Liputan6.com, Jakarta - Ketika robot seks pria akan mulai beredar di pasaran tahun ini, salah seorang pakar hukum mengingatkan ancaman gelap dari kecanggihan teknologi tesebut.
Robot manusia (droid) buatan perusahaan startup asal California, Realbotix itu didesain dengan proporsi tubuh maskulin, penis bionik, dan sistem kepribadian berbasis kecerdasan buatan (AI).
Dikutip dari The Sun pada Selasa (17/4/2018), robot seks pria tersebut akan dibanderol dengan harga sekitar Rp 157 juta per unitnya.
Advertisement
Sama dengan robot seks wanita yang sempat menuai kontroversi, muncul kekhawatiran bahwa tentang risiko masalah etika dan hukum dari pengunaannya sebagai pemuas kebutuhan biologis.
Baca Juga
Satu skenario yang tengah dipertimbangkan adalan apakah jika robot seks tersebut memaksa berhubungan intim, kemudian dianggap sebagai pemerkosaan? Jika iya, siapa yang harus bertanggung jawab?
Noel Sharkey, profesor robotika dan AI di Universitas Sheffield, mengklaim bahwa risiko hukum terletak pada pencipta (programmer) robot seks.
"Robot seks pria, seperti robot pada umumnya, tidak memiliki nafsu," ujar Sharkey.
"Ini adalah perangkat mati yang dijalankan oleh pemrograman komputer. Jadi jika robot ini memperkosa seorang wanita, maka polisi akan memburu pembuatnya," lanjutnya menjelaskan.
Namun, karena belum diketahui akan seperti apa robot seks pria digunakan oleh konsumen wanita, argumen di atas, oleh beberapa pihak, disebut akan tetap menjadi hipotesis belaka.
Di sisi lain, robot seks wanita yang hadir lebih dulu, telah menuai kontroversi di tengah khalayak luas, karena dianggap sengaja mengobyektifikasi kaum Hawa.
Satu produsen menawarkan robot dengan pengaturan 'Frigid Farrah' yang menimbulkan bunyi-bunyian ‘penolakan’, sehingga konsumen seolah tengah memerkosa seorang wanita.
Simak video pilihan berikut:
Robot Seks Akan Menjadi Hal Lumrah
Sementara itu, menurut studi publik yang dilakukan oleh YouGov, sebanyak 49 persen responden memprediksi hubungan seks dengan robot, akan menjadi hal lumrah dalam 50 tahun ke depan.
Selain itu, satu dari empat pria -- atau sekitar 24 persen responden -- mengaku tertarik untuk sering bercinta dengan robot seks.
Wanita, di sisi lain, cenderung kurang terbuka dengan ide tersebut, yakni hanya sembilan persen yang mengaku berkenan untuk berhubungan seks dengan robot.
Di waktu yang sama, lebih dari sepertiga warga Inggris (36 persen), baru-baru ini mengatakan kepada TV Now bahwa mereka tidak ragu berhubungan seks dengan droid.
Tahun lalu, Parlemen Eropa mengusulkan agar robot dimasukkan ke dalam subyek hukum, karena dikhawatirkan akan memicu kekacauan jika terjadi salah pemrogaman.
Sayangnya, pembahasan usulan ini tidak bisa dilanjutkan, karena belum ada satupun pemimpin Eropa yang tertarik membahas hal ini lebih jauh.
Advertisement