Liputan6.com, Jakarta Bagi pasien penderita pembesaran tiroid, penanganan kondisi tersebut dapat menggunakan teknik operasi tanpa sayatan. Teknik yang sudah dikembangkan tersebut bertujuan menghilangkan pembesaran kelenjar tiroid jinak.
Baca Juga
Advertisement
Beberapa teknik untuk menangani pembesaran tiroid berupa Percutaneous Ethanol Injection Ablation (PEIA), Percutaneous Laser Ablation (PLA), dan Radio Frequency Ablation (RFA). PEIA digunakan menghilangkan kista tiroid yang berisi cairan.
PLA dan RFA untuk menangani pembesaran tiroid yang bersifat solid (padat). FRA pertama kali dilakukan di Korea sejak tahun 2006 dan mulai diterapkan di seluruh dunia sejak tahun 2012.
“Dengan teknik RFA, pembesaran tiroid dapat berkurang antara 47,7- 96,9 persen,” ujar Dokter Spesialis Penyakit Dalam Sub Spesialis Endokrin dan Penyakit Metabolik RS Awal Bros Tangerang, Rochsismandoko, sebagaimana keterangan rilis yang diterima Health Liputan6.com, ditulis Selasa (30/10/2018).
Sebelum pasien menjalani tindakan RFA, pasien harus melakukan pemeriksaan fisik, skrining USG leher, pengambilan contoh darah untuk menilai faktor pembekuan darah, gula darah, fungsi tiroid, dan lainnya.
Saksikan video menarik berikut ini:
Pasien pulih dengan cepat
Rochsismandoko menambahkan, ada beberapa keuntungan pasien menggunakan Radio Frekuensi Ablasi, yaitu biaya lebih rendah dibandingkan operasi sayatan, tanpa sayatan, dan hanya gunakan anestesi lokal.
Melalui tindakan ini, pasien dapat pulih lebih cepat. Tak ayal, teknik RFA menjadi pilihan alternatif tindakan yang lebih nyaman untuk pasien.
Pembesaran kelenjar tiroid yang terletak di leher sering ditemukan dengan pemeriksaan Ultrasonografi (USG) berkisar antara 33-68 persen pada orang dewasa. Pada umumnya kondisi ini tanpa gejala dan tidak dirasakan oleh pasien. Sebagian besar kelenjar bersifat jinak dan tidak membutuhkan pengobatan khusus.
Advertisement