Joe Biden Setujui RUU Iklim Pajak dan Kesehatan, Apa Konsekuensinya?

Joe Biden menandatangani persetujuan sebesar US$ 700 miliar yang bertujuan untuk memerangi perubahan iklim dan biaya perawatan kesehatan sambil menaikkan pajak.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 17 Agu 2022, 13:50 WIB
Diterbitkan 17 Agu 2022, 13:50 WIB
Presiden Amerika Serikat Joe Biden (AP)
Presiden Amerika Serikat Joe Biden (AP)

Liputan6.com, Washington D.C - Presiden Amerika Serikat Joe Biden menandatangani persetujuan sebesar US$ 700 miliar yang bertujuan untuk memerangi perubahan iklim dan biaya perawatan kesehatan sambil menaikkan pajak terutama pada orang kaya.

Tindakan tersebut mencakup langkah-langkah untuk memenuhi janji kongres selama beberapa dekade untuk mengekang harga obat-obatan.

Joe Biden memuji hasil RUU ini saat dia menandatanganinya pada Selasa (16/8), yang merupakan target kebijkan dari agenda domestiknya.

Paket tersebut menginvestasikan US$ 375 miliar untuk memerangi perubahan iklim, investasi federal paling signifikan saat ini, seperti dikutip dari BBC, Rabu (17/8/2022).

Sebuah analisis oleh para ilmuwan dengan Climate Action Tracker mengatakan, RUU itu akan mengurangi pemanasan global di masa depan.

Hal ini diproyeksikan untuk menurunkan emisi AS hingga 44% pada tahun 2030, menurut analisis oleh Rhodium Group, sebuah konsultan.

RUU tersebut tidak mengharuskan perusahaan mengurangi emisi mereka, tetapi termasuk insentif pajak bagi perusahaan untuk berinvestasi dalam energi terbarukan dan potongan harga untuk warga yang membeli mobil listrik atau berinvestasi dalam perbaikan rumah hemat energi.

Dalam terobosan besar, paket tersebut juga memungkinkan pemerintah untuk menegosiasikan harga yang lebih rendah untuk beberapa obat-obatan yang disediakan di bawah program asuransi kesehatan Medicare untuk mereka yang berusia di atas 65 tahun.

Itu diperkirakan akan menghemat ratusan miliar dolar selama dekade berikutnya, menurut perkiraan dari Kantor Anggaran Kongres nonpartisan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Ditentang Republikan

Joe Biden Akhiri Isolasi COVID-19
Presiden Amerika Serikat Joe Biden berbicara di Taman Mawar Gedung Putih, Washington, Amerika Serikat, 27 Juli 2022. Dokter kepresidenan Kevin O'Connor mengatakan meski sudah tak menjalani isolasi, Biden akan mengenakan masker selama 10 hari ketika berada di sekitar orang lain. (AP Photo/Susan Walsh)

Biden juga mengatakan tindakan itu adalah "momen bersejarah", sambil berkata: "Setiap Republikan di Kongres memberikan suara tapi menentang RUU ini."

Pemimpin Senat Republik Mitch McConnell mengatakan, undang-undang itu akan memberikan "pajak yang lebih tinggi, tagihan energi yang lebih tinggi, dan audit pajak IRS yang agresif".

Klaim ekonomi utama tentang undang-undang tersebut masih diteliti.

Meskipun disebut Undang-Undang Pengurangan Inflasi (IRA), paket tersebut tidak akan memiliki dampak terukur terhadap inflasi, menurut analisis oleh Penn Wharton Budget Model, sekelompok ekonom dan ilmuwan data di University of Pennsylvania.

RUU tersebut menetapkan pajak minimum 15% untuk perusahaan, dan Demokrat telah berjanji tidak akan ada kenaikan pajak bagi mereka yang berpenghasilan di bawah US$ 400.000 per tahun.

Tetapi analisis undang-undang oleh Kantor Anggaran Kongres mengatakan bahwa orang Amerika yang berpenghasilan kurang dari US$ 400.000 per tahun akan membayar pajak tambahan US$ 20 miliar.

RUU itu mencakup sekitar US$ 46 miliar untuk Internal Revenue Service guna mempekerjakan puluhan ribu agen pajak.

Brett Reinford (36) seorang peternak sapi perah dari Pennsylvania, mengatakan kepada BBC bahwa dia menyambut baik pendanaan iklim dan berharap itu akan membantu peternakan sapi keluarganya mengurangi emisi metananya.

"Jika kita bisa mendapatkan dukungan dari pemerintah, itu membuat banyak proyek ini lebih masuk akal secara ekonomi," katanya.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Joe Biden Dinyatakan Negatif COVID-19

Presiden AS Joe Biden emosional saat membahas penembakan massal di sekolah dasar di Texas.
Presiden AS Joe Biden emosional saat membahas penembakan massal di sekolah dasar di Texas. Dok: VOA

Presiden Amerika Serikat Joe Biden negatif Covid-19 setelah beberapa hari harus bertahan dari serangan virus tersebut, kata dokternya.

Biden (79) pertama kali dites positif terkena virus lebih dari dua minggu lalu, seperti dikutip dari laman BBC, Minggu (7/8/2022).

Biden telah diisolasi untuk kedua kalinya setelah digambarkan dokternya sebagai kasus "rebound".

Dia akan terus mengisolasi sampai tes negatif kedua "karena kita sangat berhati-hati", kata Dr Kevin O'Connor.

Dr O'Connor menambahkan bahwa "presiden terus merasa baik".

Biden yang telah divaksinasi lengkap dan telah dua kali menerima suntikan booster, pertama kali dinyatakan positif Covid-19 pada 21 Juli. Dia dites negatif enam hari kemudian, kemudian dites positif lagi pada 30 Juli.

Dalam pernyataan sebelumnya, Dr O'Connor mengatakan presiden mengonsumsi obat antivirus Paxlovid, yang dapat menyebabkan pemulihan virus pada sebagian kecil orang yang meminumnya.

Presiden mengalami gejala ringan ketika dia terkena virus, termasuk pilek dan kelelahan, dan terus bekerja saat dalam masa isolasi, kata Gedung Putih.

Dia dijadwalkan mengunjungi negara bagian selatan Kentucky - yang dilanda banjir - pada Senin, menurut jadwal resminya.

Biden sekarang adalah presiden AS kedua yang tertular COVID-19 saat menjabat. Pendahulunya, Donald Trump, dirawat di rumah sakit selama tiga hari pada Oktober 2020 setelah jatuh sakit karena COVID-19.

Hingga saat ini, ada 91,8 juta kasus COVID-19 di AS dan lebih dari satu juta kematian, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).

Gejala Ringan

Serangkaian unggahan menunjukkan Joe Biden tetap memimpin negara meskipun terjangkit COVID-19, di antaranya foto bekerja di mejanya, dan klip video yang direkam di balkon Gedung Putih. (Samuel Corum AFP)
Serangkaian unggahan menunjukkan Joe Biden tetap memimpin negara meskipun terjangkit COVID-19, di antaranya foto bekerja di mejanya, dan klip video yang direkam di balkon Gedung Putih. (Samuel Corum AFP)

Presiden AS Joe Biden dinyatakan positif COVID-19 dan mengalami "gejala yang sangat ringan", kata Gedung Putih seperti dikutip dari BBC, Kamis (21/7/2022).

Mengutip situs Deadline, Gedung Putih sangat berhati-hati dalam menguji mereka yang berhubungan dekat dengan Joe Biden.

Perkembangan terakhir kasus Virus Corona COVID-19 adalah penyebaran varian terbaru yang sangat menular.

Sekretaris Pers Gedung Putih Karine Jean Pierre mengatakan dalam sebuah pernyataan, "Pagi ini (Kamis waktu setempat), Presiden Biden dinyatakan positif COVID-19. Dia divaksinasi dosis penuh dan dua kali mendapat booster serta mengalami gejala yang sangat ringan. Dia telah mulai menggunakan Paxlovid."

Selain itu, Karine Jean Pierre mengatakan Joe Biden bakal melakukan isolasi mandiri (isoman).

"Konsisten dengan pedoman CDC, dia akan mengisolasi diri dan akan terus menjalankan semua tugasnya sepenuhnya selama waktu itu. Dia telah menghubungi anggota staf Gedung Putih melalui telepon pagi ini, dan akan berpartisipasi dalam pertemuan yang direncanakan di Gedung Putih Kamis pagi ini melalui telepon dan Zoom dari kediamannya."

"Ia akan terus bekerja saat isolasi sampai hasil tesnya negatif. Setelah hasil tesnya negatif, dia akan kembali bekerja secara langsung."

Menurut CNN, Joe Biden menerima dua dosis pertama vaksin COVID-19 Pfizer/BioNTech menjelang pelantikannya pada Januari 2021, suntikan booster pertamanya pada bulan September dan vaksinasi booster keduanya pada 30 Maret.

Karena usianya, Biden berada pada peningkatan risiko untuk kasus COVID-19 yang lebih parah, meskipun Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS mengatakan orang dewasa yang lebih tua yang sepenuhnya divaksinasi dan mendapat booster secara signifikan mengurangi risiko rawat inap dan kematian.

Infografis Covid-19 Isu Panas Debat Capres Joe Biden Vs Donald Trump. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Covid-19 Isu Panas Debat Capres Joe Biden Vs Donald Trump. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya