Puncak Kasus COVID-19 di Australia Terjadi Lebih Awal di Musim Dingin

Kasus COVID-19 di Australia mencapai puncaknya lebih awal.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 04 Agu 2022, 10:40 WIB
Diterbitkan 04 Agu 2022, 10:30 WIB
Sydney di Tengah Kemunculan Klaster Baru Kasus Covid-19
Orang-orang mengunjungi Opera House di Sydney pada Rabu (30/12/2020). Pihak berwenang berupaya menekan klaster kasus virus corona Covid-19 yang terus bertambah di kota terpadat di Australia tersebut. (Saeed KHAN / AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Wabah musim dingin COVID-19 di Australia yang dipicu oleh sub-varian Omicron baru BA.4 dan BA.5 mungkin telah mencapai puncaknya lebih awal, kata Menteri Kesehatan Mark Butler pada Kamis (4 Agustus), ketika rumah sakit melaporkan penurunan penerimaan yang stabil selama minggu lalu.

Dilansir laman Channel News Asia, Kamis (4/8/2022), Australia sedang berjuang melawan salah satu gejolak terburuk dari virus corona yang didorong oleh sub-varian baru Omicron yang bergerak cepat, menempatkan beban berat pada rumah sakit dan panti jompo. Namun Menteri Kesehatan Mark Butler menandai yang terburuk bisa saja berakhir.

"Itulah yang saya dengar, tetapi kami belum menyebutnya," kata Butler kepada Nine News. "Kami diam-diam berharap bahwa kami telah mencapai puncak lebih awal dari yang kami harapkan."

Pejabat kesehatan memperkirakan gelombang terbaru dapat mencapai puncaknya hanya akhir bulan ini, dengan beberapa negara bagian memperkirakan lonjakan tingkat infeksi dan penerimaan rumah sakit akan mereda pada akhir Agustus.

"Tampaknya kasus yang jelas mulai memuncak dan mungkin menurun di beberapa negara bagian dan sangat menyenangkan, jumlah rumah sakit telah menurun," kata Butler.

Penerimaan rumah sakit dari COVID-19 melayang di dekat level 5.000 pada hari Kamis tetapi telah turun dari rekor 5.571 yang dicapai seminggu yang lalu, data resmi menunjukkan.

Butler mengatakan infeksi influenza telah melewati puncaknya, mengurangi tekanan pada sistem kesehatan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Dipicu Musim Dingin

Australia Kembali Berlakukan Pembatasan Covid
Pelanggan duduk di luar kafe di Pantai Bondi di Sydney, Australia, Sabtu (8/1/2022). Negara bagian terpadat di Australia itu telah memberlakukan kembali beberapa pembatasan dan menangguhkan operasi elektif ketika kasus COVID-19 melonjak ke rekor baru lainnya. (AP Photo/Mark Baker)

Australia telah mengalami musim dingin yang sulit dengan COVID-19 dan virus flu yang beredar. Banyak pekerja garis depan di rumah sakit juga sakit atau dalam isolasi, memperburuk krisis perawatan kesehatan.

Data juga menunjukkan kelambatan pada orang yang menggunakan suntikan booster, dengan hanya sekitar 71 persen yang mendapatkan dosis ketiga dibandingkan 96 persen yang mendapatkan dua dosis, meningkatkan kekhawatiran akan lonjakan kasus di rumah sakit.

Pemerintah mengatakan pada hari Rabu bahwa mereka akan menawarkan mulai September vaksin virus corona Moderna untuk anak-anak berusia enam bulan hingga di bawah lima tahun yang berisiko lebih tinggi terkena penyakit parah.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Kasus COVID-19 di Australia

Suasana Taman di Melbourne saat Lockdown Diperpanjang
Seorang pria berolahraga di dalam taman kota di Melbourne, Australia (3/6/2021). Pihak berwenang mengumumkan Lockdown di Melbourne diperpanjang tujuh hari lagi ketika negara itu berusaha untuk membasmi sekelompok kasus Covid-19 di Melbourne. (AFP Photo/William West)

Australia telah melaporkan lebih dari 9,5 juta kasus dan 12.072 kematian sejak pandemi dimulai, jauh lebih rendah daripada banyak negara yang dibantu oleh jumlah vaksinasi yang mengalahkan dunia dan pembatasan ketat pada awal pandemi.

Media Australia melaporkan bahwa hampir setengah warga Negeri Kanguru terinfeksi COVID-19.

Setidaknya 46 persen warga dewasa Australia sudah pernah terkena COVID-19 hingga awal Juni 2022. Angka ini didapat dari tes darah yang dilakukan untuk mengetahui antibodi virus tersebut.

Para peneliti sudah melakukan "serosurvey", atau survei yang dilakukan dengan memeriksa darah, terhadap mereka yang menyumbangkan darah.

Ini adalah serosurvey kedua yang dilakukan untuk menemukan adanya antibodi terhadap SARS-CoV-2 yang menyebabkan COVID-19.

Hasilnya, angka antibodi sudah meningkat hampir tiga kali lipat dari angka 17 persen di akhir Februari lalu.

Kemungkinan Angka Kasus Lebih Tinggi

Suasana Melbourne saat Pemberlakuan Lockdown
Jalan Swanston yang kosong pada malam hari di kawasan pusat bisnis Melbourne selama lockdown, Rabu (5/8/2020). Negara bagian Victoria, hotspot COVID-19 di Australia, melakukan lockdown dan menutup bisnis ritel sebagai upaya mengekang penyebaran virus corona. (AP Photo/Asanka Brendon Ratnayake)

Rendahnya angka pengetesan, banyaknya kasus tanpa gejala, dan juga tes antigen yang dilakukan di rumah menyebabkan kemungkinan angka kasus yang lebih tinggi daripada yang resmi dilaporkan.

Dr Machalek mengatakan, meskipun tes darah dari para pendonor ini bukan gambaran sempurna dari apa yang terjadi sebenarnya, namun telah memberikan gambaran lebih nyata mengenai berapa banyak warga Australia yang sebenarnya sudah terinfeksi COVID-19.

Infografis Vaksin Covid-19 Booster, Butuh atau Enggak?
Infografis Vaksin Covid-19 Booster, Butuh atau Enggak? (Liputan6.com/Niman)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya