Menlu Retno Kunjungi Finlandia: Bahas Kerja Sama Energi Hijau, IKN, hingga Pengakuan Negara Palestina

Tahun ini hubungan bilatera Indonesia-Finlandia memasuki usia 70 tahun.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 14 Jun 2024, 11:29 WIB
Diterbitkan 14 Jun 2024, 11:29 WIB
Retno Marsudi
Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno Marsudi. (Dok. Biro Pers Sekretariat Presiden)

Liputan6.com, Helsinki - Menteri Luar Negeri Republik Indonesia (Menlu RI) Retno Marsudi melawat ke Helsinki, Finlandia. Dalam kesempatan ini, Menlu Retno melakukan pertemuan bilateral dengan Menlu Finlandia Elina Valtonen dan kunjungan kehormatan kepada Presiden Finlandia Alexander Stubb.

"Selain upaya untuk memperkuat kerja sama bilateral, utamanya di bidang energi hijau dan smart cities, kunjungan ke Helsinki juga saya gunakan untuk meminta dukungan Finlandia untuk mengakui Palestina," demikian disampaikan Menlu Retno seperti dikutip dari pernyataan tertulisnya, Jumat (14/6/2024).

"Hal ini tentunya terkait dengan mandat dari para pemimpin OKI yg diterima Indonesia sebagai salah satu anggota dari OIC Contact Group on Palestine.​"

Finlandia, tegas Menlu Retno, merupakan mitra penting Indonesia di kawasan Nordik.

"Kita sepakat untuk terus meningkatkan kerja sama kedua negara," tutur Menlu Retno.

Apa Saja Isu yang Dibahas Menlu Retno dan Menlu Valtonen?

Retno Marsudi
Menteri Luar Negeri Retno Lestari Priansari Marsudi. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Pertama, di bidang perdagangan dan investasi. Finlandia adalah salah satu mitra dagang utama Indonesia di kawasan Nordik. Nilai perdagangan kedua negara terus meningkat dan sudah melampui angka sebelum pandemi.

Tahun lalu nilainya mencapai USD 713 juta, naik 22 persen dari angka pada tahun 2019. Dan tahun ini, kuartal pertama tahun ini naik 40 persen dibanding kuartal pertama tahun lalu.

"Kami sepakat untuk terus menjajaki potensi-potensi yang ada guna mendorong peningkatan perdagangan," ungkap Menlu Retno. "Kami juga sepakat mendorong investasi yang lebih besar dari Finlandia di Indonesia termasuk di sektor energi hijau dan smart cities. Terdapat pula harapan agar perundingan Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU CEPA) dapat diselesaikan segera. Ini adalah harapan dan pandangan yang sama baik dari Finlandia maupun dari Indonesia."

Hal Kedua yang kita bahas adalah kerja sama pendidikan.

"Bersama dengan Menlu Finlandia, saya sambut baik diselenggarakannya 1st Indonesia-Finland Joint Working Group on Higher Education and Teacher Capacity Development September tahun lalu. Kami sepakat untuk terus dorong kerja sama pendidikan termasuk melalui saling tukar pengajar dan mahasiswa, joint research, dan beasiswa," terang Menlu Retno.

Isu ketiga yang dibahas adalah mengenai kerja sama energi.

Finlandia memiliki kapasitas kuat di bidang energi terbarukan. Sektor swasta kedua negara, yaitu Medco Group dan Valmet Tchnologies telah memiliki kesepakatan untuk kerja sama membangun pabrik pengolahan biomass menjadi energi di Merauke, Papua, dengan kapasitas kira-kira 3,5 MWatt.

"Proyek ini diperkirakan –sekiranya sudah diimplementasikan maka proyek ini diperkirakan– akan dapat mengurangi penggunaan minyak diesel hingga 27,5 juta liter dalam lima tahun. Kami berharap agar kerja sama ini dapat terealisasi segera. Dan kami juga sepakat untuk terus menjajaki kerja sama di bidang energi hijau lainnya," sebut menlu perempuan pertama RI itu.

Isu keempat yang dibahas adalah kerja sama smart cities.

"Saat ini sudah ada MoU antara Otorita IKN dengan Kementerian Ekonomi Finlandia. Dan saya harapkan MoU itu dapat membuka pintu untuk kerja sama selanjutnya dalam pembangunan IKN, terutama investasi Finlandia di IKN," beber menlu RI.

Isu yang kelima adalah isu kawasan dan internasional.

"Kita membahas dua isu, yaitu Ukraina dan Palestina. Untuk Ukraina saya menegaskan posisi konsisten Indonesia untuk menghormati hukum internasional termasuk penghormatan terhadap kedaulatan dan integritas wilayah negara lain, serta penghormatan terhadap Piagam PBB. Indonesia meyakini bahwa perdamaian akan dapat terwujud apabila kita dapat mendorong pihak-pihak yang berkonflik untuk segera melakukan negosiasi," ungkap Menlu Retno.

"Sementara itu mengenai Palestina, isu ini kita bahas cukup panjang. Saya menyampaikan harapan agar Finlandia dapat segera mengakui Negara Palestina. Pengakuan terhadap Negara Palestina sangat penting artinya, sebagai satu langkah untuk mendukung terciptanya two-state solution. Finlandia memberikan komitmen kuat terhadap two-state solution."

Dalam pertemuan dengan menlu Finlandia, Menlu Retno turut menyampaikan apresiasi atas dukungan Finlandia terhadap bantuan kemanusiaan, termasuk dukungan finansial ke Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA). Finlandia sempat membekukan dukungan keuangan ke UNRWA, namun sekarang sudah menyalurkannya kembali.

"Kami berdua juga sepakat dorong implementasi Resolusi DK PBB 2735 mengenai usulan tiga fase genjatan senjata," kata Menlu Retno.

 

Hasil Diskusi Menlu Retno dan Presiden Stubb

Retno Marsudi
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menyampaikan pembelaan untuk rakyat Palestina di Mahkamah Internasional (ICJ) di Den Haag, Belanda, pada Jumat (23/2).(Dok. ICJ)/

Dalam kunjungan kehormatan ke presiden Finlandia, Menlu Retno menuturkan mereka sudah tidak membahas isu kerja sama bilateral karena sudah dibahas dalam pertemuan tingkat menlu.

"Fokus diskusi adalah isu internasional, utamanya isu Ukraina dan Palestina. Sebagai catatan di Finlandia isu politik luar negeri juga ditangani oleh presiden. Secara panjang lebar kita bahas mengenai upaya menghadirkan perdamaian di Gaza dan Palestina," ujar Menlu Retno.

Sejumlah hal, sebut Menlu Retno, menonjol dalam diskusi dengan Presiden Stubb.

"Pertama, penting sekali mendorong gencatan senjata segera. Dan ini posisi kita, Indonesia dan Finlandia sama. Dan kita sepakat di dalam konteks ini, penting Resolusi PBB 2735 dapat segera diimplementasikan. Dan kita berharap semua negara dapat menggunakan pengaruhnya agar para pihak yang berkonflik memiliki keinginan politik untuk implementasikan resolusi tersebut. Kedua, presiden Finlandia menegaskan kembali dukungannya terhadap two-state solution. Ketiga, kita juga berdiskusi mengenai masalah pengakuan terhadap Negara Palestina. Finlandia menyampaikan isu pengakuan ini bukan pertanyaan 'if' tetapi 'when'. Yang artinya, bahwa pasti masalah pengakuan ini akan dilakukan, namun tinggal menunggu masalah waktu," jelas menlu RI.

Menlu Retno menambahkan bahwa dalam pertemuannya dengan presiden Finlandia dia turut menyampaikan, "Kita memantau dekat posisi Finlandia, termasuk statement presiden Filandia bahwa pengakuan terhadap Palestina akan dilakukan at some point in the future."

"Disinilah saya sampaikan bahwa akan lebih baik pengakuan dilakukan dalam waktu dekat karena pengakuan terhadap Palestina merupakan kontribusi besar bagi terciptanya perdamaian dan juga akan berkontribusi bagi implementasi two-state solution."

"Keempat, saya menyampaikan kembali penghargaan atas bantuan kemanusiaan yang telah diberikan Finlandia untuk Palestina termasuk melalui UNRWA," imbuhnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya