Ukraina: Serangan Rudal Rusia S-300 ke Museum Tewaskan 2 Orang dan Melukai 10 Lainnya

Militer Rusia disebut telah berulang kali menggunakan S-300, yang tidak dapat dicegat oleh pertahanan udara Ukraina, untuk menyerang sasaran darat.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 26 Apr 2023, 16:04 WIB
Diterbitkan 26 Apr 2023, 16:04 WIB
Pelatihan Militer Rekrutan Rusia untuk Perang Lawan Ukraina
Seorang rekrutan menembakkan rudal portabel saat pelatihan militer di lapangan tembak di wilayah Krasnodar, Rusia, 21 Oktober 2022. Presiden Rusia Vladimir Putin beberapa waktu lalu mengumumkan mobilisasi militer parsial. Akan ada 300.000 tentara cadangan dikirim berperang ke Ukraina. (AP Photo)

Liputan6.com, Kyiv - Rudal Rusia S-300 dilaporkan menghantam museum di Kupiansk, Kharkiv, Ukraina, pada Selasa (25/4/2023), menewaskan sedikitnya dua orang dan melukai 10 lainnya.

Militer Rusia disebut telah berulang kali menggunakan S-300, yang tidak dapat dicegat oleh pertahanan udara Ukraina, untuk menyerang sasaran darat.

"Negara teroris melakukan segalanya untuk menghancurkan kita sepenuhnya," ungkap Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky seperti dilansir AP, Rabu (26/4/2023). "Sejarah kita, budaya kita, orang-orang kita. Membunuh orang-orang Ukraina dengan metode yang benar-benar biadab."

Zelensky menuturkan bahwa seorang pekerja museum tewas. Sementara Gubernur Kharkiv Oleh Syniehubov melaporkan bahwa satu jenazah lainnya berhasil dikeluarkan dari reruntuhan, tiga orang dirawat di rumah sakit, dan tujuh lainnya menderita luka ringan.

Kupiansk direbut oleh pasukan Rusia pada tahap awal invasi, tetapi diklaim berhasil dikuasai kembali oleh Ukraina dalam serangan balasan pada September 2022.

Sementara itu, dalam peristiwa terpisah, Gubernur Dnipropetrovsk Serhiy Lisak mengatakan bahwa dua orang terluka oleh tembakan artileri berat Rusia yang menghantam Kota Marhanets dan Nikopol pada Selasa malam. Keduanya berada di tepi barat Sungai Dnieper atau tepat di seberang Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhzhia yang dikuasai Rusia.

Serangan Balasan Ukraina

Serangan Rudal Rusia Hancurkan Gedung Lima Lantai di Zaporizhzhia Ukraina, Tiga Orang Tewas
Tim penyelamat bekerja di gedung tempat tinggal berlantai lima yang hancur setelah serangan rudal di tengah invasi Rusia ke Ukraina di Zaporizhzhia pada 2 Maret 2023. Di antara mereka yang selamat adalah seorang pria berusia 30 tahun yang menurut petugas penyelamat terjebak di bawah lempeng beton akibat serangan rudal. (AFP/Katerina Klochko)

Militer Ukraina dikabarkan sedang mempersiapkan serangan balasan besar-besaran, dengan mengandalkan pasokan persenjataan terbaru dari Barat, termasuk tank tempur.

Zelensky pada Selasa bertemu dengan petinggi militer untuk membahas situasi medan perang serta prospek pasokan senjata baru dan persiapan pasukan.

"Kita harus mempercepat laju pasokan senjata karena setiap hari keterlambatan berarti nyawa tentara kita," kata Zelensky.

Kepala intelijen militer Ukraina Mayor Jenderal Kyrylo Budanov dalam wawancaranya dengan RBC-Ukraina yang dirilis Senin (24/4), menggambarkan serangan balasan yang direncanakan sebagai "pertempuran penting dalam sejarah modern Ukraina" yang akan membuat negara itu "merebut kembali wilayah yang signifikan."

Kremlin, sementara itu, secara teratur mengingatkan Barat tentang persenjataan nuklirnya dalam upaya mencegah Amerika Serikat (AS) dan sekutunya meningkatkan pasokan senjata ke Ukraina.

AS dan sekutu NATO-nya mengecam retorika nuklir Moskow berbahaya dan tidak bertanggung jawab, tetapi mencatat bahwa mereka belum melihat adanya perubahan dalam postur nuklir Rusia.

Pada Selasa, Wakil Kepala Dewan Keamanan yang diketuai oleh Presiden Rusia Vladimir Putin, Dmitry Medvedev, memperingatkan bahwa dunia kemungkinan berada di ambang Perang Dunia lain. Dia menggarisbawahi bahwa Rusia tidak akan ragu menggunakan senjata nuklir jika menghadapi ancaman eksistensial.

Medvedev menggambarkan bom atom sebagai hal penting bagi kelangsungan hidup Rusia, dengan mengatakan, "Bagi negara kita, senjata nuklir adalah sendi yang menyatukan negara."

"Musuh... tidak boleh meremehkan itu," kata Medvedev.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya