Liputan6.com, Moskow - Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan telah tiba di Moskow untuk bertemu dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, pada Selasa, 27 Agustus 2019 waktu setempat.
Keduanya dikabarkan akan membahas tentang situasi di Suriah utara, di mana dua negara yang bermitra ini memiliki kepentingan strategis di wilayah konflik tersebut.
Pertemuan dua pemimpin itu direalisasikan setelah Erdogan dan Putin saling berkomunikasi via telepon, di mana Erdogan membicarakan mengenai kondisi di Idlib dan menggambarkannya sebagai bencana kemanusiaan dan ancaman bagi keamanan nasional Turki.
Advertisement
Baca Juga
Meskipun Rusia dan Turki sudah menandatangani sebuah perjanjian pada setahun yang lalu untuk menciptakan zona de-eskalasi di dekat Idlib yang dikuasai pemberontak, namun ketegangan antara kedua negara telah meningkat dalam dua minggu terakhir.
Terlebih setelah adanya serangan udara militer Suriah (yang didukung Rusia) mengenai konvoi Turki yang sedang melewati Idlib.
Kedua negara tidak sepenuhnya senang dengan kebijakan mereka mengenai Suriah, menurut Step Vaessen dari Al Jazeera yang melaporkan lawatan Erdogan, dikutip pada Rabu (28/8/2019).
"Erdogan ingin Putin mengendalikan pasukan Suriah. Juru bicara Presiden Putin mengatakan, dia memahami keprihatinan Erdogan, meski Putin juga mengkhawatirkan gerakan pemberontak melawan pasukan Rusia," kata Vaessen.
Turki merupakan lawan vokal rezim Bashar al-Assad, Presiden Suriah, dan mendukung pemberontak yang ingin menggulingkannya.
"Rusia agaknya tidak sabar dengan tanggapan Turki sejak kesepakatan di Sochi ditandatangani. Di sanalah mereka (Erdogan dan Putin) berjanji akan mengatur pemberontak," tambahnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Beli Sistem Rudal Terbaru?
Setelah tiba di Moskow, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan disuguhi sebuah parade pertunjukan pesawat tempur di udara, di mana Presiden Rusia Vladimir Putin ingin menunjukkan teknologi militer terbarunya kepada Erdogan.
"Erdogan diperlihatkan Sukhoi terbaru oleh Putin. Sepertinya, Putin berniat inngin menjual ini kepada Erdogan, tetapi tidak begitu jelas apakah Erdogan membelinya atau tidak," kata Step Vaessen dari Al Jazeera.
Sementara itu, pembelian sistem rudal S-400 yang didapatkan dari Kremlin merupakan salah satu cara Ankara untuk menjaga hubungan Turki-Rusia tetap di jalurnya.
Kesepakatan itu telah menciptakan keretakan antara Turki dan mitra-mitra NATO-nya, terutama Amerika Serikat.
AS mengatakan, sistem S-400 tidak akan berintegrasi dengan sistem NATO yang ada dan mengancam Turki dengan sanksi karena pembelian tersebut.
Turki diperkirakan akan menerima sistem kedua S-400 dalam pertemuan tersebut.
Advertisement