Liputan6.com, Moskow - Presiden Rusia Vladimir Putin membanggakan senjata nuklir yang sedang dibuat negaranya, dan mengatakan senjata-senjata itu jauh lebih unggul daripada desain senjata negara-negara lain.
Berbicara di depan lulusan akademi militer Rusia, Putin mengatakan senjata-senjata nuklir baru itu merupakan lompatan besar kemampuan militer Negeri Beruang Merah. Demikian seperti dikutip dari VOA Indonesia, Sabtu (30/6/2018).
"Sejumlah sistem persenjataan kita jauh lebih maju daripada senjata negara asing yang setara," ujar Putin kepada perwira militer muda yang berkumpul di aula Kremlin. "Senjata modern meningkatkan berlipat ganda potensi militer Rusia."
Advertisement
Baca Juga
Pernyataan keras itu muncul ketika Vladimir Putin mempersiapkan pertemuan puncak dengan Presiden Amerika Donald Trump yang dijadwalkan 16 Juli di Helsinki, Finlandia.
Hubungan Rusia-Amerika jatuh ke posisi terendah pasca-Perang Dingin akibat krisis Ukraina, perang di Suriah, dugaan campur tangan Rusia dalam pemilihan presiden Amerika tahun 2016 dan perbedaan pandangan mengenai isu-isu pengendalian senjata nuklir.
"Kita telah mencapai terobosan nyata berkat upaya kolosal oleh sains dan biro desain dan industri, prestasi nyata pekerja, insinyur dan ilmuwan," ujar Putin kepada para perwira.
Pemimpin Rusia itu menyebut kendaraan hipersonik Avangard baru dan rudal balistik antar-benua baru Sarmat, yang akan mulai beroperasi dalam beberapa tahun mendatang. Vladimir Putin juga menyebut rudal hipersonik Kinzhal yang telah dipasang di satuan-satuan Distrik Militer Selatan Rusia.
Simak video pilihan berikut:
Finlandia, Lokasi KTT AS-Rusia
Finlandia memiliki tradisi panjang menjadi tuan rumah pertemuan puncak Amerika-Rusia, khususnya dalam masa Perang Dingin, ketika negara itu menjadi negara penyangga yang netral dan ibukotanya, Helsinki, berfungsi sebagai gerbang antara Timur yang Komunis dan dunia Barat.
Negara kecil berpenduduk 5,5 juta orang itu memiliki perbatasan 1.340 kilometer dengan Rusia. Presiden Sauli Niinisto membina hubungan dekat dengan Putin, demikian pula presiden sebelumnya Tarja Halonen, yang memiliki hubungan baik dengan Presiden Amerika Donald Trump, yang ditemuinya di Gedung Putih tahun lalu.
Finlandia bukan anggota NATO dan sebagian besar rakyatnya tetap menentang keanggotaan NATO, menurut jajak pendapat, meskipun banyak politisi di pemerintahan yang beraliran kanan-tengah saat ini mendukungnya.
Pada puncak peredaan ketegangan tahun 1970-an, Presiden Urho Kekkonen menjadi tuan rumah KTT Amerika-Soviet di Helsinki tahun 1975 di mana Presiden Amerika Gerald Ford, pemimpin Soviet Leonid Brezhnev dan lainnya menandatangani Kesepakatan Helsinki, komitmen penting bagi perdamaian, keamanan dan Hak Asasi.
Advertisement