AS Gagal Uji Coba Senjata Hipersonik, Pertanda Kalah dari China?

Pentagon Amerika Serikat tidak dapat menguji badan luncur hipersonik, yang merupakan komponen kunci yang diperlukan untuk mengembangkan senjata hipersonik.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 22 Okt 2021, 13:30 WIB
Diterbitkan 22 Okt 2021, 13:30 WIB
Shanghai Pentagon (1)
Bukan hanya sejumlah barang elektronik yang ditiru, gedung Pentagon juga ada tiruannya.(Sumber Xinhua via Shanghaiist.com)

Liputan6.com, Washington D.C - Amerika Serikat dinilai mengalami kemunduran dalam perlombaan dengan China dan Rusia untuk mengembangkan senjata hipersonik ketika tes terbarunya gagal, kata Pentagon dalam sebuah pernyataan Kamis (21/10).

Tumpukan booster yang merupakan roket yang digunakan untuk mempercepat proyektil ke kecepatan hipersonik gagal dan uji proyektil badan luncur hipersonik tidak dapat dilanjutkan, kata pernyataan itu.

Dikutip dari laman CNN, Jumat (22/10/2021), karena roket gagal, Pentagon tidak dapat menguji badan luncur hipersonik, yang merupakan komponen kunci yang diperlukan untuk mengembangkan senjata hipersonik.

Para pejabat telah memulai peninjauan tes yang berlangsung pada Kamis (21/10) di Kompleks Pelabuhan Antariksa Pasifik di Kodiak, Alaska, untuk memahami penyebab kegagalan booster.

"Eksperimen dan pengujian, baik yang berhasil maupun yang tidak berhasil adalah tulang punggung pengembangan teknologi kritis yang sangat kompleks dengan kecepatan luar biasa, seperti yang dilakukan departemen dengan teknologi hipersonik," kata Lt. Cdr. Tim Gorman, juru bicara Pentagon, dalam sebuah pernyataan.

Pentagon telah menjadikan pengembangan senjata hipersonik sebagai salah satu prioritas utamanya, terutama karena China dan Rusia sedang bekerja untuk mengembangkan versi mereka sendiri.

Kegagalan tersebut merupakan pukulan lain bagi upaya Amerika Serikat setelah uji coba yang gagal pada April 2021 dan terjadi beberapa hari setelah dilaporkan bahwa China telah berhasil menguji kendaraan luncur hipersonik.

Bepergian dengan kecepatan Mach 5 atau lebih cepat, senjata hipersonik sulit dideteksi, menimbulkan tantangan bagi sistem pertahanan rudal.

Rudal hipersonik dapat melakukan perjalanan pada lintasan yang jauh lebih rendah daripada rudal balistik lengkung tinggi, yang dapat dengan mudah dideteksi. Senjata Hypersonic juga dapat bermanuver dan menghindari sistem pertahanan rudal.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Laporan Tes China dan Rusia yang Sukses

Deretan Senjata Canggih Dipamerkan pada HUT ke-70 RRC
Kendaraan militer membawa rudal balistik DF-17 dalam parade HUT ke-70 RRC di Beijing, China, Selasa (1/10/2019). DF-17 merupakan rudal balistik berkecepatan hipersonik yang bisa mencapai daratan Amerika Serikat. (AP Photo/Mark Schiefelbein)

Financial Times melaporkan bahwa China telah berhasil menguji kendaraan luncur hipersonik yang mampu membawa senjata nuklir.

Mereka melaporkan senjata ini diluncurkan dari sistem pengeboman orbital. Meskipun China membantah laporan itu, mengatakan pada bahwa tes itu bukan "eksperimen pesawat ruang angkasa rutin.

Para pejabat pertahanan mengatakan, mereka sangat prihatin tentang China yang mengembangkan kemampuan hipersonik karena mereka dapat memungkinkan Beijing untuk melancarkan serangan ke Kutub Selatan, menghindari pertahanan rudal AS, yang umumnya diarahkan untuk rudal yang datang dari Kutub Utara.

Dua minggu lalu, Rusia mengklaim telah berhasil menguji coba rudal hipersonik yang diluncurkan dari kapal selam untuk pertama kalinya, dan dijuluki Tsirkon.

Awal musim panas ini, Rusia mengatakan telah menembakkan rudal yang sama dari kapal perang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya