Liputan6.com, Washington, DC - Gedung Putih mengumumkan, Presiden Donald Trump telah menunjuk mantan Gubernur Utah Jon Huntsman sebagai Duta Besar Amerika Serikat untuk Rusia. Sosok Huntsman sejak lama santer diberitakan akan menduduki posisi tersebut dan pada Maret lalu. Ia disebut-sebut telah menerima tawaran untuk mengisi pos diplomatik AS di Moskow.
Seperti dikutip dari CNN pada Rabu (19/7/2017), Huntsman menjabat sebagai duta besar AS untuk China semasa pemerintahan Barack Obama. Ia sempat ikut bertarung dalam pencalonan Pilpres AS tahun 2012, tapi gagal.
Trump dikabarkan sempat mempertimbangkan sosok Huntsman untuk mengisi kursi menteri luar negeri yang kini diduduki oleh Rex Tillerson.
Advertisement
Dalam rilisnya, Gedung Putih salah mengeja nama Huntsman. Mereka menulisnya "John" bukan "Jon".
Selain perannya di pemerintahan, Gedung Putih juga menyoroti posisi Huntsman sebagai Ketua Dewan Atlantik dan kepemimpinannya di sejumlah perusahaan seperti Chevron, Ford, dan Caterpillar.
Baca Juga
Penunjukan Huntsman mendapat sorotan, mengingat mantan misionaris Mormon berusia 56 tahun tersebut akan mengisi pos diplomatik AS yang paling sensitif. Dugaan intervensi Rusia dalam Pilpres AS 2016 dan kolusi tim kampanye Trump dengan sejumlah tokoh yang terkait dengan Kremlin tengah menjadi isu utama di Negeri Paman Sam.
Namun, layaknya hukum yang berlaku di AS, Huntsman baru akan resmi menjadi dubes AS setelah penunjukannya disetujui Senat.
Mengutip laporan Telegraph, Huntsman merupakan putra dari Jon Huntsman Sr. Ayahnya adalah miliarder pendiri dan executive chairman dari korporasi Huntsman.
Huntsman meraih gelar sarjana politik internasional dari University of Pennsylvania. Ia fasih berbicara bahasa Mandarin.
Kader Partai Republik tersebut menjabat sebagai gubernur Utah pada 2005 hingga 2009. Pada 2009 hingga 2011, ia menjadi Dubes AS untuk Tiongkok. Dan, jabatan Dubes AS untuk Singapura sempat diembannya pada 1992 hingga 1993.
Secara politis, Huntsman merupakan republikan tengah. April 2016, ia menyatakan dukungannya atas pencalonan Trump. Namun, ia segera menarik sokongannya setelah rekaman suara Trump yang melecehkan perempuan beredar luas.
Menurut Gedung Putih, Trump dan Huntsman telah "mengubur" perbedaan di antara mereka. Kendati demikian, ada yang menduga Trump mengirim Huntsman ke Moskow untuk "menyingkirkannya".
"Adalah hal lumrah untuk menunjuk seseorang yang Anda rasa mungkin Anda adalah lawan politik. Jika seseorang dari kubu tengah akan menantang Trump dalam pemilihan pendahuluan berikutnya, mungkin Huntsman adalah salah satunya," ujar Sam Greene, Direktur Institut Rusia di King's College London.
Sempat berkembang spekulasi bahwa Obama menunjuk Huntsman ke China karena ia dipandang sebagai lawan yang berbahaya jelang pemilu 2012. Seiring dengan penunjukan Huntsman oleh Trump, pertanyaan dasar pun menyeruak, mampukah seseorang yang memiliki pengalaman terbatas soal Rusia menjalankan tugas sebagai perwakilan AS di Moskow?
Moskow dinilai merupakan tempat di mana pemahaman mendalam tentang protokol diplomatik, sejarah, dan profesionalisme sangat penting. Itulah mengapa John Tefft ditunjuk sebagai dubes AS untuk Rusia di tengah terpuruknya hubungan kedua negara pada 2014.
Â
Saksikan video menarik berikut: