Liputan6.com, Makkah - Menurut sumber medis dan keamanan, setidaknya 530 warga Mesir meninggal dunia selama ibadah haji 2024. Unit krisis yang dibentuk pada Kamis (20/6/2024) dan dipimpin oleh Perdana Menteri Mostafa Madbouly menyatakan bahwa 31 kematian di antaranya disebabkan oleh penyakit kronis.
Sebagai buntut atas kematian ratusan warganya saat menunaikan ibadah haji pada tahun ini, mengutip laporan VOA Indonesia, Senin (24/6), Mesir mencabut izin 16 perusahaan agen perjalanan. Selain itu, menurut pernyataan unit krisis yang menangani insiden tersebut pada Sabtu (22/6), Kairo juga menyerahkan kasus tersebut ke jaksa penuntut umum karena perusahaan-perusahaan tersebut dianggap bertanggung jawab atas insiden nahas itu.
Baca Juga
Menurut pernyataan unit krisis yang menangani insiden tersebut, perusahaan pariwisata yang memfasilitasi perjalanan korban meninggal tidak memberikan layanan apa pun kepada mereka, termasuk layanan medis. Namun, pernyataan itu tidak menyebutkan nama-nama perusahaan yang terlibat.
Advertisement
Perusahaan-perusahaan tersebut dianggap bersalah karena mengirim jemaah haji ke Saudi dengan visa kunjungan pribadi, bukan visa haji. Akibatnya mereka kesulitan mencapai Mekkah.
Adapun layanan medis yang disediakan oleh otoritas Arab Saudi untuk membantu jemaah haji tidak tersedia bagi mereka yang bepergian dengan visa pribadi. Para jemaah yang meninggal pun terpaksa berjalan melalui padang pasir menuju Mekkah untuk menghindari penangkapan atau deportasi, tambah pernyataan tersebut.
Agen Perjalanan Tak Sediakan Akomodasi Layak Bagi Jemaah Haji
Pihak berwenang Mesir juga mengatakan bahwa agen-agen perjalanan tersebut tidak menyediakan “akomodasi yang layak” kepada para jemaah. Akibatnya para jemaah merasa “kelelahan” karena suhu yang panas.
Pihak berwenang Mesir juga mendokumentasikan 31 kematian di antara jemaah haji Mesir yang terdaftar, dengan menyebut “penyakit kronis” sebagai penyebab kematian.
Mayoritas korban yang meninggal adalah jemaah yang tidak terdaftar, kata pernyataan itu.
Dalam beberapa hari terakhir, ratusan orang dari berbagai negara meninggal dalam kondisi yang memprihatinkan saat menunaikan ibadah haji karena suhu terkadang melebihi 51 derajat Celcius.
Advertisement
1.126 Jemaah Haji 2024 Meninggal Akibat Cuaca Panas Ekstrem, Suhu Capai 51,8 Derajat Celcius
Seorang pejabat senior Saudi membela pengelolaan ibadah haji 2024 yang dilakukan kerajaan Teluk tersebut pada hari Jumat (21 Juni) setelah berbagai negara melaporkan lebih dari 1.100 kematian, banyak di antaranya disebabkan oleh suhu panas yang tinggi.
"Negara tidak gagal, tapi ada kesalahan penilaian di pihak masyarakat yang tidak menyadari risikonya," kata pejabat tersebut kepada AFP yang dikutip Sabtu (22/6/2024), dalam komentar pertama pemerintah mengenai kematian para jemaah haji 2024.
Penghitungan AFP pada hari Jumat (21/6), yang mengumpulkan pernyataan resmi dan laporan dari diplomat yang terlibat dalam respons tersebut, menyebutkan jumlah korban jiwa mencapai 1.126 orang, lebih dari separuhnya berasal dari Mesir.
Pejabat senior Arab Saudi mengatakan pemerintah Saudi telah mengkonfirmasi 577 kematian dalam dua hari tersibuk haji: Sabtu (15/6), ketika jemaah berkumpul berjam-jam salat di bawah terik matahari di Gunung Arafat, dan Minggu (16/6), ketika mereka berpartisipasi dalam ritual "rajam setan" di Mina.
"Ini terjadi di tengah kondisi cuaca buruk dan suhu yang sangat ekstrem," kata pejabat tersebut sambil mengakui bahwa jumlah 577 jemaah haji hanya sebagian dan tidak mencakup seluruh jemaah haji, yang secara resmi berakhir pada hari Rabu (19/6).
Haji adalah salah satu dari lima rukun Islam, dan semua umat Islam yang mampu harus menyelesaikannya setidaknya satu kali sebelum mereka meninggal.
Pejabat Saudi sebelumnya mengatakan 1,8 juta jemaah haji ikut ambil bagian tahun ini, jumlah yang sama dengan tahun lalu, dan 1,6 juta di antaranya datang dari luar negeri.
Perihal Jemaah Haji Tanpa Izin
Izin haji sejatinya dialokasikan ke negara-negara dengan sistem kuota dan didistribusikan kepada individu melalui undian.
Bahkan bagi mereka yang dapat memperolehnya, biaya yang mahal mendorong banyak jemaah untuk menunaikan ibadah haji tanpa izin, meskipun mereka berisiko ditangkap dan dideportasi jika tertangkap oleh pasukan keamanan Saudi.
Rute tidak teratur, yang dapat menghemat ribuan dolar bagi jemaah haji, menjadi semakin populer sejak 2019 ketika Arab Saudi memperkenalkan visa pariwisata umum, sehingga memudahkan untuk memasuki kerajaan Teluk tersebut.
Sebelum haji tahun ini, para pejabat Saudi mengatakan mereka telah mengeluarkan lebih dari 300.000 calon jemaah haji dari Mekkah yang tidak memiliki izin haji.
Namun kemudian, pejabat senior Saudi mengatakan pada hari Jumat, "ada perintah dari atas bahwa kami mengizinkan orang-orang yang tiba di gerbang tempat-tempat suci” untuk berpartisipasi.
"Kami memperkirakan jumlah jemaah haji yang tidak terdaftar sekitar 400.000," kata pejabat itu.
"Hampir semuanya berasal dari satu kewarganegaraan," tambah pejabat itu, merujuk pada Mesir.
Para diplomat Arab mengatakan kepada AFP awal pekan ini bahwa warga Mesir menyumbang 658 kematian, 630 di antaranya adalah peziarah tidak terdaftar.
Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan pada hari Jumat bahwa banyak warga AS tewas dalam ibadah haji.
"Kami dapat mengonfirmasi kematian beberapa warga AS di Arab Saudi," kata juru bicara tersebut, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Advertisement