China Tolak Seruan Jerman untuk Ikut Kontrol Perjanjian Senjata Perang Dingin

China menolak seruan Jerman dalam mengontrol perjanjian senjata nuklir warisan Perang Dingin.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 18 Feb 2019, 10:00 WIB
Diterbitkan 18 Feb 2019, 10:00 WIB
Ilustrasi Bendera China (AFP/STR)
Ilustrasi Bendera China (AFP/STR)

Liputan6.com, Munich - Pemerintah China menolak ajakan Kanselir Jerman Angela Merkel untuk ikut mengontrol perjanjian senjata era Perang Dingin, di mana Amerika Serikat (AS) mengancam keluar setelah menuduh Rusia melakukan pelanggaran.

China berpendapat bahwa seruan tersebut akan memberi batasan yang tidak adil bagi militernya, atau dengan kata lain memaksa Beijing untuk satu suara dalam kontrol senjata, lapor beberapa sumber kepada kantor berita AFP.

Dikutip dari Channel News Asia pada Minggu (17/2/2019), seruan Merkel bukan tanpa alasan. Jerman khawatir perlombaan senjata nuklir antara China, Rusia dan AS akan kian memanas, menyusul keluarnya Washington dari perjanjian Angkatan Nuklir Jangka Menengah (INF).

"Perlucutan senjata adalah sesuatu yang menjadi perhatian kita semua, dan tentu saja kita akan senang jika pembicaraan seperti itu dilakukan tidak hanya antara Amerika Serikat, Eropa dan Rusia tetapi juga dengan China," ujar Merkel di tengah pidatonya pada Konferensi Keamanan Munich.

Seruan Merkel untuk melibatkan Beijing dalam negosiasi terkait, menurut para diplomat NATO, adalah jalan keluar potensial dari kebuntuan akibat kekhawatiran AS terhadap ancaman militer dari China dan Rusia.

Tetapi salah seorang diplomat top China, Yang Jiechi, yang turut berbicara di panel keamanan di Munich, mengatakan bahwa rudal buatan negaranya bersifat defensif.

"China mengembangkan kemampuannya secara ketat sesuai dengan kebutuhan pertahanannya, dan tidak menimbulkan ancaman bagi orang lain. Jadi kami menentang multilateralisasi INF," katanya.

Ambisi yang dinyatakan China adalah memodernisasi Tentara Pembebasan Rakyat pada 2035, meningkatkan angkatan udara dan pelaksanaan teknologi baru, termasuk rudal jelajah berkecepatan sangat tinggi dan kecerdasan buatan.

Menurut Institut Internasional untuk Studi Keamanan (IISS), yang berbasis di London, anggaran pertahanan China telah tumbuh hampir enam persen antara 2017 dan 2018.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

Rusia Dituding Melanggar

Presiden AS Donald Trump bersalaman dengan Presiden Rusia Vladimir Putin (AP/Martinez Monsivais)
Presiden AS Donald Trump bersalaman dengan Presiden Rusia Vladimir Putin (AP/Martinez Monsivais)

Rusia dan Amerika Serikat adalah dua pihak yang menandatangani perjanjian INF pada 1987 silam, yang melarang eksistensi rudal darat dengan jarak antara 500 hingga 5.500 kilometer.

Namun, tudingan AS terhadap pelanggaran perjanjian oleh Rusia, membuat pemerintahan Donald Trump memutuskan bertahap menarik diri mulai bulan ini, hingga Moskow mengakui kesalahannya.

Di lain pihak, Rusia membantah keras tuduhan AS, meski Washington dan para sekutu NATO-nya terus mendesak Moskow untuk menghancurkan sistem rudal jelajah 9M729, yang berkekuatan nuklir.

Menurut laporan intelijen AS, rudal tersebut dapat memungkinkan Rusia menyerang Eropa tanpa peringatan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya