Menyibak Rahasia Unik Wave Rock, Batuan Berlekuk Serupa Ombak di Australia Barat

Bagaimana Wave Rock di Australia Barat mendapatkan bentuk gelombang purbanya saat ini? Berikut adalah penjelasannya.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 18 Apr 2019, 21:00 WIB
Diterbitkan 18 Apr 2019, 21:00 WIB
Wave Rock, struktur batu purba berbentuk ombak di Taman Nasional Hyden, Australia Barat (Liputan6.com/Happy Ferdian)
Wave Rock, struktur batu purba berbentuk ombak di Taman Nasional Hyden, Australia Barat (Liputan6.com/Happy Ferdian)

Liputan6.com, Perth - Bersama dengan Afrika, benua Australia diyakini oleh banyak ilmuwan sebagai tanah tertua di Bumi.Tidak heran jika kemudiam ditemukan banyak bukti pra sejarah di seantero Negeri Kanguru, termasuk salah satunya adalah Wave Rock di Taman Nasional Hyden, negara bagian Australia Barat.

Wave Rock terdiri dari barisan garis granit abu-abu dan merah, yang membentuk lekukan serupa ombak setinggi 15 meter. Berjarak sekitar 340 kilometer di tenggara kota Perth, tepatnya di sisi timur wilayah pertanian Wheat Belt, Wave Rock memiliki formasi gelombang sempurna sepanjang 100 meter. 

Menurut papan informasi yang tertera di sana, para arkeolog memperkirakan lekukan ombak pada Wave Rock mulai terbentuk sejak 27 miliar tahun silam, jauh sebelum eksistensi dinosaurus. 

"Para peneliti menyebut bahwa Wave Rock adalah granit inselberg (batuan tunggal raksasa) yang telah mengalami begitu banyak erosi akibat mineral yang dibawa oleh tiupan angin dan guyuran hujan selama jutaan tahun," ujar Sheenagh Collins, generasi ketiga dari satu-satunya pengelola tur di Taman Nasional Hyden. 

Kekuatan erosi ini, lanjut Collins, perlahan-lahan menyapu permukaan batu ke bentuk ombak granit bergaris warna abu-abu, merah, dan oker (peralihan warna oranye ke hitam).

Selain itu, adanya ekosistem alga di batuan tersebut, menjadikan permukaan Wave Rock terlihat memiliki paduan warna cokelat dan hitam jika dilihat dari kejauhan.

"Keberadaan alga ini juga menjadikan permukaan Wave Rock berubah warna di malam hari ketika musim panas, menjadi corak merah yang cukup berkilau," jelas Collins.

Tidak diketahui pasti kapan Wave Rock mulai didokumentasikan, namun menurut Collins, kabar tentang struktur batuan purba ini telah tersiar sejak Abad ke-19. Wave Rock sempat menjadi temuan yang mencengangkan bagi koloni Eropa di Australia, karena masyarakat Ngooran --sub kelompok aborigin setempat-- diketahui tidak pernah menyinggung sedikitpun tentang struktur batuan purba itu selama interaksi awal mereka dengan para pendatang.

"Temuan cap tangan dan perkakas batu di sekitarnya membuat para ilmuwan yakin bahwa masyarakat Ngooran telah menempatkan Wave Rock sebagai salah satu tempat penting di kehidupan mereka," ujar Collins.

Wave Rock mulai dibuka untuk kunjungan umum sejak 1928, ketika dinding batu dibangun sebagai pembatas jalur observasi. 

Selain itu, pada 1951, Kementerian Pekerjaan Umum Australia memanfaatkan cekungan batu berukuran luas di dekat Wave Rock sebagai bendungan kecil, yang menampung air hujan untuk sumber pengairan lahan pertanian gandum di Kota Hyden dan sekitarnya. 

