Rayakan Natal Ortodoks, Presiden Rusia Vladimir Putin Umumkan Gencatan Senjata di Ukraina

Keputusan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk memberlakukan gencatan senjata di Ukraina diambil setelah muncul seruan dari Kepala Gereja Ortodoks Rusia Patriarch Kirill.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 06 Jan 2023, 00:57 WIB
Diterbitkan 06 Jan 2023, 00:41 WIB
Ilustrasi Natal, pohon Natal
Ilustrasi Natal, pohon Natal. (Photo by JÉSHOOTS/Pexels)

Liputan6.com, Moskow - Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan menteri pertahanannya untuk memberlakukan gencatan senjata selama 36 jam di garis depan perang Ukraina. Gencatan senjata yang bertepatan dengan perayaan Natal Kristen Ortodoks ini dimulai pada Jumat (6/1/2023).

Keputusan Putin untuk memberlakukan gencatan senjata diambil setelah muncul seruan dari Kepala Gereja Ortodoks Rusia Patriarch Kirill pada Kamis pagi. Kirill meminta semua pihak yang terlibat dalam konflik untuk berhenti menembak dan membuat gencatan senjata Natal.

"Dengan mempertimbangkan permohonannya (Kirill), presiden dengan ini menginstruksikan menteri pertahanan Rusia untuk memberlakukan gencatan senjata di sepanjang jalur kontak di Ukraina selama 36 jam," demikian pernyataan Kremlin seperti dikutip dari BBC, Jumat (6/1/2023).

Berdasarkan kalender Julian atau Julius, Gereja Ortodoks Rusia merayakan Natal pada 7 Januari.

Bagaimana Respons Ukraina?

Militer Ukraina Pulihkan Fisik dan Mental Sebelum Kembali ke Medan Tempur
Tentara Ukraina mendengarkan musik meditasi selama sesi aromaterapi di pusat rehabilitasi di wilayah Kharkiv, pada 30 Desember 2022. Perang 10 bulan tanpa henti telah mendorong seorang komandan setempat untuk mengubah sanatorium era soviet lama menjadi pusat pemulihan bagi prajurit untuk mengobati penyakit mental dan fisik. (AP Photo/Vasilisa Stepanenko)

Putin meminta Ukraina untuk membalas gencatan senjatanya, namun permintaan itu dengan cepat ditepis Kyiv. Penasihat presiden Ukraina Mykhailo Podolyak mengatakan, "Simpan kemunafikan untuk dirimu sendiri."

Lebih lanjut Podolyak menegaskan bahwa tidak akan ada gencatan senjata sementara sampai pasukan Rusia mundur dari seluruh wilayah yang mereka duduki.

Dalam pernyataannya Putin meminta Ukraina membalas gencatan senjatanya sehingga sejumlah besar penganut Kristen Ortodoks yang tinggal di daerah di mana perang terjadi dapat merayakan malam Natal pada Jumat dan Natal pada Sabtu (7/1).

Taktik Kremlin?

Militer Ukraina Pulihkan Fisik dan Mental Sebelum Kembali ke Medan Tempur
Tentara Ukraina berbaring selama sesi terapi electrosleep di pusat rehabilitasi di wilayah Kharkiv, pada 30 Desember 2022. Perang 10 bulan tanpa henti telah mendorong seorang komandan setempat untuk mengubah sanatorium era soviet lama menjadi pusat pemulihan bagi prajurit untuk mengobati penyakit mental dan fisik. (AP Photo/Vasilisa Stepanenko)

Langkah Rusia mengumumkan gencatan senjata sementara ini dinilai sejumlah pihak sebagai taktik Kremlin untuk menjelekkan Ukraina di mata publik Rusia jika Kyiv tidak menerapkan hal serupa.

Gereja Ortodoks Rusia sejauh ini merupakan yang terbesar di antara gereja Ortodoks Timur.

Sebagian orang di Ukraina dilaporkan merayakan Natal pada 25 Desember, sementara sebagian lainnya pada 7 Januari. Kedua tanggal tersebut merupakan hari libur nasional di negara itu.

Tahun ini, untuk pertama kalinya, Gereja Ortodoks Ukraina akan mengizinkan jemaatnya merayakan Natal pada 25 Desember, seperti yang dilakukan beberapa denominasi lain di Ukraina barat. Gereja tersebut berpisah dengan Gereja Ortodoks Ukraina (UOC) yang bernama serupa pada tahun 2018.

UOC sendiri terikat dengan kepemimpinan agama Moskow hingga invasi Rusia. Namun, beberapa pendeta utamanya dituduh masih diam-diam mendukung Moskow.

Presiden Turki Dorong Negosiasi

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Dok: Kemkominfo TV

Baru-baru ini Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah meminta Putin untuk mengumumkan gencatan senjata sepihak di Ukraina, sehingga kedua belah pihak dapat bernegosiasi.

Permintaan Erdogan datang setelah kematian puluhan tentara Rusia dalam serangan rudal Ukraina saat malam pergantian tahun di Makiivka, sebuah kota kecil di Donetsk, yang telah berada di bawah kendali separatis pro-Rusia sejak 2014.

Kementerian Pertahanan Rusia sejauh ini mengakui bahwa 89 orang tewas dalam serangan Ukraina tersebut. Itu merupakan jumlah kematian tertinggi yang diakui oleh Rusia sejak menginvasi Ukraina pada 24 Februari 2022. Pihak Ukraina sendiri meyakini bahwa angka sebenarnya jauh lebih tinggi.

Infografis Rusia Vs Ukraina, Ini Perbandingan Kekuatan Militer. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Rusia Vs Ukraina, Ini Perbandingan Kekuatan Militer. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya