Antisipasi Gelombang Kedua Corona, Korea Selatan Tutup Bar dan Tunda Buka Sekolah

Korea Selatan memperingatkan potensi adanya gelombang kedua infeksi Virus Corona COVID-19 di negara mereka.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 11 Mei 2020, 12:25 WIB
Diterbitkan 11 Mei 2020, 12:25 WIB
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in (AP/Jon Gambrell)
Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in (AP/Jon Gambrell)

Liputan6.com, Seoul- Pada Minggu 10 Mei 2020, Korea Selatan memperingatkan tentang kemungkinan adanya gelombang kedua infeksi Virus Corona COVID-19.

Presiden Moon Jae-in mengatakan pada 10 Mei, ketika melaporkan infeksi Virus Corona COVID-19 baru selama satu bulan, "ini belum berakhir sampai selesai."

Lonjakan kasus Virus Corona COVID-19 terjadi ketika Korea Selatan mulai mengurangi beberapa pembatasan pandemi, termasuk dengan membuka kembali bar dan klub malam.

Sejak saat itu, Korea Selatan menutup lebih dari 2.100 bar dan perusahaan lain di Seoul setelah kasus baru dikaitkan dengan orang-orang yang sering mengunjungi klub malam pada akhir pekan lalu.

Minggu ini, sekolah-sekolah di Korea Selatan dijadwalkan untuk mulai dibuka kembali, namun itu mungkin akan tertunda setelah muncul kembalinya wabah baru tersebut, seperti dikutip dari VOA News, Senin, (11/5/2020).

Saksikan Video Berikut Ini:

Lonjakan Kasus Virus Corona COVID-19

Kasus Virus Corona di Korsel Melonjak Jadi 204 Orang
Warga yang dicurigai terinfeksi virus corona atau COVID-19 menunggu untuk mendapat pemeriksaa di pusat medis di Daegu, Korea Selatan, Kamis (20/2/2020). Wali Kota Daegu meminta warganya untuk tidak bepergian. (Lee Moo-ryul/Newsis via AP)

Pada Minggu 10 Mei, China juga melaporkan 14 belas kasus baru yang menandakan kenaikan dua digit pertama dalam sepuluh hari.

Sementara itu, Jerman, yang mulai melonggarkan pembatasan sosial pekan lalu, telah melihat beberapa lonjakan regional dalam kasus-kasus Virus Corona, terutama di panti jompo dan tempat pemotongan hewan.

Di seluruh dunia, jumlah kasus Virus Corona yang telah dikonfirmasi Sudan melampaui 4 juta kasus. Menurut statistik Universitas Johns Hopkins, penghitungan kematian global hampir 280.000.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya