Update COVID-19 Hari Ini 27 Mei 2022, Kasus Positif Bertambah 224, Sembuh 277, Meninggal 9

Kasus COVID-19 di Indonesia masih bertambah. Hal ini terlihat dari data harian sebaran COVID-19 yang menunjukkan penambahan kasus positif sebanyak 224.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 27 Mei 2022, 17:10 WIB
Diterbitkan 27 Mei 2022, 17:10 WIB
FOTO: Vaksinasi Massal untuk Warga Lansia
Petugas medis menyuntikkan vaksin Sinovac kepada warga lanjut usia (lansia) di Alun-Alun Bekasi, Jawa Barat, Rabu (23/2/2022). Sebanyak 600 dosis vaksin Sinovac disiapkan pemerintah setempat untuk warga lansia guna mencegah penyebaran COVID-19. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta Kasus COVID-19 di Indonesia masih bertambah. Hal ini terlihat dari data harian sebaran COVID-19 yang menunjukkan penambahan kasus positif sebanyak 224.

Angka ini turut menambah akumulasi kasus positif COVID-19 di Indonesia menjadi 6.053.894.

Penambagan hari ini juga terjadi pada kasus sembuh sebanyak 277 sehingga akumulasinya menjadi 5.849.380.

Sedangkan, kasus meninggal hari ini bertambah sebanyak 9 sehingga akumulasinya menjadi 156.565.

Kasus aktif hari ini mengalami penurunan sebanyak 62 sehingga totalnya menjadi 2.949.

Data tersebut juga menunjukkan jumlah spesimen sebanyak 63.631 dan suspek sebanyak 2.306.

Laporan dalam bentuk tabel turut merinci penambahan kasus positif terbanyak di 5 provinsi. Kelima provinsi itu adalah  DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, dan Bali.

-DKI Jakarta hari ini melaporkan 110 kasus positif baru dan 66 orang sembuh.

-Jawa Barat 32 kasus baru dan 29 orang sembuh dari COVID-19.

-Jawa Timur di peringkat ketiga dengan 17 kasus baru dan 33 orang sembuh.

-Banten 15 kasus baru dan 20 orang telah sembuh.

-Bali 11 kasus baru dan 17 sembuh dari COVID-19.

Provinsi lain tidak menunjukkan penambahan kasus yang terlalu signifikan. Bahkan ada 15 provinsi tanpa penambahan kasus baru sama sekali. Provinsi-provinsi itu adalah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bengkulu, Bangka Belitung, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Maluku.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Capaian Vaksinasi 27 Mei 2022

aksinasi booster yang diintensifkan jajarannya sebagai tahap lanjutan dari vaksinasi dosis primer yang kini sudah berada diatas 70 persen
Vaksinasi booster yang diintensifkan jajarannya sebagai tahap lanjutan dari vaksinasi dosis primer yang kini sudah berada diatas 70 persen.

Selain rincian penambahan kasus baru, data dari Satuan Tugas (Satgas) COVID-19 juga menunjukkan penambahan capaian vaksinasi.

Hari ini terjadi penambahan capaian vaksinasi pada dosis pertama, kedua, dan ketiga alias booster dengan rincian sebagai berikut:

-Vaksinasi pertama hari ini bertambah 28.782 sehingga akumulasinya menjadi 200.112.862.

-Vaksinasi kedua bertambah 41.281 sehingga akumulasinya menjadi 167.198.137.

-Vaksinasi ketiga bertambah 133.038 sehingga akumulasinya menjadi 45.034.435.

Total capaian vaksinasi hari ini adalah 203.101 sehingga akumulasinya menjadi 412.345.434. Padahal, target sasaran vaksinasi adalah 208.265.720.

Meski sudah melampaui target, tapi vaksinasi tetap dilakukan di berbagai daerah di Indonesia. Kasus COVID-19 yang masih menunjukkan peningkatan ditambah munculnya varian Omicron menandakan bahwa virus ini akan berada di tengah masyarakat dalam waktu lama.

Maka dari itu, di tahun-tahun mendatang, berbagai dosis vaksinasi kemungkinan akan tetap diperlukan untuk menguatkan komunitas global terhadap dampak negatif virus.

Terkait hal ini, peneliti bidang virologi di Queen's University Belfast, UK, Connor Bamford melihat adanya potensi pengembangan vaksin COVID-19 di masa mendatang.


Vaksin COVID Masa Depan

Imunisasi Anak
Dokter dengan Alat Pelindung Diri memberikan vaksin radang otak pada anak di Rumah Vaksinasi Sawangan, Depok, Selasa (16/6/2020). Orang tua diminta tidak menunda pemberian imunisasi pada anak-anak yang masih harus menerima imunisasi lengkap di tengah pandemi Covid-19. (merdeka.com/Arie Basuki)

Menurut Bamford, secara khusus, para ilmuwan sedang mengerjakan vaksin yang mengaktifkan sistem kekebalan "mukosa" yang mungkin lebih mampu mencegah infeksi SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan COVID-19.

“Dan bukannya disuntik ke lengan Anda (vaksin intramuskular), vaksin ini bisa diberikan sebagai semprotan ke hidung Anda (vaksin intranasal),” katanya mengutip CNA, Jumat (27/5/2022).

Bamford kemudian menjelaskan latar belakang dari pengembangan vaksin ini. Menurutnya, SARS-CoV-2 dapat menginfeksi sel-sel yang melapisi permukaan saluran pernapasan (biasa disebut sebagai selaput lendir) mulai dari hidung hingga paru-paru. Tepat di permukaan ini, virus dapat merusak sel-sel dan memicu peradangan yang menyebabkan disfungsi lebih lanjut baik secara lokal maupun di seluruh tubuh.

Vaksin digunakan untuk mengurangi seberapa banyak virus dapat mereplikasi dan mengendalikan peradangan berikutnya, yang mungkin merupakan penyebab utama penyakit parah dan kematian akibat COVID-19.

Vaksin saat ini bekerja dengan menghadirkan sedikit virus (protein lonjakan) sebagai apa yang dikenal sebagai "antigen" untuk sistem kekebalan di otot penerima vaksin.

Idenya, vaksin diberikan sebelum infeksi SARS-CoV-2 dan memungkinkan tubuh memproduksi antibodi antivirus. Ini dapat memblokir virus agar tidak masuk ke dalam sel, serta sel T, yang dapat membantu menyembuhkan sel-sel yang terinfeksi.


Hentikan Paparan Virus di Sumbernya

Vaksinasi Covid-19 Nakes Lansia Tahap Pertama
Petugas medis menunjukkan vaksin Covid-19 di Puskesmas Cengkareng, Jakarta Barat, Selasa (9/2/2021). Vaksinasi Sinovac yang dilakukan secara paralel untuk tenaga kesehatan di atas 60 tahun dilakukan karena mereka rentan tertular virus Covid-19. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Meskipun awalnya diberikan ke otot di lengan, antigen vaksin menuju ke kelenjar getah bening terdekat. Ini adalah organ yang merangsang respons imun dalam darah dan cairan lain yang mengalir ke seluruh tubuh. Tapi apa yang sering kurang jelas setelah vaksinasi tradisional adalah respons pada jaringan mukosa seperti usus, paru-paru atau hidung.

Ini karena sistem kekebalan mukosa agak independen dari yang sistemik. Mengingat seberapa sering permukaan ini terkena infeksi atau rangsangan seperti debu dan polusi, jaringan mukosa memiliki sistem kekebalannya sendiri, terdiri dari antibodi khusus dan sel T.

Meskipun vaksin standar memberikan perlindungan mukosa, kadarnya tidak terlalu tinggi. Sedangkan, sistem kekebalan mukosa bisa dihadirkan secara langsung dengan antigen vaksin yang menggunakan metode seperti semprotan hidung. Ini memicu respons mukosa yang jauh lebih kuat.

Para ilmuwan sering berpikir bahwa memunculkan respons kekebalan di hidung, tenggorokan, dan saluran udara, di mana biasanya virus seperti SARS-CoV-2 awalnya masuk ke dalam tubuh dan tumbuh, dapat menghasilkan perlindungan yang lebih baik dibandingkan dengan vaksin intramuskular. Vaksin dengan semprotan di hidung pada dasarnya menghentikan paparan virus di sumbernya.

Infografis Vaksinasi Covid-19 Lansia di Indonesia Masih Rendah. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Vaksinasi Covid-19 Lansia di Indonesia Masih Rendah. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya