Liputan6.com, Moskow - Kremlin mengancam Eropa dan Amerika Serikat (AS) dengan konsekuensi serius, termasuk penyitaan finansial atau bahkan putusnya hubungan diplomatik, jika aset Rusia yang disimpan di luar negeri diberikan untuk membantu Ukraina.
Juru bicara Presiden Vladimir Putin, Dmitry Peskov, mengatakan kepada wartawan pada Jumat (22/12/2023) bahwa pemerintahan Joe Biden dan para pemimpin Eropa berencana menyita aset bank sentral Rusia yang diyakini berjumlah lebih dari USD 300 miliar yang dibekukan setelah Moskow melancarkan invasi ke Ukraina pada Februari 2022.
Baca Juga
"Mereka harus menyadari Rusia tidak akan pernah membiarkan mereka yang melakukannya sendirian," ungkap Peskov seperti dilansir The Guardian, Sabtu (23/12).
Advertisement
The New York Times melaporkan pada Kamis (21/12), pemerintahan Biden telah memulai diskusi mendesak dengan negara-negara G7 mengenai bagaimana mereka dapat merencanakan penyitaan dana yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang sebagian besar diyakini dilakukan di Eropa, dan apakah dana itu dapat digunakan langsung untuk upaya militer Ukraina atau hanya untuk rekonstruksi dan penggunaan anggaran.
Biden, ungkap The Times, belum menandatangani strategi tersebut. Namun, diskusi terkait hal itu dikabarkan semakin cepat karena Partai Republik AS telah memblokir kesepakatan di Kongres untuk memberikan bantuan militer baru ke Ukraina, yang berpotensi menggagalkan upaya perang Ukraina.
"Penyitaan tidak sah atas aset-aset kami selalu menjadi agenda baik di Eropa maupun di AS," tutur Peskov mengenai laporan bahwa pemerintahan Biden menekan negara-negara Eropa untuk menyusun rencana potensi penyitaan pada Februari, bertepatan dengan peringatan dua tahun invasi Rusia ke Ukraina.
"Masalah ini tidak dapat kami terima. Secara potensial, hal ini sangat berbahaya bagi sistem keuangan global."
Melemahkan Mesin Perang Rusia
Sebagai indikasi bahwa negara-negara Eropa mungkin siap untuk menandatangani strategi tersebut, jaksa penuntut di Jerman mengungkapkan pada minggu ini bahwa mereka mengajukan permohonan untuk menyita lebih dari 720 juta euro dari rekening lembaga keuangan Rusia di sebuah bank di Frankfurt.
Biden sendiri pada Jumat menandatangani keputusan eksekutif yang akan memasukkan bank-bank dan lembaga keuangan lainnya yang mendukung industri pembuatan senjata Rusia ke dalam daftar hitam, upaya untuk membuat mesin perang Rusia kekurangan komponen-komponen utama seperti semikonduktor dan peralatan mesin.
Menteri Keuangan AS Janet Yellen menegaskan, "AS tidak akan ragu menggunakan alat baru yang tersedia untuk mengambil tindakan tegas dan bedah.”
Hal itu disebut juga akan memengaruhi ekspor berlian dan makanan laut, yang keduanya berasal dari Rusia, namun sebagian besar diproses di luar negeri.
Rusia telah memperingatkan dampak diplomatik dari eskalasi lebih lanjut. Wakil Menteri Luar Negeri Sergei Ryabkov mengatakan dia tidak ingin memikirkan skenario negatif, namun penyitaan aset dapat menjadi pemicu kemungkinan pecahnya konfrontasi yang berpotensi menyebabkan putusnya hubungan.
"Pemicu lainnya mungkin termasuk eskalasi militer lebih lanjut," kata dia, termasuk penempatan rudal jarak pendek dan menengah di Eropa atau kawasan Asia-Pasifik.
Advertisement
Konsekuensi Serius
Pemerintah Ukraina sebelumnya telah meminta para pendukungnya untuk menyita aset-aset Rusia guna menciptakan dana rekonstruksi bagi Ukraina, namun pemerintahan Biden menolaknya. Yellen mengatakan pada tahun 2022 bahwa penyitaan tersebut bukan sesuatu yang diperbolehkan secara hukum di AS tanpa persetujuan Kongres.
"Penting bekerja pada mekanisme konkret menggunakan aset-aset Rusia yang dibekukan untuk mengompensasi kerusakan yang disebabkan oleh Rusia," kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, dalam pertemuan para pemimpin keuangan global di Washington pada April.
"Ini akan menjadi tindakan perdamaian dalam skala global. Para calon agresor harus melihat hal ini dan ingat bahwa dunia ini bisa menjadi kuat."
Beberapa bank Eropa, seperti Raiffeisen dari Austria, terus beroperasi di Rusia. Mereka mengklaim bahwa mereka "disandera" karena Kremlin menegaskan tidak akan membiarkan bank asing meninggalkan negaranya dengan mudah.
Putin menandatangani dekret pada April yang memberi wewenang kepada negara untuk mengambil kendali sementara atas aset perusahaan asing di Rusia sebagai pembalasan atas pembekuan aset Rusia di luar negeri. Sejak itu, Rusia telah menargetkan bisnis tertentu yang telah menghentikan operasinya di Moskow, termasuk perusahaan pembuatan bir, Carlsberg Group, dan perusahaan makanan Prancis, Danone.
Pekan ini, Putin memerintahkan kepemilikan saham yang dimiliki oleh perusahaan Jerman, Wintershall Dea, dan Austria, OMV, dalam produksi gas dan kondensat di Siberia untuk diberikan kepada perusahaan-perusahaan Rusia.
"Baik masyarakat Eropa maupun AS sangat menyadari konsekuensi hukum yang akan ditimbulkan bagi pemrakarsa dan penegak hukum," kata Peskov tentang laporan rencana penyitaan aset Rusia di luar negeri.
"Pada akhirnya, jika seseorang menyita sesuatu dari kami, kami akan melihat imbalan apa yang dapat kami sita. Dan jika ditemukan sesuatu, tentunya akan segera kami lakukan. Oleh karena itu, ini adalah langkah-langkah yang mempunyai konsekuensi serius."