Perut Nyaris Menyentuh Tanah, Wanita Ini Jalani Diet Ekstra Ketat

Demi menurunkan berat badannya, Tamy mengkuti serangkaian program diet dan meminta bantuan dari Dokter Younan Nowzaradan.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 09 Mar 2018, 11:31 WIB
Diterbitkan 09 Mar 2018, 11:31 WIB
Ilustrasi Badan Gemuk atau Obesitas (iStockphoto)
Ilustrasi Badan Gemuk atau Obesitas (iStockphoto)

Liputan6.com, Kentucky - Tamy Lyn Murrell dibuat menderita akibat kondisi tubuhnya yang terlalu gemuk. Bukan hanya sulit untuk bergerak, perut wanita asal Covington, Kentucky, Amerika Serikat ini nyaris menyentuh tanah dan perlu melakukan diet ekstra ketat.

Dikutip dari laman Daily Mail, Jumat (9/3/2018), jarum timbangan menunjukkan bahwa berat badan wanita tersebut mencapai 591 pound atau setara dengan 268 kilogram.

Wanita berusia 45 tahun itu sudah memiliki kebiasaan makan berlebihan sejak usia delapan tahun. Salah satu alasan ia makan berlebihan karena stres ditinggal sang ayah yang meninggal dunia akibat serangan jantung.

Demi menurunkan berat badannya, Tamy mengkuti serangkaian program diet dan meminta bantuan dari Dokter Younan Nowzaradan. Ia mulai merasa khawatir sejak kulit pada bagian perutnya mulai menunjukkan lipatan berlebihan hingga hampir menyentuh ke tanah.

Untuk menurunkan beban tubuh Tamy, dokter melakukan program diet 1.600 kalori per hari kepada wanita itu. Selama program diet, Tamy berhasil menurunkan sedikit bobot tubuhnya.

Namun, usaha ini harus dilakukan secara sendiri oleh Tamy. Sebab, sang suami dikabarkan telah pindah ke lain hati karena tak bisa menerima kondisi fisik istrinya.

Tamy menegaskan, ia amat tertekan karena ditinggal sang ayah secara mendadak. Dahulu, ia adalah seorang anak dengan ukuran tubuh yang normal.

Namun, semua itu berubah ketika ia mulai stres dan banyak makan. Tamy adalah anak bungsu di keluarga. Dua kakaknya berusia 19 dan 11 tahun lebih tua.

Selain tertekan, Tamy juga menyebut bahwa selama hidupnya tak memiliki teman. Jadi sahabat dekatnya adalah makanan yang selalu ia masukan ke dalam mulut.

"Dulu, saya bisa makan apapun yang saya mau. Sebab, makanan adalah sahabatku. Makanan juga saya anggap sebagai orangtua, teman bahkan kekasih," jelas Tamy.

"Saya makan junk food sepanjang waktu, hingga saya merasa sakit hingga detik ini," tambahnya.

Tak hanya mengalami rasa sakit pada bagian tubuh, Tamy juga kerap merasa sakit hati sebab banyak orang yang mengintimidasinya karena bentuk tubuh yang tak wajar.

Kini, Tamy masih berjuang untuk kesembuhannya. Ia ingin cepat pulih dengan program diet yang ia lakukan. Sebab, perut yang nyaris menyentuh tanah itu benar-benar membuat tubuhnya sakit.

WHO: Bahaya Obesitas Mengintai Anak-Anak

Ilustrasi Badan Gemuk atau Obesitas (iStockphoto)
Ilustrasi Badan Gemuk atau Obesitas (iStockphoto)

Pakar di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa pada tahun 2022 terdapat lebih banyak anak yang kelebihan berat badan dibanding kekurangan gizi jika tren global berlanjut.

Peringatan WHO ini disampaikan dalam sebuah publikasi penelitian bersama dengan Imperial College London yang mengukur berat dan tinggi hampir 130 juta orang berusia di atas lima tahun di seluruh dunia. Ini merupakan studi terbesar yang pernah dilakukan.

"Temuan laporan tersebut 'menyoroti, mengingatkan dan menguatkan' bahwa kelebihan berat badan dan obesitas merupakan krisis kesehatan hari ini dan mengancam akan semakin buruk pada tahun-tahun mendatang, kecuali jika kita mulai mengambil tindakan," ungkap Fional Bull, koordinator program untuk WHO seperti dikutip dari Al Jazeera.

Penulis laporan tersebut juga menyatakan bahwa sekitar 200 juta anak yang tergolong sedang atau sangat kurus juga menimbulkan tantangan kesehatan di masyarakat.

Tingkat obesitas di antara anak berusia 5 sampai 19 tahun telah meningkat 10 kali lipat dalam waktu lebih dari empat dekade, dari 11 juta pada tahun 1975 menjadi 124 juta pada tahun 2016.

Penulis utama laporan tersebut, Majid Ezzati, profesor di Imperial College School of Public Health mengatakan, "Selama empat dekade terakhir, tingkat obesitas pada anak-anak dan remaja telah meningkat secara global dan terus berlanjut di negara berpendapatan rendah dan menengah".

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya