Liputan6.com, Jakarta Sebanyak 135 orang tewas dan 5.000 lainnya luka-luka akibat ledakan di pelabuhan Beirut, Lebanon pada Selasa 4 Agustus. Tragedi itu juga menyebabkan sekitar 250.000 orang kehilangan tempat tinggal setelah ledakan mengguncang banyak bangunan.
Gubernur Beirut Marwan Abboud memperkirakan ledakan yang terjadi di Ibu Kota Negara Lebanon tersebut menimbulkan kerugian material sebesar US$ 3 miliar hingga US$ 5 miliar atau sekitar Rp 72 triliun, seperti dilansir Kantor Berita Nasional Lebanon, Kamis (6/8/2020).
Sebagian besar toko di pusat kota Beirut hancur karena letak pusat kota itu berada di dekat Pelabuhan Beirut.
Advertisement
Selain itu, Presiden Syndicate of Hotels Owners Pierre Ashkar pada Rabu mengungkapkan, 90 persen hotel di kota itu rusak, dengan banyak karyawan dan tamu terluka.
Penyelidikan terhadap bencana tersebut sedang berjalan dan Dewan Pertahanan Tinggi Lebanon berjanji akan mengungkapkan hasil investigasi dalam lima hari.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Bank Dunia Siapkan Dana Pemulihan
Kelompok Bank Dunia menyatakan siap mengkaji kerusakan dan kebutuhan Lebanon untuk memulihkan diri dari ledakan hebat di pelabuhan Beirut. Bank Dunia akan membantu menggalang dana publik dan swasta untuk mendanai pembangunan kembali dan pemulihan.
Bank Dunia mengatakan pihaknya "juga akan bersedia memprogram kembali sumber-sumber yang ada saat ini serta mencarikan dana tambahan untuk mendukung pembangunan kembali kehidupan masyarakat yang terdampak oleh bencana ini."
Namun, Bank Dunia tidak menunjukkan sumber daya mana yang dapat dialihkan untuk upaya pemulihan pascaledakan.
Pada Juni, lembaga pemberi pinjaman pembangunan multilateral itu mengumumkan akan mengalokasikan kembali US$ 40 juta (sekitar Rp 580 miliar) dari program kesehatan saat ini senilai US$ 120 juta (sekitar Rp 1,7 triliun) bagi Lebanon untuk membantu negara itu memerangi pandemi Virus Corona.
Advertisement
Dapat Mengubah Negosiasi dengan IMF?
Pada Rabu, juga tidak ada kejelasan apakah bencana itu akan mengubah negosiasi alot Lebanon dengan Dana Moneter Internasional (IMF).
IMF dan Lebanon sejak Mei telah mencoba menyusun paket dana talangan lebih luas untuk membendung krisis keuangan, yang dipandang sebagai ancaman terbesar bagi stabilitas negara itu sejak perang saudara 1975-90.
Perundingan tersebut macet di tengah ketidaksepakatan mengenai skala kerugian finansial dalam sistem perbankan Lebanon.