Aksi Damai Ribuan Orang Berhasil Halangi Penghancuran Masjid di China

Ribuan demonstran dikabarkan berhasil menghalangi upaya otoritas untuk menghancurkan sebuah masjid raya di China utara.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 12 Agu 2018, 12:09 WIB
Diterbitkan 12 Agu 2018, 12:09 WIB
Ilustrasi Masjid (Istimewa)
Ilustrasi Masjid (Istimewa / File / Liputan6.com)

Liputan6.com, Weizhou - Ribuan demonstran dikabarkan berhasil menghalangi upaya otoritas untuk menghancurkan sebuah masjid raya di China utara pada Sabtu 11 Agustus 2018, menurut laporan berbagai media yang mengutip sumber dan media sosial lokal.

Para pengunjuk rasa mulai berkumpul sejak Kamis 9 Agustus, beberapa hari menjelang tenggat waktu pemerintah yang hendak menghancurkan masjid raya di kota Weizhou, Ningxia utara pada Jumat 10 Agustus, kata penduduk setempat, seperti dikutip dari Channel News Asia, Minggu (12/8/2018).

Video yang diunggah ke media sosial dalam beberapa hari terakhir menunjukkan pengunjuk rasa berkumpul di depan masjid tersebut, berhadap-hadapan dengan barisan polisi anti huru-hara.

Dengan memegang bendera Tiongkok, mereka duduk diam di atas tangga bangunan dan mengelilingi sekitar pelataran masjid, sebelum menunaikan salat pada Jumat malam, menurut video, yang belum dapat diverifikasi oleh media.

Menurut laporan, orang-orang muslim dari berbagai provinsi China juga datang untuk menunjukkan dukungan dan membawa makanan bagi mereka yang telah lebih dulu tiba di Weizhou, kata penduduk setempat.

Ratusan pasukan keamanan pada satu titik didatangkan untuk mengamankan sebuah perimeter di sekitar daerah itu. Mereka juga dikabarkan tidak mengizinkan orang luar masuk

"Pemerintah mengatakan itu adalah bangunan ilegal, tetapi tidak. Masjid ini memiliki beberapa ratus tahun sejarah," kata seorang pemilik restoran bernama Ma kepada AFP.

Sekitar Sabtu 11 Agustus 2018 siang --atau satu hari usai tenggat waktu-- seorang pejabat lokal hadir di lokasi demonstrasi dan melantangkan dokumen yang mengatakan bahwa pemerintah akan menunda pembongkaran masjid, penduduk setempat mengatakan kepada AFP.

Setelah itu, banyak yang berpartisipasi dalam demonstrasi tersebut --yang dideskripsikan oleh media asing berlangsung secara damai-- membubarkan diri.

Tak jelas apakah otoritas akan kembali berupaya menghancurkan masjid itu atau membiarkannya tetap berdiri seperti sedia kala.

Insiden ini menjadi perkembangan terbaru dalam upaya pemerintah Tiongkok yang dinilai kerap berusaha untuk membatasi kebebasan beragama para penduduk di negaranya --termasuk umat Islam-- sesuai dengan mandat-mandat Partai Komunis China yang berkuasa.

 

Simak video pilihan berikut:

 

Pemerintah China Disebut Menyensor Info Seputar Demo

Ilustrasi Masjid (Istimewa)
Ilustrasi Masjid (Istimewa)

Layanan telepon seluler dan jaringan 4G telah diputus hingga sepanjang radius 14 kilometer dari daerah sekitar masjid yang terletak di Weizhou, Ningxia utara itu. Meskipun begitu, penduduk masih dapat melakukan panggilan telepon.

Pada Sabtu 11 Agustus malam, beberapa lusin orang duduk di bangku yang terlipat atau bersandar pada sepeda motor mereka di lingkungan lain tak jauh dari masjid, menonton film yang diproyeksikan ke dinding semen dekat pom bensin.

"Mereka mengatakan kepada kami internet mati karena hujan baru-baru ini, tetapi apakah itu benar-benar masuk akal?" kata seorang pria muda yang mengangkangi sepedanya.

"Mereka takut kami menyebarkan video (dan menyebarluaskan kabar tentang demo tersebut)," dia menambahkan.

Kata-kata "masjid Weizhou" tampaknya disensor di platform Weibo --platform medsos seperti Twitter yang digunakan warga China-- ketika AFP mencoba untuk mencarinya.

Proses Renovasi Tak Sesuai Izin?

Masjid itu menjalani proses renovasi dan pemugaran selama dua tahun terakhir, menurut dokumen pemerintah. Tetapi proses perizinan tidak dikelola dengan baik dan tak mendapat izin dari komite disiplin lokal --yang terafiliasi dengan Partai Komunis China. Akhirnya komite tersebut merilis "peringatan serius" kepada pengelola masjid beserta ancaman untuk merobohkannya.

Dalam prosesnya, renovasi itu mengubah tampilan bangunan yang semula bergaya China --menampilkan atap yang melengkung mirip dengan kuil Buddha-- menjadi apa yang digambarkan sebagai desain "masjid Arab" dengan kubah berpucuk bulan dan bintang.

Kekhawatiran tumbuh di Weizhou sejak surat peringatan dan perintah dari pemerintah terkait masjid itu rilis pekan lalu. Surat itu menuntut pembongkaran masjid dengan alasan bahwa bangunan tersebut telah dibangun kembali tanpa izin yang tepat.

Dokumen itu mengatakan bahwa jika gedung itu tidak dibongkar pada hari Jumat, 10 Agustus, pemerintah akan meruntuhkannya, kata penduduk setempat. Warga frustrasi karena sebelum surat itu terbit, beberapa pejabat lokal justru telah menunjukkan dukungan untuk renovasi.

Upaya media asing untuk mengonfirmasi kabar tersebut ke pemerintah daerah setempat dan asosiasi Islam regional China pada Sabtu tidak mendapat balasan.

Islam Agama Resmi di China, Tapi...

Ilustrasi Masjid (Istimewa)
Ilustrasi Masjid (Istimewa)

Islam adalah satu dari lima agama yang diakui secara resmi di China, rumah bagi sekitar 23 juta Muslim. Tapi, belakangan terakhir, pemerintah telah menekan komunitas agama tersebut, ketika partai Komunis bergerak untuk memperketat kendali pada ekspresi agama.

Para pemimpin top China baru-baru ini menyerukan "Sinofikasi" agama, yang membuat praktik beragama harus sejalan dengan nilai-nilai dan budaya Sino (Tiongkok) "tradisional". Peraturan itu mulai berlaku pada Februari, dan memicu kekhawatiran di antara kelompok-kelompok hak asasi manusia.

Beijing juga telah melakukan langkah-langkah untuk meningkatkan pengawasan negara terhadap agama, dalam upaya untuk "memblokir ekstremisme" di daerah-daerah dengan populasi Muslim yang signifikan. Sebagai salah satu cara, pihak berwenang telah menghapus simbol-simbol Islam, seperti bulan-bintang, dari ruang publik.

Di wilayah barat di Xinjiang, 'kendali' Partai Komunis China mengambil bentuk yang lebih ekstrem, dengan orang-orang muslim dihukum keras karena melanggar peraturan mengenai larangan berjenggot dan ber-burka, hingga bahkan memiliki Al-Quran --menurut berbagai laporan aktivis HAM dan media asing yang mengutip sumber dan media sosial lokal.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya