Gara-Gara Kematian Seorang Tim Penyelamat, 12 Korban Gua Thailand Menangis Sendu

Saat mengetahui salah seorang regu penyelamat tewas, 12 korban gua Thailand tidak kuasa menahan tangis.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 16 Jul 2018, 10:31 WIB
Diterbitkan 16 Jul 2018, 10:31 WIB
Melihat Kondisi Tim Sepak Bola Remaja Thailand Usai Diselamatkan dari Gua
Tim sepak bola remaja Thailand dirawat di rumah sakit di Chiang Rai, Thailand, Rabu (11/7). Tim SEAL AL Thailand berhasil mengevakuasi seluruh korban dari dalam gua. (Thai Government Public Relations Department (PRD)and Government Spokesman Bureau/AFP)

Liputan6.com, Bangkok - Seluruh remaja yang diselamatkan dari gua di Thailand, setelah upaya penyelamatan internasional, tengah berduka karena mengetahui mantan anggota Angkatan Laut Kerajaan Thailand yang tewas ketika berusaha menyelamatkan mereka.

Relawan penyelam bernama Saman Gunan dilaporkan kehilangan nyawa pada 6 Juli lalu, ketika tengah memasang tangki oksigen di ruang gua yang banjir.

Dikutip dari BBC pada Senin (16/7/2018), kepergian Gunan di tengah operasi penyelamatan mendapat empati dari publik dunia, yang menyebutnya sebagai pahlawan.

Kabar meninggalnya Gunan baru disampaikan kepada kedua belas korban remaja dan seorang pelatih berusia 25 pada Sabtu, 14 Juli 2018, ketika para dokter memutuskan mereka cukup kuat untuk memproses berita.

"Semua menangis dan mengungkapkan belasungkawa mereka dengan menulis pesan pada foto Letnan Komandan Gunan, dan sempat tertegun mengamati fotonya selama beberapa saat," kata Jedsada Chokdamrongsuk, sekretaris tetap di Kementerian Kesehatan Thailand.

Foto-foto yang beredar di media Thailand menunjukkan tim sepakbola berjuluk "Wild Boars" itu terlihat berkumpul dengan wajah sedih, seraya memandangi foto Gunan.

"Mereka juga mengucapkan terima kasih dan berjanji akan menjadi anak laki-laki yang baik," kata juru bicara Kementerian Kesehatan.

Kedua belas anak laki-laki berusia 11-16 tahun itu berhasil ditarik keluar oleh gabungan Angkatan Laut Kerajaan Thailand dan beberapa penyelam asing, dalam upaya penyelamatan selama tiga hari, yang berakhir pada 10 Juli 2018.

Mereka diperkirakan akan meninggalkan Rumah Sakit Chiang Rai Prachanukroh pada Kamis nanti, meskipun banyak yang masih harus menggunakan antibiotik beberapa hari selanjutnya.

Para dokter di Thailand akan terus mengawasi kondisi psikologis para seluruh korban, yang kemungkinan bisa kambuh pada bulan-bulan mendatang. Anak-anak itu disarankan untuk tidak memberikan wawancara media, yang menurut para ahli dapat memicu reaksi pasca-trauma.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Menjadi Perhatian Dunia

9 Hari Hilang di Gua, 12 Remaja Thailand Ditemukan Kurus Kering
Tentara Thailand membawa tali untuk menyelamatkan tim sepak bola remaja Thailand dan pelatihnya yang terjebak di sebuah gua di Chiang Rai, Thailand, Senin (2/7). Unit penyelam AL Thailand menyebut korban diberi makan jel energi. (ROYAL THAI NAVY/AFP)

Serangkaian upaya penyelamatan seluruh korban diikuti oleh jutaan orang di dunia sejak 23 Juni, ketika mereka masuk ke gua Tham Luang setelah latihan sepak bola, dan terjebak arus banjir muson.

Mereka menghabiskan sembilan hari di gua dengan sedikit makanan dan cahaya, ketika penyelam Inggris pertama kali tiba di sana pada 2 Juli.

Sejumlah sukarelawan dan hampir 100 penyelam bergabung dengan upaya untuk membebaskan mereka, dengan cara dibius dan ditarik menggunakan helm oksigen penuh.

Beberapa spesialis menyatakan terkejut bahwa Saman Gunan (38) adalah satu-satunya orang yang tewas dalam usaha penyelamatan berbahaya itu.

Istri dari mendiang Saman Gunan mengatakan kepada BBC: "Dia telah dianggap sebagai pahlawan karena dedikasinya. Dia suka membantu orang lain, melakukan pekerjaan amal dan menyelesaikan sesuatu dengan baik."

Sekitar 4.000 relawan bekerja untuk membersihkan area di sekitar gua yang sekarang terkenal itu, yang dikawal oleh oleh relai penyelamat, relawan, dan kru berita.

Sementara sistem gua telah ditutup, para pejabat mengatakan situs tersebut bisa dibuka kembali sebagai obyek wisata, dengan perlindungan ketat untuk mencegah bencana di masa depan.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya