Liputan6.com, Malaysia - Ulama berdarah India yang telah menetap di Malaysia selama tiga tahun, Zakir Naik, menuding media setempat telah memutarbalikkan serta salah mengutip perkataan dari ceramahnya yang menyarankan pengusiran etnis minoritas China dari Malaysia.
"Ceramah saya untuk perlakuan Islam dan adil terhadap minoritas Hindu sedang diputarbalikkan dan salah mengutip agar sesuai dengan keuntungan politik serta menciptakan keretakan," ujar Zakir Naik, seperti dilansir Aljazeera, Jumat (16/8/2019).
Baca Juga
Namun dalam rekaman video yang diunggah Malaysiakini Zakir Naik dengan jelas memberi pernyataan yang menyinggung umat Hindu dan etnis China di Malaysia.
Advertisement
Ulama tersebut menyorot komunitas China di Malaysia ketika ada seruan agar dia meninggalkan negari Jiran, dan mengatakan etnis minoritas China harusnya pergi lebih dulu dari Malaysia karena mereka adalah pendatang.
Zakir Naik Jadi Perbincangan Hangat di Malaysia
Perbincangan mengenai ras dan agama yang merupakan isu sensitif di Malaysia telah mencapai ke permukaan pada minggu-minggu terakhir belakangan ini.
#ZakirNaik menjadi tren nomor tiga di media sosial Twitter Malaysia pada Rabu 14 Agustus, sebagaimana pernyataan dalam ceramahnya yang dianggap menghasut mulai tersebar di media sosial.
PM Malaysia, Mahatir Mohamad bahkan diberitahu saat rapat kabinet oleh dua menterinya bahwa Zakir naik harus dideportasi karena ceramahnya bersifat menghasut dan memecah Malaysia.
Advertisement
Upaya Mencari Solusi bagi Zakir Naik
Dalam pertemuan kabinet, Mahatir Mohamad akan mencari solusi untuk hal tersebut. Namun belum ada penjelasan rinci terkait solusi yang diberikan bagi Zakir Naik.
Menteri Komunikasi dan Multimedia, Gobind Singh Deo dan Menteri Sumber Daya Manusia, M. Kulasegaran memberi pernyataan terkait keputusan atas Zakir Naik.
"Perdana Menteri telah memperhatikan kekhawatiran kami. Kami menyerahkan kepadanya untuk mempertimbangkan posisi dan memutuskan sesegera mungkin apa yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut," ujar kedua menteri dalam pernyataan bersama.
Reporter: Hugo Dimas