Kota di Australia Ini Jadi Merah Bak Planet Mars Akibat Badai Debu

Badai debu landa Kota di Australia ini dan mengubahnya menjadi berwarna merah seperti Planet Mars.

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Nov 2019, 21:03 WIB
Diterbitkan 22 Nov 2019, 21:03 WIB
Kabut oranye tiba-tiba menyelimuti kota Chareville di Australia usai badai debu menerjang
Kabut oranye tiba-tiba menyelimuti kota Chareville di Australia usai badai debu menerjang. (Queensland Police)

Liputan6.com, Australia - Badai debu mengubah langit oranye cerah dan menutupi segala sesuatu yang terlihat di kota Mildura, Australia pada Kamis, 21 November 2019.

Kejadian tersebut mengakibatkan Kota Mildura nampak seperti planet Mars.

Foto dari kota yang merupakan negara bagian Victoria tersebut menunjukkan seolah gambar disaring dengan lensa merah, seprti dilansir cnn.com, Jumat (2/11/2019).

Sementara itu, debu menghantam kota sekitar tengah hari dengan angin berkecepatan hingga 40 kilometer per jam. Serta, suhu mencapai hampir 40 derajat Celcius.

Dipicu Angin Kencang dan Suhu Tinggi

Kebakaran hutan Australia
Kebakaran hutan Australia pada 2016. (AFP)

Badai debu diperburuk oleh angin kencang dan suhu tinggi. Kedua hal tersebut juga berkontribusi terhadap kebakaran hutan mematikan yang melanda New South Wales dan negara bagian Queensland. 

Biro Meteorologi Victoria mengatakan bahwa badai debu itu tidak mengejutkan. Hal itu mengingat Australia mengalami "tahun yang sangat kering melalui bagian utara Mallee (distrik)." 

Dengan debu tersapu ke udara, tingkat visibilitas menjadi rendah di daerah Mildura dengan foto-foto yang memperlihatkan mobil dan jalan menghilang menjadi kabut merah berawan.  

Menurut Biro Meteorologi, jarak pandang di bandara turun dari empat kilometer menjadi 500 meter.

Perubahan Iklim Dunia

Ilustrasi perubahan iklim
Ilustrasi perubahan iklim (AFP)

Kekeringan berkelanjutan di kawasan ini adalah yang paling parah dalam beberapa dekade. Bahkan, hal ini memperburuk fenomena alam seperti kebakaran dan badai debu. 

Kevin Parkyn dari Biro Meteorologi mengatakan bahwa debu merah adalah tanah lapisan atas yang dilonggarkan oleh kekeringan, sehingga membuatnya lebih mudah untuk tertiup angin.

"Sampai hujan, kita akan melihat lebih banyak dari jenis momen seperti ini, sayangnya," kata Kevin Parkyn.

Kekeringan adalah salah satu gejala dari krisis iklim yang semakin mengerikan di Australia. Negara ini semakin panas dan kering, dan hujan sudah berhenti datang, hingga menghancurkan mata pencaharian petani. 

Tahun lalu, bendungan di wilayah Greater Sydney sekitar 64,4 persen penuh dengan air. Namun sekarang, mereka berada di level 46,6 persen. Bahkan, daerah itu akan berada di bawah level peningkatan pembatasan air mulai 10 Desember mendatang.

Sementara itu, beberapa warga Australia semakin menuntut tindakan nyata. Baru-baru ini, ribuan siswa keluar dari kelas untuk menyuarakan perubahan iklim. Sementara, aktivis Extinction Rebellion menghentikan kereta api batu bara dan memblokir jalan.

Namun pemerintah Australia kurang sigap. Baru pada Kamis pagi, Perdana Menteri Australia, Scott Morrison membantah bahwa emisi karbon Australia terkait dengan kebakaran hutan yang mengamuk.

"Untuk menyarankan bahwa dengan hanya 1,3% dari emisi global bahwa Australia melakukan sesuatu yang berbeda - lebih atau kurang - akan mengubah hasil kebakaran musim ini, saya tidak berpikir yang mendukung bukti ilmiah yang kredibel sama sekali," katanya Perdana Menteri Australia, Scott Morrison.

 

Reporter: Hugo Dimas

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya