Faktor Ini Bikin Pengungsi Korban Tsunami Selat Sunda Rentan Sakit

Salah satunya daya tahan tubuh yang rendah membuat para pengungsi tsunami Selat Sunda lebih rentan jatuh sakit.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 29 Des 2018, 18:00 WIB
Diterbitkan 29 Des 2018, 18:00 WIB
Pengungsi Tsunami Anyer di Lapangan Futsal
Warga korban Tsunami Anyer mengungsi di lapangan futsal Labuan, Banten, Minggu (23/12). Akibat adanya pengungsi, petugas medis dan Dinas Sosial dikerahkan untuk menangani pengungsi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Masalah kesehatan mulai mendera beberapa pengungsi korban tsunami Selat Sunda. Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), diare, dan penyakit kulit mendominasi masalah kesehatan yang ada di pengungsian yang tersebar di Banten dan Lampung.

(Baca: ISPA dan Diare Mulai Serang Pengungsi Korban Tsunami di Labuan)

"Dari beberapa teman dokter dan laporan dari beberapa lokasi bencana tedapat tiga penyakit utama yang ditemukan di pengungsian yaitu diare, ISPA dan gangguan kulit berupa keluhan gatal-gatal," kata Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia, Ari Fahrial Syam.

Menurut Ari, saat di pengungsian ada beberapa faktor yang berperan menyebabkan seseorang di pengungsian jatuh sakit yakni daya tahan tubuh, kuman dan lingkungan.

Saat di pengungsian, kata Ari, jelas daya tahan tubuh pengungsi dapat menurun mengingat kondisi makan dan minum yang kurang memadai. Apalagi waktu istirahat juga terbatas.

Belum lagi, usai mendapat bencana rasa cemas akan banyak hal pun menyelimuti para pengungsi. Seperti cemas akan terjadi tsunami lagi atau Gunung Anak Krakatau meletus. Belum lagi memikirkan harta benda yang hilang atau anggota keluarga yang hilang.

"Kondisi stres sendiri tentu juga akan mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang, karena stres membuat orang kurang nafsu makan dan susah tidur," kata Ari dalam rilis yang diterima Health-Liputan6.com ditulis Sabtu (29/12/2018).

 

Faktor lingkungan

Pengungsi Tsunami Anyer di Lapangan Futsal
Anak-anak korban Tsunami Anyer mengungsi di lapangan futsal Labuan, Banten, Minggu (23/12). Tsunami yang menerjang wilayah Selat Sunda memilih warga mengungsi sejak siang hari. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Faktor lingkungan yang tidak sehat juga tentu menyebabkan kondisi para pengungsi menjadi rentan terjangkit penyakit infeksi. Sampah yang berserakan dan kondisi M yang terbatas akan sangat mempengaruhi kondisi para pengungsi.

"Oleh karena itu harus diambil langkah-langkah untuk mengurangi penderitaan para pengungsi dan mengurangi dampak buruk akibat kondisi daya tahan tubuh yang menurun dan kondisi pengungsian yang tidak memadai," kata Ari.

 

Upaya pencegahan

Pengungsi Tsunami Anyer di Lapangan Futsal
Pakaian anak-anak korban Tsunami Anyer tampak dijemur di lapangan futsal Labuan, Banten, Minggu (23/12). Warga memilih mengungsi menunggu suasana di pesisir Pantai Selat Sunda pulih dan kondusif. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Oleh karena itu harus diambil langkah-langkah untuk mengurangi penderitaan para pengungsi dan mengurangi dampak buruk akibat kondisi daya tahan tubuh yang menurun dan kondisi pengungsian yang tidak memadai.

Beberapa upaya yang harus dilakukan menurut Ari diantaranya:

- Harus dipastikan bahwa para pengungsi harus mendapat makanan dan minuman yang cukup selama berada di pengungsian.

- Persedian air bersih untuk minum harus mencukupi.

- Dapur-dapur umum yang tersedia selalu mendapat suplai bahan makanan dan air bersih yang memadai untuk masak dan minum.

- Hindari mengonsumsi makanan matang yang sudah lewat waktu tanpa dihangatkan kembali untuk mencegah keracunan makanan. Diusahakan makanan yang dikonsumsi dalam keadaan segar.

- Cuci tangan pakai sabun atau hand antiseptic. untuk menghindari infeksi usus.

- Diusahakan agar kondisi tempat pengungsian dibuat senyaman mungkin. Tersedia alas tidur yang memadai dan juga selimut agar tubuh para pengungsi terutama orang tua dan anak-anak tetap terlindungi terutama dari angin malam.

Saat ini laporan dari beberapa lokasi terdapat keterbatasan selimut dan baju dingin. Bantuan harus difokuskan untuk penyediaan baju dingin dan selimut untuk para pengungsi agar terhindar dari paparan langsung dengan udara luar/dingin.

- Kebersihan lingkungan pengungsian selalu terjaga dengan tersedianya tempat-tempat sampah disekitar lokasi pengungsian. Lokasi sekitar juga rutin dibersihkan dengan antiseptik. Para pengungsi muda dapat dikoordinasikan untuk menjaga kebersihan lingkungan.

- Sarana MCK yang memadai dengan persediaan air yang cukup tentu juga tersedianya sabun dan peralatan mandi lain.

- Untuk para pengungsi khususnya anak-anak dan orang tua diberikan suplemen  yang berisi multivitamin dan mineral mengingat keterbatasan makanan dan minuman dengan zat gizi yang lengkap yang bisa dikonsumsi sehari-hari.

- Perlu stok obat-obat sederhana, obat penurun panas, obat anti diare, obat sakit kepala dan oralit. 

- Bagi anak-anak perlu upaya untuk melakukan trauma healing dengan pengadaan buku-buku bacaan, mainan anak-anak dan kelompok-kelompok bermain untuk anak-anak dan mencegah anak-anak bermain diluar di bekas bencana yang masih berantakan.

"Tujuan dari tindakan ini semua tentunya untuk mencegah agar para pengungsi jangan jatuh sakit dan tetap berada dalam keadaan sehat. Selain itu juga mencegah terjadinya Kejadian Luar Biasa diare atau keracunan makanan," kata Ari.

Pada akhirnya kita selalu berusaha bahwa para pengungsi dalam keadaan sehat baik rohani maupun jasmani.

 

 

Saksikan juga video menarik berikut

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya