Taliban Gantung Jasad di Pusat Kota Afghanistan, Sebut Hukuman Keras Akan Diterapkan

Taliban mengatakan mereka telah menembak mati empat tersangka penculik dan menggantung tubuh mereka di lapangan umum di kota Herat, Afghanistan.

oleh Hariz Barak diperbarui 26 Sep 2021, 18:43 WIB
Diterbitkan 26 Sep 2021, 11:01 WIB
FOTO: Taliban Kuasai Bandara Kabul Usai AS Tarik Pasukan dari Afghanistan
Pasukan Taliban berjaga di luar Bandara Internasional Hamid Karzai, Kabul, Afghanistan, 31 Agustus 2021. Taliban menguasai Bandara Kabul setelah Amerika Serikat menarik semua pasukannya dari Afghanistan. (WAKIL KOHSAR/AFP)

Liputan6.com, Herat - Taliban mengatakan mereka telah menembak mati empat tersangka penculik dan menggantung tubuh mereka di lapangan umum di kota Herat, Afghanistan.

Tampilan mengerikan itu terjadi sehari setelah seorang pejabat Taliban yang terkenal memperingatkan bahwa hukuman ekstrem seperti eksekusi dan amputasi akan dilanjutkan, demikian seperti dikutip dari BBC, Minggu (26/9/2021).

Orang-orang itu tewas dalam baku tembak setelah diduga menangkap seorang pengusaha dan putranya, kata seorang pejabat setempat.

Penduduk setempat mengatakan jasad digantung dengan crane di pusat kota.

Wazir Ahmad Seddiqi, seorang penjaga toko setempat, mengatakan kepada kantor berita Associated Press bahwa empat jasad dibawa ke alun-alun, satu digantung di sana dan tiga jasad lainnya dipindahkan ke alun-alun lain di kota untuk ditampilkan.

Wakil gubernur Herat, Maulwai Shair, mengatakan memajang jasad-jasad itu dilakukan untuk mencegah penculikan lebih lanjut. Dia mengatakan orang-orang itu tewas dalam baku tembak setelah Taliban mengetahui bahwa mereka telah menculik seorang pengusaha dan putranya - yang keduanya dibebaskan.

BBC belum secara independen mengkonfirmasi keadaan di mana orang-orang itu terbunuh.

Namun, gambar yang dibagikan di media sosial tampaknya menunjukkan jasad berdarah di bagian belakang truk pick-up dengan derek mengangkat satu orang.

Video lain menunjukkan seorang jasad pria digantung dengan derek dengan tanda di dadanya bertuliskan: "Penculik akan dihukum seperti ini."

Sejak mengambil alih kekuasaan di Afghanistan pada 15 Agustus, Taliban telah menjanjikan bentuk pemerintahan yang lebih ringan daripada masa jabatan mereka sebelumnya.

Tetapi sudah ada banyak laporan pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan di seluruh negeri.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Taliban: Hukuman Ekstrem Akan Dilanjutkan di Afghanistan

Potret Pasukan Khusus Taliban
Pasukan khusus Taliban tiba di dalam Bandara Internasional Hamid Karzai setelah penarikan militer AS, di Kabul, Afghanistan, Selasa (31/8/2021). Taliban menguasai penuh bandara internasional Kabul pada Selasa, setelah pesawat AS meninggalkannya landasan pacu. (AP Photo/Khwaja Tawfiq Sediqi)

Mantan kepala polisi agama Taliban mullah Nooruddin Turabi – yang sekarang bertanggung jawab atas penjara – mengatakan pada hari Kamis 23 September bahwa hukuman ekstrem seperti eksekusi dan amputasi akan dilanjutkan di Afghanistan karena mereka "diperlukan untuk keamanan".

Dalam sebuah wawancara dengan AP, dia mengatakan hukuman ini mungkin tidak dijatuhkan di depan umum, yang sempat diterapkan di bawah pemerintahan Taliban sebelumnya pada 1990-an.

Eksekusi publik sering diadakan di stadion olahraga Kabul atau di halaman luas masjid Eid Gah selama lima tahun pemerintahan kelompok itu.

Tetapi dia menolak kemarahan atas eksekusi publik mereka di masa lalu: "Tidak ada yang akan memberi tahu kami apa hukum kami seharusnya."

Turabi – yang berada dalam daftar sanksi PBB atas tindakan masa lalunya – menambahkan bahwa "semua orang mengkritik kami atas hukuman di stadion, tetapi kami tidak pernah mengatakan apa-apa tentang hukum dan hukuman mereka".

Pada bulan Agustus, Amnesty International mengatakan bahwa pejuang Taliban berada di balik pembantaian sembilan anggota minoritas Hazara yang dianiaya.

Sekretaris Jenderal Amnesty Agnès Callamard mengatakan pada saat itu bahwa "kebrutalan berdarah dingin" dari pembunuhan itu adalah "pengingat dari catatan masa lalu Taliban, dan indikator mengerikan tentang apa yang mungkin dibawa oleh pemerintahan Taliban".

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya