Liputan6.com, Washington - Kementerian Pertahanan Amerika Serikat (AS) mengonfirmasi bahwa jet temputnya telah menembak jatuh balon mata-mata China di atas perairan teritorial AS.
Dalam operasi untuk menembak jatuh balon mata-mata tersebut pada Sabtu (4/2/2023), otoritas melakukan penutupan terhadap tiga bandara dan wilayah udara di lepas pantai North Carolina dan South Carolina dengan alasan "upaya demi keamanan nasional". Rekaman di jaringan TV AS menunjukkan, balon jatuh ke laut setelah ledakan kecil.
Baca Juga
Penjaga pantai juga menyarankan para pelaut untuk meninggalkan daerah itu karena operasi militer yang menimbulkan bahaya yang signifikan.
Advertisement
"Jet tempur F-22 menyerang balon dengan satu rudal AIM-9X Sidewinder dan balon itu jatuh sekitar enam mil di lepas pantai AS pada pukul 14.39," ungkap seorang pejabat pertahanan seperti dikutip dari BBC, Minggu (5/2).
Pejabat pertahanan menambahkan, puing-puing balon mata-mata itu mendarat di perairan setinggi 14 meter, lebih dangkal dari yang mereka perkirakan, di dekat Pantai Myrtle, South Carolina.
Militer sekarang berusaha mengumpulkan puing-puing balon. Dua kapal angkatan laut, termasuk satu dengan derek berat, dilaporkan berada di area tersebut.
Di Bawah Tekanan
Presiden AS Joe Biden berada di bawah tekanan untuk menembak jatuh balon mata-mata, sejak pejabat pertahanan pertama kali mengumumkan bahwa mereka melacaknya keberadaannya pada Kamis (2/2).
"Mereka berhasil menjatuhkannya dan saya ingin memuji penerbang kami yang melakukannya," ujar Biden.
Presiden Biden pertama kali menyetujui rencana untuk menjatuhkan balon pada Rabu (1/2), tetapi Pentagon menyarankan untuk menunggu sampai objek tersebut berada di atas air agar tidak menempatkan orang di darat dalam risiko yang tidak semestinya.
Pejabat pertahanan AS mengungkapkan pada Sabtu bahwa balon mata-mata China pertama kali memasuki wilayah udara AS pada 28 Januari, sebelum pindah ke wilayah udara Kanada tiga hari kemudian, dan masuk kembali ke AS pada 31 Januari. Objek itu terlihat di negara bagian Montana AS, yang merupakan rumah bagi sejumlah situs rudal nuklir.
Advertisement
Memperburuk Hubungan
Hubungan antara China dan AS kian diperburuk oleh insiden tersebut, dengan Pentagon menyebutnya sebagai "pelanggaran yang tidak dapat diterima" terhadap kedaulatan AS.
Penemuan balon mata-mata ini juga memicu batalnya lawatan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken ke China pada 5-6 Februari, yang semestinya menjadi pertemuan tingkat tinggi pertama AS-China yang dilakukan di Beijing dalam beberapa tahun terakhir. Blinken menyebut, China telah melakukan "tindakan tidak bertanggung jawab".
Namun, China berusaha mengecilkan pembatalan kunjungan tersebut dengan mengatakan pada Sabtu bahwa tidak ada pihak yang secara resmi mengumumkan rencana lawatan Blinken.
Pihak berwenang China sendiri membantah itu adalah balon mata-mata dan sebaliknya mengatakan itu adalah kapal udara sipil yang digunakan terutama untuk penelitian meteorologi. Mereka mengklaim, kapal udara itu memiliki kemampuan "beroperasi sendiri" yang terbatas dan telah menyimpang jauh dari jalur yang direncanakan karena angin.
Kementerian Luar negeri China mengatakan Beijing tidak akan menerima dugaan yang tidak berdasar dan menuduh sejumlah politikus dan media di AS menggunakan insiden itu sebagai dalih untuk menyerang dan mencoreng China.
Pada Jumat (3/2), Pentagon mengatakan balon mata-mata China kedua telah kembali terlihat. Kali ini di atas Amerika Latin dengan penampakan yang dilaporkan di atas Kosta Rika dan Venezuela.
China sejauh ini tidak memberikan komentar publik tentang balon kedua.