Penuh Pro-Kontra, Ini 3 Fakta Perubahan Status Hagia Sophia di Turki Jadi Masjid

Museum Hagia Sophia di Turki telah mengalami perubahan status dari museum menjadi masjid.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 13 Jul 2020, 20:10 WIB
Diterbitkan 13 Jul 2020, 20:10 WIB
Hagia Sophia
Orang-orang berswafoto dengan latar belakang Hagia Sophia di distrik bersejarah Sultanahmet di Istanbul, 11 Juli 2020. Berubahnya status bangunan yang memiliki kubah ikonik ini menjadi masjid tentu membuat publik heboh. (AP Photo/Emrah Gurel)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah menandatangani sebuah dekrit yang mengubah Hagia Sophia di Istanbul, yang awalnya didirikan sebagai katedral menjadi sebuah masjid.

Didirikan 1.500 tahun yang lalu sebagai katedral, Ottoman menjadikan Hagia Sophia sebagai masjid. Namun pada tahun 1934, bangunan tersebut diubah menjadi museum.

"Pembukaan kembali Hagia Sophia Istanbul untuk tempat beribadah tidak akan menghilangkan identitasnya, karena akan selalu menjadi warisan sejarah dunia," kata juru bicara kepresidenan Turki Ibrahim Kalin.

Mengutip berbagai sumber, Senin (13/7/2020), berikut adalah 3 fakta soal berubahnya status Hagia Sophia menjadi sebuah masjid:

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

1. Sudah Direncanakan Sejak 2019

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (AP/Yasin Bulbul)
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (AP/Yasin Bulbul)

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan pada Rabu, 27 Maret 2019, bahwa "sudah tiba saatnya" untuk mengubah ikon Istanbul Hagia Sophia menjadi masjid. Menurutnya, menjadikan bangunan itu sebagai museum adalah "kesalahan yag sangat besar."

"Hagia Sophia tidak akan disebut sebuah museum. Status itu tidak akan lagi berlaku. Kami akan menyebut Hagia Sophia sebagai sebuah masjid," kata Erdogan kepada televisi A Haber.

"Mereka yang datang ke Hagia Sophia akan mengunjungi Masjid Hagia Sophia," katanya.

Rencana ini disampaikan menjelang pemilihan lokal yang memilih setidaknya 1351 walikota dan 20.500 anggota dewan kota di 81 provinsi di Turki. Pemilu yang dimaksud dihelat pada 31 Maret 2019 lalu. 

2. Wisatawan Masih Diizinkan Masuk

Hagia Sophia
Kendaraan polisi berpatroli di depan Hagia Sophia di Istanbul pada 11 Juli 2020. Pemerintah Turki memutuskan untuk mengembalikan status Hagia Sophia menjadi masjid setelah difungsikan sebagai museum. (Ozan KOSE/AFP)

"Pembukaan kembali Hagia Sophia Istanbul untuk tempat beribadah tidak akan menghilangkan identitasnya, karena akan selalu menjadi warisan sejarah dunia," kata juru bicara kepresidenan Turki Ibrahim Kalin.

Meski menjadi tempat beribadah, lanjut Kalin, tak menghalangi wisatawan untuk mengunjunginya. Turki masih akan melestarikan ikon Kristen di sana.

"Semua masjid utama kami seperti Masjid Biru, Masjid Fatih dan Suleymaniye, mereka terbuka untuk pengunjung dan jemaah," kata Kalin.

Kalin juga mengutip contoh-contoh Katedral Notre Dame yang ikonis di Prancis dan Basilika Sacre-Coeur, gereja-gereja terkenal di dunia yang terbuka baik untuk turis maupun penyembah. "Membuka Hagia Sophia untuk beribadah tidak membuat turis lokal atau asing tidak mengunjungi situs ini," tegas Kalın.

"Jadi, kerugian dari warisan dunia tidak perlu dipertanyakan," tambahnya. 

3. Tuai Berbagai Kontra

FOTO: Paus Fransiskus Pimpin Misa Malam Paskah Tanpa Jemaat
Paus Fransiskus menyampaikan pesan saat memimpin Misa Malam Paskah di Basilika Santo Petrus, Vatikan, Sabtu (11/4/2020). Paus mengatakan bahwa ketakutan orang-orang saat ini sama seperti ketakutan para pengikut Yesus sehari usai diri-Nya disalibkan. (Remo Casilli/Pool Photo via AP)

Ketika Presiden Turki menandatangani sebuah dekrit pada Jumat 10 Juli 2020   yang mengubah Hagia Sophia kuno di Istanbul menjadi sebuah masjid, badan kebudayaan PBB (UNESCO) mengatakan bahwa mereka "sangat menyesalkan keputusan" membuat "tanpa diskusi sebelumnya".

Badan itu juga meminta Turki untuk mematuhi "komitmen dan kewajiban hukum" sesuai dengan status Hagia Sophia sebagai museum dalam Daftar Warisan Dunia (World Heritage List), demikian seperti dikutip dari UN News.

Sementara itu, dalam sepucuk surat kepada HE Recep Tayyip Erdogan, Presiden Republik Turki, Sekretaris Jenderal Dewan Dunia Gereja sementara Pendeta Prof Dr Ioan Sauca mengungkapkan harapan dan doanya yang sungguh-sungguh agar Hagia Sophia tidak akan menjadi sekali lagi fokus konfrontasi dan konflik, tetapi akan dikembalikan ke perannya sebagai lambang pemersatu sejak 1934.

"Dengan memutuskan untuk mengubah Hagia Sophia kembali menjadi masjid, Anda telah membalikkan tanda positif keterbukaan Turki dan mengubahnya menjadi tanda pengucilan dan perpecahan."

Sauca menulis bahwa keputusan "pasti akan menciptakan ketidakpastian, kecurigaan dan ketidakpercayaan, merongrong semua upaya kami untuk menyatukan orang-orang dari agama yang berbeda di meja dialog dan kerjasama."

"Demi mempromosikan saling pengertian, rasa hormat, dialog dan kerja sama, dan menghindari menumbuhkan permusuhan dan perpecahan lama, kami mendesak Anda untuk mempertimbangkan kembali dan membalikkan keputusan Anda," lanjut surat itu.

Di sisi lain, Paus Fransiskus juga mengatakan kekecewannya akan keputusan ini. 

Paus Fransiskus mengatakan dirinya "terluka" atas keputusan Turki untuk mengembalikan Hagia Sophia di Istanbul menjadi masjid.

Berbicara dalam sebuah misa di Vatikan, ia mengimbuhkan bahwa ia "memikirkan Istanbul". Paus Fransiskus hanya berbicara beberapa patah kata tentang perkara ini: "Saya memikirkan Istanbul. Saya memikirkan Santa Sophia dan saya sangat terluka."

Seperti pihak lain, AS juga mengutarakan kekecewaannya atas keputusan ini. Amerika Serikat mengatakan bahwa pihaknya kecewa dengan keputusan Turki untuk mengubah monumen era Bizantium Hagia Sophia kembali menjadi masjid dan mendesak akses yang sama bagi semua pengunjung.

"Kami kecewa dengan keputusan pemerintah Turki untuk mengubah status Hagia Sophia," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Morgan Ortagus

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya