Liputan6.com, Kiev - Dewan Gubernur Badan Pengawas Nuklir Internasional (IAEA) hari Kamis (15/9) meloloskan resolusi yang menuntut agar Rusia mengakhiri pendudukan PLTN Zaporizhzhia, demikian ujar diplomat-diplomat yang menghadiri pertemuan tertutup di Wina.
Resolusi yang diadopsi oleh dewan IAEA itu menyerukan kepada Rusia untuk “segera menghentikan semua tindakan terhadap, dan di, pembangkit listrik tenaga nuklir PLTN Zaporizhzhia, dan fasilitas-fasilitas nuklir lainnya di Ukraina.”
Baca Juga
Dewan yang beranggotakan 35 negara itu meloloskan resolusi tersebut dengan 26 suara mendukung, 2 menentang dan 7 lainnya abstain, kata diplomat itu seraya menambahkan Rusia dan China adalah negara yang menentang resolusi tersebut.
Advertisement
Resolusi itu menyatakan pendudukan militer di PLTN itu meningkatkan secara signifikan risiko kecelakaan nuklir yang membahayakan penduduk Ukraina, negara-negara tetangga dan komunitas internasional, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Sabtu (16/9/2022).
Militer Rusia dan perusahaan nuklir Rusia “Rosatom” harus menangguhkan semua kegiatan di PLTN itu, dan menyerahkan kembali kendali atas fasilitas itu pada pihak berwenang di Ukraina.
Misi Rusia untuk IAEA mengatakan “kelemahan resolusi ini” adalah mereka tidak mengatakan apa-apa tentang penembakan sistematis pabrik itu.
“Alasannya sederhana, karena penembakan itu dilakukan oleh Ukraina, yang didukung dan dilindungi negara-negara Barat dengan segala cara yang memungkinkan,” ujarnya dalam sebuah pernyataan.
PLTN Zaporizhzhia adalah yang terbesar di Eropa. Dalam beberapa minggu terakhir ini PLTN tersebut telah berulangkali diserang sehingga menimbulkan keprihatinan serius di IAEA. Rusia dan Ukraina saling menyalahkan atas serangan itu.
Delegasi IAEA mengunjungi PLTN itu awal September lalu, dan melaporkan bahwa penembakan-penembakan telah membuat fasilitas itu rusak.
PLTN Zaporizhzhia benar-benar ditutup akhir pekan lalu, dan saluran listrik telah dipulihkan untuk memastikan pendinginan batang bahan nuklir dan limbah, yang merupakan hal penting untuk mencegah kerusakan.
Badan Nuklir PBB Khawatirkan Keamanan di PLTN Zaporizhzhia Ukraina
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengatakan hari Selasa (6/9), pihaknya "masih sangat prihatin" tentang keselamatan dan keamanan pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa, fasilitas Zaporizhzhia yang terletak di tengah medan pertempuran antara pasukan Ukraina dan Rusia di Ukraina selatan.
“Kini situasinya tidak bisa dipertahankan, dan langkah terbaik untuk menjamin keselamatan dan keamanan fasilitas nuklir Ukraina dan rakyatnya adalah, mengakhiri konflik bersenjata sekarang,” kata badan nuklir PBB dalam sebuah laporan baru, setelah kepala IAEA Rafael Grossi dan tim pengawas mengunjungi lokasi itu pekan lalu, bahkan ketika terjadi penembakan di dekat fasilitas.
IAEA mengatakan mereka mendapati kerusakan parah di pabrik itu tetapi tidak menyalahkan kedua pihak yang berseteru itu, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Kamis (8/9/2022).
Rusia yang pasukannya mengendalikan fasilitas itu sejak awal invasinya, dan Ukraina yang para insinyurnya menjalankan fassilitas itu, masing-masing menuduh pihak lain yang menembaki fasilitas itu.
Inspektur IAEA mengatakan mereka menemukan pasukan dan peralatan Rusia di dalam, termasuk kendaraan militer yang diparkir di dekat turbin. "Staf Ukraina yang mengelola fasilitas itu di bawah pendudukan militer Rusia dan berada di bawah tekanan yang konstan, terutama dengan terbatasnya staf yang tersedia," kata laporan IAEA.
Advertisement
Rusia Izinkan Pemeriksaan Pembangkit Nuklir Zaporizhzhia Oleh PBB
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, para pejabat PBB akan diberikan izin untuk mengunjungi dan memeriksa kompleks nuklir Zaporizhzhia.
Kremlin membuat pengumuman setelah panggilan telepon antara Putin dan Presiden Prancis Emmanuel Macron, seperti dikutip dari laman BBC, Sabtu (20/8/2022).
Itu terjadi setelah Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan kepada BBC bahwa dia "prihatin" tentang situasi di pabrik tersebut.
Dia mengatakan, aktivitas militer di sekitar Zaporizhzhia harus diakhiri dan mendesak Moskow untuk memberikan akses kepada para inspektur.
Situs tersebut telah berada di bawah pendudukan Rusia sejak awal Maret tetapi teknisi Ukraina masih mengoperasikannya di bawah arahan Rusia.
Setelah percakapan telepon antara para pemimpin Prancis dan Rusia, Kremlin mengatakan bahwa Putin telah setuju untuk memberikan "bantuan yang diperlukan" kepada penyelidik PBB untuk mengakses situs tersebut.
"Kedua pemimpin mencatat pentingnya" mengirim ahli IAEA ke pabrik untuk penilaian "situasi di lapangan," kata Kremlin.
Direktur jenderal pengawas nuklir PBB, Badan Energi Atom Internasional (IAEA), menyambut baik pernyataan Putin, dan mengatakan dia bersedia untuk memimpin kunjungan ke pabrik itu sendiri.
"Dalam situasi yang sangat bergejolak dan rapuh ini, sangat penting bahwa tidak ada tindakan baru yang diambil yang dapat lebih membahayakan keselamatan dan keamanan salah satu pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di dunia," kata Rafael Grossi.
Diubah Jadi Pangkalan Militer
Pejabat Ukraina mengatakan, Rusia telah mengubah kompleks itu menjadi pangkalan militer, mengerahkan peralatan militer, senjata, dan sekitar 500 tentara yang menggunakan situs itu sebagai perisai untuk menyerang kota-kota di seberang Sungai Dnieper.
Dan dalam beberapa pekan terakhir, area di sekitar fasilitas itu mendapat serangan artileri berat, dengan Kiev dan Moskow saling menyalahkan atas serangan tersebut.
Pada hari Kamis, selama pertemuan dengan Guterres dan pemimpin Turki Recep Tayyip Erdogan, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengkritik serangan "sengaja" Rusia terhadap pembangkit listrik.
Meskipun menunjukkan beberapa kesediaan untuk memberikan akses ke inspektur, para pejabat Rusia dengan tegas menolak tuntutan internasional untuk mendemiliterisasi situs tersebut.
Advertisement