4 Fakta Equinox yang Terjadi 20 Maret di Tengah Pandemi Corona COVID-19

Selama ini Virus Corona disebut akan hilang bersama dengan bergantinya musim. Equinox adalah tanda pergantian musim.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 20 Mar 2020, 14:48 WIB
Diterbitkan 20 Mar 2020, 14:48 WIB
Ilustrasi Bumi
Ilustrasi Bumi (NASA)

Liputan6.com, Jakarta - Equinox adalah fenomena tahunan yang terjadi dua kali pada Maret dan September. Pada Maret, peristiwa ini disebut equinox Musim Semi.

BMKG menyebut equinox sebagai fenomena astronomi ketika matahari melintasi garis khatulistiwa. Fenomena ini juga normal dan tidak perlu menimbulkan kecemasan.

Tahun ini, equinox terjadi pada 20 Maret 2020, alias sedang terjadi di wilayah negara-negara barat. Datangnya equinox juga menandakan perubahan musim.

Di tengah epidemi Virus Corona COVID-19, pemerintah China meyakini virus ini akan lenyap pada pergantian musim, dan equinox menjadi tanda bahwa musim di belahan bumi utara mulai berganti.

Berikut ini empat fakta menarik equinox seperti dilansir Earth Sky, Jumat (20/3/2020).

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

1. Tanda Musim Semi

Warga Jepang Dihimbau Tidak Berkumpul Saat Menikmati Bunga Sakura
Seorang pria mengenakan masker melewati pohon sakura di taman Ueno, Tokyo, Jepang (12/3/2020). Di tengah kekhawatiran akan penyebaran virus corona COVID-19, Gubernur Tokyo Yuriko Koike menghimbau warga menghindari kerumunan saat pesta tradisional "hanami". (AFP/Philip Fong)

Equinox sering dipandang sebagai tanda pergantian musim, yakni dari musim salju ke musim semi di bagian bumi utara, serta dari musim panas ke musim gugur di bagian bumi selatan.

Sekarang tandanya belahan bumi utara seperti Amerika Serikat, Eropa, dan Asia Timur mulai masuk musim semi yang lebih hangat ketimbang musim salju.

Fenomena Equinox terjadi dua kali dalam setahun, yakni pada Maret dan September. Equinox yang terjadi di bulan September menandakan awal musim gugur pada 22 September mendatang.

2. Embusan Angin Lebih Lembut

Menikmati Keindahan Bunga Sakura Mekar di Taman Tokyo
Pengunjung berpakaian Kimono melihat bunga sakura yang mekar di taman Tokyo, Jepang, Jumat (23/3). Mekarnya sakura menjadi momen yang paling ditunggu oleh para turis asing di Jepang. (Foto AP/Eugene Hoshiko)

Musim semi adalah saat ketika kehidupan alam kembali aktif setelah hibernasi selama musim dingin. Tak heran terjadinya Equinox memancing respons positif dari alam.

Di belahan bumi utara, equinox menyebabkan matahari terbit lebih awal dan terbenamnya lebih lama ketimbang di musim salju. Embusan angin pun lebih lembut dan tanaman mulai bertunas.

Namun, di belahan bumi selatan cuaca menjadi lebih dingin dan daun-daun berguguran. Itulah tanda musim gugur.

3. Panjang Siang dan Malam Sama

lawu
Pesona matahari terbit yang tren menjadi buruan generasi milenial. (foto: Liputan6.com / erlinda puspita wardhani)

Equinox berasal dari bahasa latin, yakni aequues (equal/setara) dan nox (malam). Selama equinox, panjang malam dan siang menjadi sama.

Pada equinox, malam dan siang akan sama-sama berlangsung 12 jam. Meski demikian, matahari sebetulnya masih bersinar delapan menit lebih lama dari malam.

4. Terbit dan Terbenam Tepat Sasaran

Matahari terbit di New Zealand
Matahari terbit di New Zealand. (Foto: Tyler Lastovich from Pexels)

Matahari terbit dari barat dan terbenam di timur. Namun, sebetulnya terbit dan terbenamnya matahari tak selalu tepat sasaran.

Pada hari-hari biasa, gerak terbit dan terbenam matahari agak sedikit ke utara atau selatan. Berbeda di hari equinox, matahari akan tepat terbit dan terbenam di timur dan barat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya