Donald Trump: Tak Ada yang Senang dengan Peluncuran Rudal Korea Utara

Donald Trump menegaskan, tak ada satu orang pun atau pihak yang senang dengan peluncuran rudal Korea Utara.

oleh Afra Augesti diperbarui 10 Mei 2019, 09:14 WIB
Diterbitkan 10 Mei 2019, 09:14 WIB
Kim Jong-un dan Donald Trump
Kim Jong-un dan Donald Trump (Foto: SAUL LOEB / AFP)

Liputan6.com, Washington DC - Donald Trump menegaskan bahwa Korea Utara tidak siap untuk bernegosiasi setelah meluncurkan dua peluru kendali (rudal) jarak pendek pada lima hari terakhir.

"Kami anggap itu (peluncuran) sebagai sesuatu yang sangat serius sekarang," kata Presiden Amerika Serikat tersebut kepada wartawan di Gedung Putih, seperti diberitakan oleh The Guardian pada Kamis, 9 Mei 2019. "Tidak ada seorang pun yang senang dengan uji coba itu."

Pebisnis nyentrik itu melanjutkan, hubungan AS dengan pemerintah Kim Jong-un akan tetap berlanjut, tetapi: "Saya kira mereka tidak siap untuk bernegosiasi."

Para pejabat AS sebelumnya menyatakan sikap optimisme mereka bahwa Donald Trump akan kembali bertemu dengan Kim Jong-un untuk ketiga kalinya, yang bertujuan untuk 'merayu' Korea Utara guna melancarkan denuklirisasi.

Pyongyang akan benar-benar diminta untuk membongkar seluruh situs program nuklirnya, dengan imbalan dari AS berupa pencabutan sanksi.

Dalam perkembangan lain --yang kemungkinan akan mengurangi harapan untuk memulai perundingan ketiga itu-- departemen kehakiman AS mengatakan telah menahan kapal kargo Korea Utara, The Wise Honest, yang diduga terlibat dalam penghancuran sanksi, dengan menyelundupkan batubara dari Rusia dengan menentang embargo PBB.

Geoffrey Berman, seorang pengacara AS, mengatakan kepada wartawan:

Itu adalah tindakan sipil pertama yang pernah dilakukan dalam sejarah untuk menyita kapal kargo Korea Utara karena melanggar sanksi internasional. Skema ini tidak hanya memungkinkan Korea Utara untuk menghindari sanksi, tetapi The Wise Honest juga digunakan untuk mengimpor alat berat ke Korea Utara, membantu memperluas kemampuan Korea Utara dan melanjutkan siklus penghindaran sanksi. Dengan kejadian ini, kami telah secara signifikan 'mengganggu' siklus itu. Kami bersedia dan mampu mengerahkan berbagai perangkat penegakan hukum untuk mendeteksi, mencegah, dan menuntut upaya penipuan dari Korea Utara untuk menghindari sanksi.

Meskipun pertama kali disita sebelum KTT ketiga antara Donald Trump dan Kim Jong-un dimulai, namun penahanan kapal The Wise Honest oleh AS disebut oleh sejumlah pengamat sebagai perusak hubungan.

The Wise Honest pertama kali ditangkap oleh pihak berwenang Indonesia pada April 2018, setelah terlihat mondar-mandir tidak menentu di wilayah perairan nusantara, keluar dari jalur pelayaran, dan transpondernya dimatikan.

Di dalamnya ditemukan batu bara yang diduga hendak diselundupkan untuk ditransfer ke antar-kapal di perairan internasional.

Jenis Rudal Tidak Diketahui

Korea Utara Resmi Membongkar Situs Uji Coba Nuklir
Korea Utara meledakkan terowongan-terowongan situs uji nuklirnya yang terletak di Punggye-ri, Kamis (24/5). Sejak 2006, Korea Utara melakukan enam kali uji coba senjata nuklir di tempat tersebut. (Korea Pool/Yonhap via AP)

Menurut kepala staf gabungan Korea Selatan, dua proyektil yang digunakan dalam uji coba senjata terbaru Korea Utara masing-masing terbang sejauh 260 mil (420 km) dan 167 mil.

Mereka mengatakan, Seoul sedang bekerja sama dengan Washington untuk menentukan rincian lebih lanjut terkait roket militer tersebut, seperti jenis senjata yang ditembakkan.

Pada Kamis malam di Washington, Pentagon menyebut Korea Utara telah meluncurkan beberapa rudal balistik yang terbang 300 km (186 mil) ke laut.

Militer Korea Selatan membeberkan sebelumnya bahwa setidaknya satu misil diluncurkan dari daerah Sino-ri, Pyongan Utara, daerah yang diketahui punya satu pangkalan rudal tertua Korea Utara dan tempat pengoperasian rudal Rodong jarak menengah.

Mereka menambahkan, peluncuran itu dijalankan dari Kusong, di mana Korea Utara melakukan uji coba pertama dari rudal jarak menengah, Hwasong-12, pada Mei 2017.

Kusong juga memiliki fasilitas uji coba rudal yang sangat penting untuk pengembangan bahan bakar padat Pukguksong-2, yang diklaim telah berhasil diuji coba untuk pertama kalinya pada Februari 2017.

Mengancam Korea Selatan

Gelar Pertemuan, Begini Momen Keakraban Kim Jong Un dan Presiden Korea Selatan
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un bersalaman dengan Presiden Korsel Moon Jae-in (kiri) sebelum menggelar pertemuan di Panmunjom Korea Utara (26/5). (Korean Central News Agency/Korea News Service via AP)

Istana Kepresidenan Korea Selatan, Blue House, memberikan keterangan resmi bahwa peluncuran kedua misil Korea Utara pada hari Kamis kemarin "sangat memprihatinkan" dan merusak upaya untuk meningkatkan hubungan antar-Korea dan meredakan ketegangan militer di semenanjung itu.

Beberapa analis menjabarkan, jika Korea Utara melanjutkan pengujian jenis senjata balistik yang lebih panjang dan dilarang, maka bisa jadi itu sebuah pertanda bahwa Pyongyang telah berpaling dari segala jenis upaya diplomasi.

Sebelum uji coba dilaksanakan, pejabat senior pertahanan dari Korea Selatan, AS dan Jepang bertemu di Seoul untuk membahas peluncuran rudal Korea Utara sebelumnya dan masalah keamanan lainnya. Namun rincian dari pertemuan itu tidak segera diumumkan.

Para ahli yang menganalisis foto-foto dari media pemerintah Korea Utara, KCNA, mengatakan Korea Utara menguji rudal berbahan bakar padat terbaru pada hari Sabtu, yang tampaknya dimodelkan dengan sistem rudal balistik jarak pendek milik Rusia: Iskander.

Korea Utara juga dituding berusaha menekan Korea Selatan agar berpaling dari AS dan mendukung posisi Pyongyang, kata Cha Du-hyeogn, seorang periset di Asan Institute for Policy Studies, Seoul.

Setelah gagal mencapai kesepakatan pada KTT kedua di Hanoi, Februari tahun ini, Korea Utara menuntut Korea Selatan melanjutkan proyek-proyek kerja sama ekonomi bersama yang tertahan karena sanksi yang dijatuhkan oleh AS terhadap Korea Utara.

"Dengan menembakkan senjata yang secara langsung mengancam Korea Selatan, tetapi tidak ke daratan AS atau wilayah Pasifiknya, Korea Utara tampaknya sedang menerka seberapa jauh Washington akan mentolerir kebenciannya tanpa membiarkan perundingan nuklir terjadi," kata Cha.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya