AS Khawatir Agresi Tiongkok terhadap Kapal-kapal Filipina di Laut China Selatan

Ketua Kepala Staf Gabungan Amerika Serikat Jenderal Charles Brown Jr menyatakan kekhawatirannya atas agresi China terhadap kapal-kapal Filipina.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 16 Des 2023, 10:02 WIB
Diterbitkan 16 Des 2023, 10:02 WIB
AS dan Filipina Latihan Tembak Kapal Musuh di Laut China Selatan
Hampir 18.000 tentara telah mengambil bagian dalam latihan tahunan yang dijuluki Balikatan, atau “bahu bahu” dalam bahasa Filipina. (AFP/JAM STA ROSA)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Kepala Staf Gabungan Amerika Serikat Jenderal Charles Brown Jr menyatakan kekhawatirannya atas agresi China terhadap kapal-kapal Filipina.

Ia mengatakan bahwa AS mengawasi dengan cermat situasi tersebut, demikian yang dilaporkan Kantor Berita Filipina.

Hal ini terjadi setelah kapal Tiongkok melakukan agresi terhadap kapal Filipina, yang melakukan misi pasokan dan rotasi reguler (RORE) di Dangkalan Ayungin selama akhir pekan, demikian dikutip dari laman ANI News, Sabtu (16/12/2023).

Pada Senin (11/12) Panglima Angkatan Bersenjata Filipina (AFP), Jenderal Romeo Brawner Jr., mengutip Jenderal Charles Brown Jr dari konferensi telepon pada hari Senin.

“Bagi Jenderal Charles Brown Jr, tindakan yang dilakukan oleh Tiongkok sangat mengkhawatirkan dan mereka mengawasi dengan ketat dan bahkan mereka memberikan pernyataan dukungan tidak hanya kepada AFP tetapi kepada Filipina secara umum,” kata Brawner.

"Pada tanggal 9 Desember, kapal Penjaga Pantai China (CCG) dan milisi maritimnya mengganggu kapal Biro Perikanan dan Sumber Daya Perairan yang terlibat dalam misi kemanusiaan di lepas pantai Bajo de Masinloc (juga dikenal sebagai Scarborough Shoal), merusak salah satu kapal dalam serangan meriam air, Philipinnes News Agensi melaporkan."

Dalam pembicaraan keduanya, Brown menegaskan kembali komitmen AS untuk terus mendukung Filipina.

 

Aliansi Filipina dan Amerika Serikat

Menhan AS Lloyd Austin dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr
Menhan Amerika Serikat Lloyd Austin dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr saat bertemu di Manila, Kamis (2/2/2023). (Dok. AFP)

Kedua pejabat militer tersebut juga sepakat untuk menjaga hubungan lebih erat di tengah tindakan ilegal dan agresif kapal Tiongkok yang menargetkan kapal Filipina di Laut Filipina Barat.

“Keduanya sepakat untuk menjaga koordinasi yang erat di tengah memburuknya aktivitas ilegal CCG yang menargetkan rotasi dan penyediaan kembali misi dan patroli kapal pemerintah Filipina di WPS. Mereka juga membahas kepentingan keamanan strategis bersama dan peluang untuk meningkatkan kerja sama militer."

Kedua pejabat militer tersebut juga menegaskan kembali komitmen mereka terhadap aliansi Filipina-AS di bawah kerangka Perjanjian Pertahanan Bersama dan dalam menegakkan tatanan internasional berbasis aturan serta visi bersama mengenai Kawasan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.

Filipina Panggil Dubes Tiongkok Lantaran Tak Terima Konfrontasi di Laut China Selatan

Ilustrasi bendera Filipina. (Unsplash/CvE)
Ilustrasi bendera Filipina. (Unsplash/CvE)

Sebelumnya, pemerintah Filipina memanggil Duta Besar Republik Rakyat China (RRC) untuk meminta klarifikasi atas konfrontasi maritim yang baru-baru ini terjadi. Kapal RRC tertangkap kamera menembakan meriam air ke kapal milik Filipina. 

Dilaporkan VOA Indonesia, Selasa (12/12), video yang dirilis oleh Garda Pantai Filipina menunjukkan kapal-kapal China menembakkan meriam air ke kapal-kapal Filipina selama dua misi pasokan terpisah di Scarborough Shoal dan sebuah garnisun kecil di Second Thomas Shoal pada hari Sabtu dan Minggu.

Ada juga tabrakan antara kapal Filipina dan China di beting Second Thomas, tempat sejumlah tentara Filipina ditempatkan di kapal perang yang sengaja dikandaskan, dan kedua negara saling menyalahkan atas insiden itu.

Panglima militer Filipina Jenderal Romeo Brawner berada di kapal pasokan Filipina yang terlibat dalam tabrakan tersebut, kata para pejabat.

Protes diplomatik telah diajukan dan “duta besar China juga telah dipanggil”, kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Filipina Teresita Daza pada konferensi pers, Senin.

Daza mengatakan, penetapan duta besar China Huang Xilian sebagai "persona non grata" di Filipina juga merupakan "sesuatu yang harus dipertimbangkan secara serius.”

Eskalasi Serius

17 Tahun Dirampas AS, Lonceng Balangiga Dikembalikan kepada Filipina
Bendera Amerika Serikat (AS) berkibar saat pengembalian lonceng Balangiga dari pemerintah AS ke Filipina di Pasay, Manila, Selasa (11/12). Lonceng Balangiga dihormati oleh orang Filipina sebagai simbol kebanggaan nasional. (AP Photo/Bullit Marquez)

Koresponden AFP di luar Kementerian Luar Negeri di Manila melihat sebuah SUV berbendera China memasuki kompleks tersebut sekitar pukul 15.00 waktu setempat. Kendaraan terlihat meninggalkan lokasi itu 45 menit kemudian.

Aksi menabrak dan aksi meriam air yang dilakukan China terhadap kapal-kapal Filipina, serta penggunaan perangkat akustik jarak jauh, merupakan “eskalasi serius” dari taktik Beijing, kata Jonathan Malaya, asisten Direktur Jenderal Dewan Keamanan Nasional Filipina, kepada wartawan.

Namun Kementerian Luar Negeri China mengatakan bahwa tindakan garda pantainya bersifat “profesional” dan “terkendali”, dan pihaknya telah “menyampaikan pernyataan tegasnya” kepada Manila.

Garda Pantai China sebelumnya menuduh salah satu kapal pemasok Filipina sengaja menghantam kapalnya meskipun ada “peringatan keras”.

China mengklaim hampir seluruh wilayah Laut China Selatan sebagai wilayahnya dan mengabaikan keputusan pengadilan internasional yang menyatakan klaim mereka tidak memiliki dasar hukum.

Negara ini mengerahkan kapal-kapal untuk berpatroli di jalur perairan yang sibuk itu dan telah membangun pulau-pulau buatan yang telah dimiliterisasi untuk memperkuat klaimnya.

Infografis Filipina Selatan Memanas
Sejak puluhan tahun lalu Filipina Selatan ditempati banyak kelompok separatis (liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya