Top 3: UE Tak Rekomendasi Ivermectin Jadi Obat COVID-19 hingga Dr AS Sorot Sistem Kesehatan Indonesia Populer

Isu Uni Eropa tak rekomendasikan Ivermectin obat COVID-19 hingga vaksin palsu marak di India disorot di kanal Global Liputan6.com edisi Selasa (6/7/2021) pagi ini.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 06 Jul 2021, 08:30 WIB
Diterbitkan 06 Jul 2021, 08:30 WIB
Obat Ivermectin. Foto: AFP
Obat Ivermectin. Foto: AFP

Liputan6.com, Jakarta Ivermectin kabarnya banyak digunakan sebagai obat COVID-19. Kendati demikian European Medicines Agency (EMA) tak memberikan rekomendasi untuk pemakaian tersebut.

EMA hanya menyetujui Ivermectin untuk obat cacing dan obat untuk hewan mengatasi parasit.

Isu tersebut menjadi yang paling disorot di kanal Global Liputan6.com edisi Selasa (6/7/2021) pagi ini.

Selain itu, ribuan orang tertipu vaksin palsu COVID-19 yang tengah marak di India juga menjadi sorotan. Tak tanggung-tanggung, korbannya mencapai 2.500 orang.

Isu lain yang juga mencuri perhatian adalah terkait Dokter AS yang menyorot sistem kesehatan Indonesia. Dokter Faheem Younus dari Universitas Maryland menyebut bahwa sistem kesehatan Indonesia sedang kolaps.

Selengkapnya dalam Top 3 Global berikut ini:

1. Uni Eropa Sebut Ivermectin Obat Hewan, Tak Direkomendasikan untuk COVID-19

Obat  Ivermectin. Instagram @erickthohir
Obat Ivermectin. Instagram @erickthohir

Berdasarkan keputusan Maret 2021, badan obat-obatan Uni Eropa itu menyebut studi-studi tentang ivermectin masih terbatas dengan hasil bervariasi.

European Medicines Agency (EMA) tidak memberikan rekomendasi untuk ivermectin digunakan sebagai obat COVID-19. Ivermectin hanya disetujui untuk obat cacing dan obat untuk hewan mengatasi parasit.

"Hasil-hasil dari studi klinis bervariasi, sebagian studi menunjukan tak ada benefit (dari ivermectin) dan lainnya melaporkan potensi benefit," tulis European Medicines Agency, dikutip Senin (5/7/2021).

Mayoritas studi yang ditinjau oleh EMA juga kecil serta terbatas. Dosisnya juga berbeda-beda dan ada penggunaan obat tambahan.

Selengkapnya di sini...

2. Ribuan Orang India Jadi Korban Penipuan Vaksin COVID-19 Palsu

Pekerja di India Jalani Vaksinasi Corona Dalam Bus Penumpang
Petugas kesehatan bersiap menyuntik pekerja dengan vaksin Covid-19 Covishield di dalam bus penumpang yang diubah menjadi pusat vaksinasi keliling di Kolkata, Kamis (3/6/2021). India telah menderita pandemi yang menghancurkan sejak April, dan baru-baru ini mulai mereda. (Dibyangshu SARKAR/AFP)

Kemunculan pusat imunisasi ilegal di kota-kota besar di India ditanggapi tegas oleh pemerintah. Media melaporkan, ribuan warga tertipu dan mendapat vaksin COVID-19 palsu di tengah gelombang infeksi mematikan.

Salah satu kasus yang paling mencolok melibatkan seorang pegawai negeri berusia 28 tahun. Dia dilaporkan menyuntikkan vaksin corona palsu kepada sekitar 2.000 orang, termasuk anggota parlemen partai pemerintah, Bharatia Janata Party (BJP).

Di Kota Mumbai, India lebih dari 2.000 orang juga mengaku mendapat vaksin palsu di sembilan kamp imunisasi ilegal. Polisi melaporkan, semua tabung vaksin yang diberi label Covishield dan Covaxin mengandung Amikacin, sebuah antibiotika untuk melawan infeksi bakteri.

Sejauh ini enam tersangka sudah ditahan oleh aparat keamanan, demikian dikutip dari laman DW Indonesia, Senin (5/7/2021).

"Sebuah sindikat yang terorganisasi rapi terlibat dalam vaksinasi palsu ini. Kita harus lebih waspada sekarang,” kata Vishawas Patil, seorang pejabat kepolisian lokal kepada DW.

Pemerintah federal berusaha meredam gejolak politik dan menjamin bahwa kasus ini hanya "pengecualian” yang terisolasi.

Selengkapnya di sini...

3. Dr. Faheem Younus: Sistem Kesehatan RI Sedang Kolaps Akibat COVID-19, Perlu Intervensi Global

FOTO: Peningkatan Kasus COVID-19 di DKI Jakarta
Sejumlah mobil ambulans berjalan di luar RS Darurat Wisma Atlet, Jakarta, Selasa (22/6/2021). Bertepatan dengan HUT ke-494 DKI Jakarta, ada peningkatan kasus COVID-19 yang sudah memasuki fase kritis. (merdeka.com/Imam Buhori)

Dokter Faheem Younus dari Universitas Maryland, Amerika Serikat, menyebut bahwa sistem kesehatan Indonesia sedang kolaps. Dunia dimina segera melakukan intervensi. 

"Ini bukanlah Brasil atau India atau Italia," ujar Faheem Younus, MD, melalui Twitter, seperti dikutip Senin (5/7/2021).

"Ini adalah Indonesia. Sebuah negara dengan 270 juta orang dengan senyap dibunuh oleh COVID. Sistem kesehatan sedang kolaps. Butuh intervensi global yang urgen untuk melawan bencana yang sedang muncul," ucapnya.

Faheem Younus menampilkan video singkat dari media Rusia yang menyebutkan sistem kesehatan RI sudah nyaris kolaps. Dr. Younus belakangan ini semakin sering membahas tentang kondisi COVID-19 di Indonesia, termasuk membantah bahwa susu Bear Brand bisa menyembuhkan corona.

Berdasarkan laman Linkedin miliknya, Faheem Younus adalah Clinical Associate Profesor di Universitas Maryland. Ia juga merupakan ahli penyakit menular, serta fellow dari Infectious Disease Society of America

Younus pernah mendapat Presidential Service Award dari mantan Presiden AS Barack Obama pada 2008 atas jasa kemanusiannya.

Selengkapnya di sini...

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya