Seperti Ini Ritual Harian Pegulat Sumo Elite Jepang

Ternyata menjadi seorang sumo di Jepang tak semudah yang dibayangkan. Berikut ini ulasannya.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 20 Jul 2017, 07:48 WIB
Diterbitkan 20 Jul 2017, 07:48 WIB
Sumo di Nagoya, Jepang. (Flicker Joe/nic-nagoya.or.jp)
Sumo di Nagoya, Jepang. (Flicker Joe/nic-nagoya.or.jp)

Liputan6.com, Nagoya - Menjadi seorang petarung sumo ternyata tak semudah yang dibayangkan. Mereka bahkan harus menjalani ritual khusus.

Dikutip dari Daily Mail, Rabu (19/7/2017), beberapa di antaranya adalah seperti diharuskan makan 8.000 kalori sehari hingga memakai masker oksigen saat tidur siang.

Ritual para pegulat yang juga disebut rikishi itu diawali, dengan berlatih mempertahankan diri dalam olahraga nasional dari Abad ke-15 di Jepang selama 3 jam setiap pagi. Mereka yang pertama kali terjatuh atau keluar batas arena tanding, adalah yang kalah dalam pertandingan sumo.

Usai berlatih sekitar pukul 10.30, mereka menjalani sesi menandatangani biografi dan berpose untuk foto sebelum menikmati makanan pertama dari dua jadwal hari itu.

Makan siang yang disiapkan oleh pegulat junior di antaranya berisi kaki babi, sarden panggang dan goreng, nasi kukus, dan 'chanko nabe' -- hidangan hot pot khusus pegulat sumo yang mengkonsumsi 8.000 kalori sehari.

Setelah itu para pegulat tidur siang selama beberapa jam, sambil mengenakan masker oksigen untuk membantu pernapasan mereka agar lebih lega.

Pelatihan Sumo yang Sulit

Memasuki dunia sumo itu sama saja dengan makan, hidup, dan bernapas seperti orang Jepang pada masa lalu. Mulai dari bergaya ala para samurai sampai menjajaki hirarki yang kaku.

Pelatihan sulit dan terikat tradisi yang kuat membuat banyak pemuda Jepang mundur teratur. Olahraga itu pun akhirnya didominasi oleh pegulat asing yang kebanyakan orang Mongol.

"Bahasa adalah sumber stres terbesar," kata Tomozuna Oyakata yang lebih dikenal dengan nama panggung Kyokutenho. Ia adalah pegulat kelahiran Mongolia pertama yang memimpin sebuah arena sumo.

"Saya tidak dapat mengerti apa-apa saat dimarahi, pun demikian ketika dipuji," kata seorang master, salah satu dari enam orang Mongol pertama yang dilibatkan dalam olahraga tersebut pada tahun 1992.

Ia adalah Nyamjavyn Tsevegnyam, pria yang nyaris sempurna berbicara dengan bahasa Jepang dan menikah dengan wanita asli keturunan Negeri Sakura. Demi menjadi guru sumo atau oyakata, ia rela melepaskan kewarganegaraannya di Mongolia.

Saksikan video menarik berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya