tata surya.
"Mengamati ion logam di planet lain memberikan kita sesuatu untuk dibandingkan dengan ion yang ada di Bumi untuk memahami ionosfer dan kimia atmosfer lebih baik," ujar Grebowsky.