Direktur FBI Sebut COVID-19 Kemungkinan Berasal dari Lab Milik Pemerintah China

Direktur FBI Christopher Wray mengatakan bahwa bironya meyakini COVID-19 "kemungkinan besar" berasal dari "laboratorium yang dikendalikan pemerintah China".

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 01 Mar 2023, 10:36 WIB
Diterbitkan 01 Mar 2023, 10:36 WIB
Direktur FBI Christopher Wray. (Associated Press)
Direktur FBI Christopher Wray. (Associated Press)

Liputan6.com, Washington D.C - Direktur FBI Christopher Wray mengatakan bahwa bironya meyakini COVID-19 "kemungkinan besar" berasal dari "laboratorium yang dikendalikan pemerintah China".

"FBI sudah cukup lama menilai bahwa asal-usul pandemi kemungkinan besar merupakan potensi insiden laboratorium," katanya kepada Fox News.

Mengutip CNN, Senin (1/3/2023), kini adalah konfirmasi publik pertama dari penilaian rahasia FBI tentang bagaimana virus pandemi COVID-19 muncul.

Sementara itu, China membantah kebocoran laboratorium di Wuhan, menyebut tuduhan itu memfitnah.

Komentar Wray mengemuka sehari setelah duta besar AS untuk China menyerukan negara itu untuk "lebih jujur" tentang asal-usul COVID.

Dalam wawancaranya pada Selasa 28 Februari, Wray mengatakan China "telah melakukan yang terbaik untuk mencoba menggagalkan dan mengaburkan" upaya untuk mengidentifikasi sumber pandemi global.

"Dan itu sangat disayangkan bagi semua orang," kata Wray.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa Virus Corona COVID-19 membuat lompatan dari hewan ke manusia di Wuhan, China, kemungkinan di pasar makanan laut dan satwa liar di kota itu.

Pasar berjarak 40 menit berkendara dari laboratorium virus terkemuka dunia, Institut Virologi Wuhan, yang melakukan penelitian terhadap Virus Corona.

COVID-19 pertama kali muncul tiga tahun lalu dan sejak itu menyebabkan kematian hampir tujuh juta orang.

Instansi pemerintah AS lainnya telah menarik kesimpulan yang berbeda dengan FBI, dengan tingkat kepercayaan yang berbeda-beda terhadap temuan mereka.

 

AS Masih Belum Punya Konsensus Jelas Soal Asal Mula COVID-19

Ilustrasi coronavirus, virus corona, koronavirus, Covid-19
Ilustrasi coronavirus, virus corona, koronavirus, Covid-19. Kredit: Fernando Zhiminaicela via Pixabay

Media AS melaporkan pada Minggu 26 Februari bahwa departemen energi AS telah menilai dengan "keyakinan rendah" bahwa COVID-19 bocor dari laboratorium. Badan itu sebelumnya mengatakan belum memutuskan bagaimana virus itu bermula.

Pada Senin 27 Februari, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan bahwa Presiden AS Joe Biden mendukung "upaya seluruh pemerintah" untuk mengetahui bagaimana COVID bermula. Namun dia menambahkan bahwa AS masih belum memiliki konsensus yang jelas tentang apa yang terjadi.

"Kami belum sampai di sana," kata John Kirby. "Jika kami memiliki sesuatu yang siap untuk diinformasikan kepada rakyat Amerika dan Kongres, kami akan melakukannya."

 

4 Badan Intel AS Tak Yakin COVID-19 dari Hewan Terinfeksi

Ilustrasi virus corona COVID-19, omicron
Ilustrasi virus corona COVID-19, omicron. (Photo by starline on Freepik)

Sebuah laporan tidak rahasia yang dirilis oleh pejabat mata-mata AS pada Oktober 2021 mengatakan bahwa empat badan intelijen AS telah menilai dengan "keyakinan rendah" bahwa itu berasal dari hewan yang terinfeksi atau virus terkait.

Selama berbulan-bulan, pada puncak pandemi COVID-19, teori kebocoran laboratorium dianggap kontroversial, dengan pejabat tinggi kesehatan secara terbuka menyangkal kemungkinan bahwa Virus Corona mungkin telah dibuat di lingkungan laboratorium, dan kemudian lolos, secara tidak sengaja atau sebaliknya.

Investigasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut teori kebocoran laboratorium "sangat tidak mungkin," tetapi setelah kritik mendalam terhadap penyelidikan asli, direktur jenderal badan tersebut kemudian menyerukan penyelidikan baru, dengan mengatakan: "Semua hipotesis tetap terbuka dan memerlukan studi lebih lanjut."

Warga Hong Kong Tak Wajib Pakai Masker Setelah 959 Hari, Seluruh Pembatasan COVID-19 Dicabut

Hong Kong Perpanjang Mandat Masker hingga 8 Maret
Orang-orang memakai masker di Hong Kong. (AFP/Peter Parks)

Bicara soal COVID-19, Hong Kong, salah satu kota besar terakhir yang masih memerintahkan warganya untuk menggunakan masker, akhirnya mengakhiri mandat penggunaannya setelah hampir tiga tahun atau selama 959 hari.

Dikutip dari CNN, Selasa (28/2/2023), mandat masker di Hong Kong ditegakkan dengan memasang denda yang dapat mencapai lebih dari $1.000.

Mandat masker tersebut mewajibkan warga untuk menggunakan penutup wajah di semua ruang publik.

Aturan tersebut pertama kali diberlakukan untuk area transportasi umum yaitu pada 15 Juli 2020. Lalu diperluas dua minggu kemudian dengan mencakup area dalam dan luar ruangan. 

Sebelum diberlakukannya aturan tersebut, warga telah terlebih dahulu mulai menggunakan masker beberapa bulan sebelumnya. Hal ini dikarenakan laporan penyebaran infeksi Virus Corona yang semakin melonjak dan menyebar luas.

"Mandat akan dicabut sepenuhnya pada Rabu 1 Maret 2023," kata John Lee, Pemimpin Hong Kong, pada jumpa pers Selasa (27/2/2023), terhitung 959 hari sejak aturan mandat masker diberlakukan.

"Kita sekarang kembali normal," kata Lee, bertepatan dengan siapnya pusat keuangan Asia untuk menyambut kembali pelancong bisnis dan turis.

Hong Kong telah mengakhiri beberapa kontrol besar terkait pembatasan COVID-19 lainnya selama beberapa bulan terakhir, terutama karantina wajib untuk semua kedatangan internasional.

Dicabutnya aturan karantina COVID-19 wajib merupakan sebuah langkah besar yang disambut dengan baik oleh banyak kalangan mulai dari para pelancong hingga pebisnis lokal yang beberapa waktu ke belakang cukup disulitkan karenanya.

Infografis Polusi Udara di Dunia Menurun saat Pandemi Corona. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Polusi Udara di Dunia Menurun saat Pandemi Corona. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya