Anak-Anak Indonesia Tergolong Sedentari, Jarang Berkegiatan Aktif

Anak-anak Indonesia ternyata masuk kategori sedentari, jarang melakukan kegiatan secara aktif.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 17 Jun 2023, 13:00 WIB
Diterbitkan 17 Jun 2023, 13:00 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi anak-anak Indonesia masuk kategori sedentari, jarang melakukan kegiatan secara aktif. (dok. unsplash.com/Asnida Riani)

Liputan6.com, Jakarta Merujuk laporan Active Healthy Kids Indonesia tahun 2022, anak-anak Indonesia mendapatkan skor terendah, yakni F dalam kategori “Aktivitas Fisik Keseluruhan dan Bermain Aktif.” Skor tersebut patut menjadi perhatian bagi para orangtua.

Psikolog Anak dan Keluarga, Saskhya Aulia Prima menuturkan, skor F tersebut membuat anak tergolong sedentari. Ini menandakan anak-anak ternyata jarang melakukan kegiatan secara aktif. Misalnya, bermain aktif yang dapat merangsang motorik anak.

"Ada salah satu report (laporan) dari Active Healthy Kids Indonesia yang bilang, secara umum ternyata anak-anak di Indonesia itu tergolongnya sedentari," tutur Saskhya saat acara media launch NERF Challenge di Mal Gandaria City, Jakarta pada Jumat, 16 Juni 2023.

"Jadi, jarang berkegiatan secara aktif. Ternyata ya, kita pikir kayaknya anak-anak tuh enggak bisa diem, gerak melulu, tapi ternyata jamnya kurang."

Berkegiatan Aktif Perlu Banget

Merespons laporan Active Healthy Kids Indonesia di atas, Saskhya menekankan pentingnya mengajak anak untuk berkegiatan aktif.

"Inilah kenapa berkegiatan aktif ini pada anak perlu banget. Ada bapaknya, ada ibunya gitu. Everyone plays together (setiap orang bermain bersama)," ucapnya.

Manfaat Main Bersama

Salah satu yang disorot Saskhya Aulia Prima, berkegiatan aktif dengan bermain bersama kakek nenek juga dapat dilakukan. Sehingga anak tidak hanya main dengan kedua orangtuanya.

"Dan kenapa ini jadi penting antar generasi juga main. Mungkin enggak cuman orangtua nya tapi semua ingin grandparents-nya (kakek nenek) juga yang lain main sama-sama," lanjutnya.

"Ternyata anak-anak kalo main sendiri dan bersama-sama tuh manfaatnya beda. Kalau (main) bersama-sama, kita udah tau bermain itu cara yang paling ideal buat orangtua dan anak buat saling berinteraksi dan berkoneksi."

Koneksi Lewat Bermain Sehari-hari

Bermain bersama dinilai membawa manfaat di tengah-tengah zaman yang serba handphone dan gawai. Kegiatan ini dapat membangun koneksi.

"Ini penting banget di zaman sekarang yang kita dikit-dikit handphone. Jadi fokusnya ketika main sama anak pun kita lihat handphone. Sementara kita kayak ngerasa banyak pertanyaan anak-anak sering cari di internet gitu ya, yang sebenarnya bisa ditanyain ke kita," pungkas Saskhya.

"Nah, dimulai interaksi dan sosial ini yang paling bagus adalah dengan berkoneksi bermain sehari-hari."

Anak Jadi Tak Punya Permasalahan Perilaku

Demi Optimalkan Tumbuh Kembang Anak, Inilah Rekomendasi Mainan Edukasi untuk Anak Usia 1 Tahun
Ilustrasi bermain bersama anak dapat membuat anak tidak mengalami permasalahan perilaku sehingga emosi anak akan tersalurkan. (Pexels/cottonbro)

Ketika bermain bersama anak, Saskhya Aulia Prima menambahkan, hal itu dapat membuat anak tidak mengalami permasalahan perilaku. Emosi anak akan tersalurkan.

"Kalau main biasanya orangtua lebih emosinya positif. banyak ketawa, lebih banyak excited gitu ya. Misalkan Bapak-bapak, main sama anak itu enggak mungkin ya ekspresinya datar-datar aja," tambahnya.

"Nah ini tuh bantu anak untuk enggak punya permasahan perilaku. Pemasalahan perilaku tuh, misalnya gimana sih agresif, mungkin malah jadi masalah-masalah sekolah juga semua jadi berkurang."

Anak Lebih Aktif Bergerak

Dengan main bersama, anak menjadi lebih aktif bergerak sekaligus tidak mudah takut mencoba hal-hal baru. Pengalaman anak juga mendorong timbulnya kehangatan antara anak dengan orangtua.

"Kemudian lebih melatih daya tahan stres dia, bahkan lebih berani juga experience mainnya tuh jadi lebih exciting buat mereka. Jadi penting banget ya, Bapak-bapak juga ikutan atau ayah-ayah," imbuh Saskhya.

"Semakin antusias ayahnya, semakin hangat responsif itu yang membuat di bagian semua aspek perkembangan, baik secara berpikir, kecerdasan, emosi sosial dan yang lain tuh meningkat cepat banget."

Anak Terlibat Lebih Aktif

Perlu menjadi catatan, menurut Saskhya Aulia Prima, orangtua tak sekadar membelikan mainan anak, melainkan ikut bermain bersama. Orangtua bisa menjadi role model.

"Jadi yang seru bukan cuma dibeliin mainannya ya, tapi mainnya harus bareng. Dan terakhir gimana sih caranya ayah ketika main, misalnya main tuh, oh kalau misalkan pukul-pukulan cuma pura-pura gitu ya, terus kalau temennya jatuh, sportif angkat lagi," ucapnya.

"Itu jadi role model anak, oh kalau interaksi sama temen-temen di dunia sehari-hari kayak apa. Ini nih kenapa jadi harus main bareng, jangan main sendiri, ya supaya selain anak yang terlibat lebih aktif juga secara perkembangan-perkembangan yang lain tuh lebih bisa diboosting dan lebih baik lagi gitu."

Infografis Dampak Bermain Game Berlebihan (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis dampak bermain video game berlebihan (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya