Liputan6.com, Jakarta - Di kota-kota besar yang terkenal akan kemacetannya seperti Jakarta, sepeda motor menjadi moda transportasi andalan warga. Selain irit, kendaraan roda dua itu juga lebih dapat menghemat waktu.
Namun, para pengguna sepeda motor tak bisa mengelak dari salah satu masalah yang harus dihadapinya, yakni polusi udara. Kekhawatiran akan timbulnya penyakit pernapasan pun menjadi perhatian utama.
Kekhawatiran tersebut menjadi latar belakang tiga siswi SMA Plus Pembangunan Jaya untuk membuat masker antipolusi bagi pengguna kendaraan bermotor.
Advertisement
Dengan nama produk Three Maskerteens, ketiga siswi tersebut, Alia Reiza, Ashila Maitsa, dan Ayu Sekar, membuat masker pelindung pernapasan berpelindung ganda dan beraroma terapi.
"Kita lihat di sekitar kita, banyak teman-teman kalau ke sekolah pakai kendaraan bermotor, khususnya sepeda motor. Terus kita lihat dari situ bisa timbul permasalahan bronkitis, yang disebabkan karena masalah pernapasan," ujar Ashila.
"Jadi kita menciptakan masker ini yang bisa menyerap berbagai macam polutan, jadi polusi tidak langsung terhirup sama pemakainya," imbuh dia.
Masker yang terbuat dari bahan katun jepang itu, memiliki tiga filter yang semuanya terbuat dari bahan alami, yakni arang aktif dari buah bintaro, gel lidah mertua atau sanseviera, dan aroma terapi dari ekstrak kulit jeruk.
Menurut penjelasan mereka, arang aktif dari buah bintaro bisa menyerap polutan. Selama ini buah tersebut terkenal beracun. Namun setelah dikaji, buah bintaro memiliki fungsi lain.
Racun yang terdapat di buah bintaro akan menguap bersama asapnya lalu menjadi arang aktif. Menurut penjelasan mereka, bahan aktif tersebut bisa menjadi filtrasi polutan.
Sementara itu, sanseviera dipilih karena tanaman tersebut mudah ditemukan dan juga memiliki fungsi yang pengikat polutan.
"Sanseviera punya enzim yang dapat mengikat polutan dan kemudian dapat dinetralkan. Jadi kita memakai arang aktif dan sanseviera agar proteksinya double. Meski tujuannya sama, tapi mereka dapat efektif menyaring polutannya," ujar Sekar.
Meski demikian, masker tersebut masih harus dikembangkan dan diuji jika ingin diproduksi secara massal dan dikomersialisasikan.
Karyanya tiga siswi SMA Plus Pembangunan Jaya tersebut, terpilih menjadi pemenang Juara I dalam L’Oréal Girls in Science (LGIS) 2017.
Pemenang kedua diraih oleh SMAN 3 Malang dengan inovasi 'Smart Bin Model', yakni alat yang dapat memilah sampah secara otomatis sesuai jenisnya. Sementara itu SMAN 1 Bojonegara yang membuat alat pakan ternak otomatis, terpilih menjadi juara favorit, dengan 1.432 likes di video yang diunggahnya di Facebook.
Dengan tema Community Impact, LGIS 2017 menantang kepekaan para siswi SMA untuk menciptakan inovasi yang dapat membantu menyelesaikan permasalahan di lingkungan sekitar mereka, sehingga bisa memberikan dampak nyata bagi masyarakat.
Sebanyak 50 proposal diterima pada tahun ini, di mana sebanyak 8 finalis berkesempatan memamerkan karya mereka di L’Oréal Science Fair bertajuk #TernyataSainsKeren, di mana pemenang LGIS 2017 juga diumumkan.
Sains dan penelitian merupakan fondasi penting suatu bangsa. Dengan sains, sebuah peradaban dapat maju dan menjadi lebih baik. Kita tidak butuh banyak ilmuwan. Yang kita butuhkan adalah ilmuwan sejati," ujar ilmuwan dan Presiden ke-4 Republik Indonesia, BJ Habibie, melalui sebuah pesan video yang diputar di L’Oréal Science Fair 2017.
"Ilmuwan sejati adalah ilmuwan yang tidak hanya mengejar ilmu tetapi juga melakukan penerapan dari hasil temuan atau pembelajaran dia untuk menjawab permasalahan yang ada," imbuh cendekiawan asal Parepare itu.