Rusia Sukses Menguak Cara untuk Mengganggu Drone Militer AS di Suriah

Rusia telah berhasil mengganggu sinyal penerbangan (jamming) sejumlah pesawat nirawak atau drone militer Amerika Serikat di Suriah

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 11 Apr 2018, 16:03 WIB
Diterbitkan 11 Apr 2018, 16:03 WIB
Pesawat tanpa awak atau drone militer Amerika Serikat, MQ-1 Predator (U.S. Air Force photo/Lt Col Leslie Pratt)
Pesawat tanpa awak atau drone militer Amerika Serikat, MQ-1 Predator (U.S. Air Force photo/Lt Col Leslie Pratt)

Liputan6.com, Washington DC - Angkatan Bersenjata Rusia telah berhasil mengganggu sinyal penerbangan (jamming) sejumlah pesawat nirawak atau drone militer Amerika Serikat yang beroperasi di Suriah, menurut laporan empat pejabat tinggi AS.

Tindakan yang dilakukan oleh Rusia, menurut keempat pejabat itu, berdampak signifikan bagi keberlangsungan operasi aviasi militer AS di negara beribu kota Damaskus tersebut. Demikian seperti dikutip dari NBC News (11/4/2018).

Seorang pejabat Kementerian Pertahanan AS (Pentagon) mengatakan, meski jamming itu tak menyebabkan drone terjatuh, namun hal tersebut sangat mengganggu dari segi keamanan operasi.

"Oleh karenanya, Militer AS tengah melakukan penanggulangan dan perlindungan yang cukup untuk memastikan keselamatan pesawat berawak dan nirawak, serta pasukan kami dan misi yang mereka dukung," kata Eric Pahon, Juru Bicara Pentagon.

Seorang pejabat lain juga menegaskan betapa jamming tersebut memberikan dampak operasional pada operasi militer AS di Suriah.

Sedangkan pejabat anonim lainnya mengatakan, peralatan yang digunakan dan dikembangkan oleh militer Rusia tergolong sangat canggih, efektif, dan mampu menerobos sinyal terenkripsi dan sistem anti-jamming pada drone Amerika Serikat.

Drone AS yang berdampak sejauh ini adalah pesawat pengintai non-tempur berukuran kecil, ketimbang MQ-1 Predator dan MQ-9 Reapers yang berukuran lebih besar dan dapat dipersenjatai serta kerap dikerahkan dalam pertempuran.

Menyusul Serangan Senjata Kimia di Ghouta Timur

Pesawat tanpa awak atau drone militer Amerika Serikat, MQ-9 Reaper (U.S. Air Force photo/Lt Col Leslie Pratt)
Pesawat tanpa awak atau drone militer Amerika Serikat, MQ-9 Reaper (U.S. Air Force photo/Lt Col Leslie Pratt)

Rusia mulai mengganggu beberapa drone AS beberapa pekan yang lalu, setelah serangkaian serangan senjata kimia terhadap warga sipil di Ghouta Timur yang dikuasai pemberontak.

Amerika Serikat menuduh Rusia sebagai dalang di balik serangan senjata kimia tersebut, namun, Moskow membantahnya.

Oleh karenanya, militer Rusia khawatir bahwa AS akan membalas serangan senjata kimia itu -- seperti serangan senjata kimia di Idlib, Suriah pada tahun 2017.

Maka, Moskow mulai mengganggu sistem sinyal GPS pesawat nirawak Negeri Paman Sam yang beroperasi di daerah itu, para pejabat menjelaskan.

Senator AS Ben Sasse (Nebraska, Partai Republik) adalah salah satu pejabat yang meyakini hal tersebut.

"Rusia ingin merusak kepentingan AS di setiap kesempatan," kata Sasse mengomentari laporan berita itu seperti dikutip dari NBC News.

Jamming, yang berarti memblokir atau mengacak penerimaan sinyal dari satelit GPS, adalah sesuatu hal yang mudah dilakukan, menurut Todd Humphreys, Direktur Laboratorium Navigasi Radio di University of Texas at Austin.

"Karena sejatinya, receivers atau penerima sinyal GPS pada sebagian besar drone dapat dengan mudah diganggu," kata Humphreys.

Ia juga memperingatkan bahwa hal tersebut mampu berdampak secara signifikan bagi operasi drone AS, menyebabkan mereka gagal berfungsi atau jatuh seutuhnya.

"Paling minim, jamming seperti itu menimbulkan kebingungan bagi operator di markas, karena pesawat itu bisa berada pada posisi yang salah atau keliru," kata Humphrey.

"Pesawat itu juga bisa jatuh. Namun bukan oleh proyektil kinetik seperti pada peluru pada umumnya ... Jamming itu seperti menembaki mereka dengan gelombang radio, efeknya sama-sama bisa merusak," tambahnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya