Liputan6.com, Baghdad - Seminggu menjelang Ramadan, oposisi utama Suriah mengusulkan gencatan senjata nasional.
Surat usulan tersebut berasal dari Riad Hijab, koordinator Komite Negosiasi Tinggi oposisi, kepada Sekretaris Jendral PBB, Ban Ki-moon.
Menurut laporan yang dikutip dari News.com.au, Kamis (2/6/2016), Riad meminta Ban Ki-moon untuk menyetujui permintaan gencatan senjata nasional selama satu bulan penuh, di bulan Ramadan.
Advertisement
Baca Juga
"Ramadan mulai minggu depan. Gencatan senjata perlu dilakukan, untuk menghormati mereka yang melaksanakan. Hal ini juga akan menjadi awal yang baik untuk mewujudkan perundingan damai Jenawa," kata Riad.
Koordinator itu juga mengatakan, kelompok bersenjata oposisi telah menyetujui usulan tersebut. Mereka berharap gencatan senjata selama Ramadan, akan menghentikan permusuhan yang sudah berlangsung sejak Februari lalu.
Usulan tersebut diberlakukan untuk semua kelompok, kecuali Al-Qaeda dan ISIS.
"Jika rezim tersebut mematuhi gencatan senjata, maka kami juga akan melakukan hal yang sama," kata Riad.
Juru bicara untuk Staffan de Mistura, seorang utusan khusus PBB, mengonfirmasi usulan tersebut telah diajukan kepada kelompok pendukung Suriah yang dikenal dengan sebutan International Syrian Support Group (ISSG).
ISSG merupakan perkumpulan negara-negara pengawas perdamaian yang dipimpin oleh AS dan Rusia.
"Kami menyadari proposal ini, yang sebenarnya juga sedang diperbincangkan di antara pimpinan ISSG. Mereka membahas tentang penghentian permusuhan," kata juru bicara itu.
"Setiap pertimbangan untuk menghentikan pertempuran sangat diterima, terutama selama Bulan Suci Ramadan," kata dia.
Juru bicara itu juga mengatakan, Staffan ingin melihat peningkatan dalam bantuan kemanusiaan dan berkurangnya kekerasan, sebelum memulai babak baru pembicaraan damai.
Pada Rabu 1 Mei 2016, konvoi bantuan PBB telah sampai di daerah Daray dan Mouadamiya, Suriah. Laporan menyebutkan, hal itu adalah langkah pertama untuk mewujudkan perdamaian.