 

* Ikuti Hitung Cepat atau Quick Count Hasil Pilpres 2019 dan Pemilu 2019 di sini

Memiliki Koleksi Bunga Liar

Pemandangan alam di sekitar obyek wistaa Wave Rock di Taman Nasional Hyden, Australia Barat (Liputan6.com/Happy Ferdian)
Pemandangan alam di sekitar obyek wistaa Wave Rock di Taman Nasional Hyden, Australia Barat (Liputan6.com/Happy Ferdian)

Wave Rock telah menarik kedatangan ribuan turis lokal dan mancanegara setiap tahunnya. Mereka tidak hanya penasaran akan keunikan batuan purba tersebut, melainkan juga ingin turut menyaksikan langsung keanekaragaman bunga liar yang menyelimuti area taman nasional di sekitarnya.

Beberapa bunga menakjubkan yang menghiasi area lindung di sekeliling Wave Rock di antaranya adalah kelopak keledai, bunga jaring, bunga badut, dan anggrek enamel ungu. Kawasan lindung ini juga menjadi habitat bunga leschenaultia yang sangat langka, di mana kelopak kecilnya mampu menghasilkan harum yang dapat diendus dari jarak hampir 100 meter.

Sayang ketika Liputan6.com bertandang, tanaman unik ini sedang tidak mekar.

"Untuk menikmati beragam bunga liar, sebaiknya datang ketika musim semi, yakni sekitar bulan September hingga Oktober," ujar Collins menjelaskan.

Namun, bukan berarti pengunjung tidak bisa menyaksikan langsung bentuk dari aneka bunga liar tersebut, karena di bangunan pusat informasi wisata setempat, tersedia koleksi yang diawetkan, lengkap dengan penjelasannya.

Terdapat pula sudut koleksi minyak esensial, di mana beberapa di antaranya diekstrakai dari bunga-bunga liar yang tumbuh di sekitar Wave Rock.

Formasi Bebatuan Unik Lainnya

Hippo Yawn, gua yang bagian fasadnya serupa kuda nil sedang menguap (Liputan6.com/Happy Ferdian)
Hippo Yawn, gua yang bagian fasadnya serupa kuda nil sedang menguap (Liputan6.com/Happy Ferdian)

Kawasan wisata Wave Rock juga menyimpan dua keunikan formasi batuan purba lainnya, yakni Hippo Yawn dan Bats Cave Mulka.

Struktur pertama adalah gua pra sejarah yang sekilas jika dilihat dari luar, bentuk formasi batuannya menyerupai kuda nil yang sedang menguap. Itulah mengapa para koloni Eropa menjulukinya sebagai "kuda nil menguap" --atau hippo yawn dalam bahasa Inggris-- ketika pertama kali menemukannya di akhir Abad ke-19.

Di dalam gua Hippo Yawn, ditemukan banyak cap tangan purba di bagian langit-langitnya, yang menurut kepercayaan masyarakat Ngooran, diyakini sebagai tempat suci untuk melahirkan bayi dari segelintir perempuan terpilih, yang diyakini mewarisi keturunan langsung leluhur agung mereka.

"Cap tangan ini menandakan jumlah bayi keturunan leluhur agung masyarakat Ngooran yang telah dilahirkan selama ini," jelas Collins.

Adapun formasi batuan purba kedua, Bats Cave Mulka, justru dianggap sebagai kebalikan dari Hippo Yawn.

Masyarakat Ngooran menganggap tabu lokasi ini, karena diyakini sebagai tempat bersemayamnya Mulka, sosok jahat yang digambarkan sebagai raksasa buruk rupa. 

Untuk menahan Mulka agar tidak keluar dari dalam gua, menurut Collins, masyarakat Ngooran banyak membuat cap tangan dan tumpukan batu di sekelilingnya, yang diyakini mampu mengacaukan penglihatan sang raksasa.

"Tapi, berdasarkan penyelidikan lapangan oleh para geolog, struktur batuan di dalam Bats Cave memang rawan longsor oleh pergerakan makhluk hidup. Ada cukup banyak tulang belulang hewan di sana, yang diperkirakan terjebak oleh longsoran batu," pungkas Collins menjelaskan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya