24-11-1985: Akhir Tragis Pembajakan EgyptAir, 50 Orang Tewas

24 November 1985 seolah jadi hari berkabung dunia. EgyptAir dibajak, berakhir dengan tewasnya 50 orang.

oleh Rasheed Gunawan diperbarui 24 Nov 2019, 06:00 WIB
Diterbitkan 24 Nov 2019, 06:00 WIB
Ilustrasi EgyptAir
Ilustrasi EgyptAir (KHALED DESOUKI/AFP)

Liputan6.com, Kairo - Pada hari itu, 24 November 1985, tepat 34 tahun lalu, terjadi pengepungan pesawat EgyptAir yang dilakukan oleh militer negara Malta. Pesawat maskapai Mesir itu dibajak sekelompok orang bersenjata. Akibat pertempuran tersebut, 50 orang dilaporkan tewas.

Seperti dimuat BBC, korban meninggal termasuk anak-anak yang menjadi penumpang dan juga 6 pembajak. Opsi pengepungan ini terpaksa dilakukan karena para pelaku tak kunjung menyerahkan diri, meski sudah diultimatum militer Mesir.

Pembajakan pesawat ini bermula dari dua hari sebelumnya. Saat itu, pesawat baru saja lepas landas 10 menit dari Bandara Internasional Kairo. Kelompok bersenjata yang saat itu menyamar sebagai penumpang, langsung mengambil alih kendali pesawat.

Burung besi tersebut rencananya terbang menuju Athena, Yunani. Namun, para pembajak meminta pilot untuk mendaratkan pesawatnya di Malta, tepatnya di bandara terpencil dekat Valletta --ibu kota Malta.

Pesawat kemudian berhasil mendarat di bandara Malta dan parkir selama sekitar 24 jam. Dalam kurun waktu tersebut, para pembajak tetap menyekap para penumpang. Otoritas keamanan bandara berusaha untuk bernegosiasi agar semua penumpang dibebaskan, namun gagal.

Pembajak hanya membebaskan dua pramugari, beberapa penumpang wanita berkewarganegaraan Filipina dan Mesir. Mereka yang dibebaskan dalam kondisi terluka. Kemudian pelaku mengeluarkan seorang wanita Israel, tetapi tak lama kepalanya ditembak.

Lalu, dua wanita Israel lainnya mengalami hal serupa. Dikeluarkan dari pintu pesawat, lantas ditembak. Pelaku melanjutkan aksinya dengan mengeluarkan beberapa penumpang lainnya yang sudah dalam kondisi tak bernyawa.

Dikarenakan situasi makin parah, Perdana Menteri Malta waktu itu, Carmelo Mifsud Bonnice, memerintahkan militernya untuk mengepung pesawat. Tentara mengawali serangan dengan membuka tembakan senjata api. Para pembajak membalas dengan melemparkan granat.

Balas membalas senjata ini memicu terjadinya ledakan di beberapa bagian pesawat. Penumpang yang menjadi korban pun bertambah.

Pada akhirnya, pembajak berhasil dilumpuhkan. Diketahui ada total 5 pelaku pembajakan pesawat. Dua di antaranya tewas. Sementara total 59 korban tewas dari total 90 penumpang.

Salah satu pelaku bernama Omar Rezaq diadili di Malta dan dihukum hukuman 25 tahun penjara. Setelah bebas, ia ditangkap agen FBI dan disidang lagi di Amerika Serikat dengan hukuman penjara seumur hidup.

Dalam peristiwa terpisah, sejarah mencatat terjadi kebakaran di sebuah pabrik pakaian di Dhaka, Bangladesh pada 24 November 2012. Insiden ini menewaskan 112 orang.

Sementara itu pada 24 November 2015, bus yang membawa pasukan pengawal presiden Tunisia meledak di Tunis. 14 orang dilaporkan tewas dalam peristiwa ini.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya