Liputan6.com, Tokyo - Pada 1 Juni 1934, Jidosha-Seizo Kabushiki-Kaisha (Automobile Manufacturing Co., Ltd.) yang berbasis di Tokyo, mengumumkan nama barunya: Nissan Motor Company.
Jidosha-Seizo Kabushiki-Kaisha telah didirikan pada Desember 1933. Nama baru perusahaan, yang diadopsi pada Juni 1934, adalah singkatan dari Nippon Sangyo, "zaibatsu" (atau perusahaan induk) milik pendiri Tobata, Yoshisuke Aikawa, demikian seperti dikutip dari History, Senin (1/6/2020).
Advertisement
Nissan memproduksi Datsun pertamanya (turunan dari Dat Car, kendaraan penumpang berbentuk kotak kecil yang dirancang oleh perintis otomotif Jepang Masujiro Hashimoto yang pertama kali diproduksi pada tahun 1914) di pabriknya di Yokohama pada bulan April 1935. Perusahaan mulai mengekspor mobil ke Australia pada tahun yang sama.
Jadi Pabrikan Kendaraan Perang Dunia II
Mulai tahun 1938 dan berlangsung sepanjang Perang Dunia II, Nissan dikonversi seluruhnya dari memproduksi mobil penumpang kecil menjadi memproduksi truk dan kendaraan militer. Pasukan pendudukan Sekutu merebut banyak operasi produksi Nissan pada tahun 1945 dan tidak mengembalikan kendali penuh ke Nissan sampai satu dekade kemudian.
Pada tahun 1960, Nissan menjadi pembuat mobil Jepang pertama yang memenangkan Deming Prize untuk keunggulan teknik. Model Datsun baru seperti Bluebird (1959), Cedric (1960) dan Sunny (1966) membantu memacu penjualan Nissan di Jepang dan luar negeri, dan perusahaan tersebut mengalami pertumbuhan fenomenal selama 1960-an.
Krisis energi pada dekade berikutnya memicu kenaikan ekspor mobil buatan Jepang yang terjangkau dan hemat bahan bakar: Sunny generasi ketiga mendapat skor tertinggi pada tes ekonomi bahan bakar Badan Perlindungan Lingkungan AS pada tahun 1973.
Sukses di Amerika Serikat dan pasar lain memungkinkan Nissan untuk memperluas operasi luar negerinya, yang sekarang mencakup pabrik dan pabrik perakitan di sebanyak 17 negara di seluruh dunia.
Hari ini, Nissan --yang meninggalkan nama Datsun pada pertengahan 1980-an-- adalah salah satu produsen mobil terbesar di Jepang. Setelah berjuang di akhir 1990-an, perusahaan berbalik dengan membangun aliansi dengan produsen mobil Prancis Renault; merombak lini mobil mewahnya, Infiniti; dan merilis truk pickup Titan serta versi modifikasi dari mobil sport Z yang terkenal dan sedan Altima ukuran sedang.
Simak video pilihan berikut:
Perbaiki Bisnis, Nissan Tutup Pabrik di Indonesia
Kembali ke masa kini. Akibat penjualan yang terus menurun dalam beberapa waktu, Nissan harus melakukan perubahan strategi bisnisnya. Salah satunya, dengan resmi menutup pabriknya di Indonesia dan fokus di fasilitas di Thailand, sebagai basis produksi di Asia Tenggara.
Hal tersebut, disampaikan Chief Executive Officer (CEO) Nissan, Makoto Uchida.
Advertisement