Kunci Rumah Tangga Bahagia, Harus Dibuat Gembira Jangan Terlalu Serius Kata UAH

Keseriusan dan keceriaan harus seimbang dalam rumah tangga, jangan terlalu serius.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Agu 2024, 11:30 WIB
Diterbitkan 15 Agu 2024, 11:30 WIB
uah adi hidayat
Ustadz Adi Hidayat (UAH) (SS TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - Gembira merupakan perasaan senang dan bahagia yang muncul dari dalam hati, sering kali disertai dengan senyuman atau tawa.

Gembira bisa timbul dari hal-hal sederhana, seperti berkumpul dengan orang yang dicintai, mencapai sesuatu yang diinginkan, atau menikmati momen-momen kecil dalam kehidupan.

Perasaan ini membawa energi positif dan mampu membuat seseorang merasa lebih ringan dan penuh semangat.

Ustadz Adi Hidayat (UAH) sebagai sosok ulama yang sering membahas soal keseharian memberikan nasihat berharga tentang bagaimana menjalani kehidupan rumah tangga yang harmonis dan bahagia.

Dalam sebuah ceramah yang dikutip dari kanal YouTube @duniaislamalquran, UAH menekankan pentingnya menjaga suasana gembira dalam rumah tangga dan tidak terlalu serius dalam menghadapi setiap masalah.

UAH menjelaskan bahwa dalam Al-Qur'an, konsep berumah tangga diibaratkan seperti permainan yang penuh dengan kegembiraan.

"Banyak bermain, banyak gembira aja, jangan terlalu serius," ujar UAH. Menurutnya, dalam menjalani kehidupan rumah tangga, perlu ada keseimbangan antara keseriusan dan keceriaan.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Dicontohkan Keluarga Nabi Muhammad SAW

Ilustrasi keluarga, orang tua dan anak-anaknya
Ilustrasi keluarga, orang tua dan anak-anaknya. (Foto oleh Migs Reyes: https://www.pexels.com/id-id/foto/foto-keluarga-bahagia-4205505/)

Sebagai contoh, UAH mengingatkan bagaimana Nabi Muhammad SAW dan Sayyidah Aisyah sering melakukan kegiatan yang menyenangkan bersama-sama.

"Nabi kan jalan bareng, balap lari sama Sayyidah Aisyah, kadang digendong, kadang gulat, kadang nonton bareng-bareng," jelas UAH.

Aktivitas-aktivitas tersebut menunjukkan betapa pentingnya menciptakan momen-momen bahagia dalam rumah tangga.

UAH menambahkan bahwa selama masih berkehidupan dalam rumah tangga, sebaiknya fokus pada hal-hal yang mendatangkan kegembiraan dan kebahagiaan. "Nikmati selama masih berkehidupan dalam rumah tangga," katanya.

Menurut UAH, kegembiraan dalam rumah tangga adalah kunci untuk menjaga hubungan yang harmonis.

Namun, UAH juga mengingatkan bahwa keseriusan tetap diperlukan dalam beberapa aspek kehidupan rumah tangga.

"Serius dalam beberapa hal saja, yang lainnya banyak gembiranya," tegasnya. Dengan demikian, keseriusan dan keceriaan harus seimbang dalam kehidupan rumah tangga.

Sementara, mengutip muslim.or.id, bahwa semua kenikmataan dan kebahagiaan yang diinginkan oleh manusia di dunia, akan ada di surga kelak.

Allah berfirman,

ﻭَﻟَﻜُﻢْ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻣَﺎ ﺗَﺸْﺘَﻬِﻲ ﺃَﻧْﻔُﺴُﻜُﻢْ ﻭَﻟَﻜُﻢْ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻣَﺎ ﺗَﺪَّﻋُﻮﻥ

“Di dalam surga kamu memperoleh apa (segala kenikmatan) yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa (segala kenikmatan) yang kamu minta.” (Q.S. Fushshilat: 31)

Kesamaan tersebut hanya ada pada nama, akan tetapi kenikmatannya tentu berbeda, jauh lebih nikmat di surga.

Tentunya kenikmatan berupa berkumpul dan masuk surga bersama keluarga, juga telah disediakan oleh Allah.

Allah berfirman,

جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ

“(yaitu) surga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama orang-orang saleh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak cucunya.” (QS. Ar-Ra‘du: 23).

Anak akan Dikumpulkan Bersama di Surga

Contrexyn Flu dan Batuk Berdahak
Ilustrasi keluarga bahagia. (Shutterstock/CandyRetriever)

Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan maksud ayat ini bahwa Allah akan mengumpulkan seseorang bersama keluarganya, orang tua, istri dan anak-cucunya di surga. Ini adalah dalil satu keluarga bisa masuk surga bersama. Beliau berkata,

يجمع بينهم وبين أحبابهم فيها من الآباء والأهلين والأبناء ، ممن هو صالح لدخول الجنة من المؤمنين; لتقر أعينهم بهم ، حتى إنه ترفع درجة الأدنى إلى درجة الأعلى ، من غير تنقيص لذلك الأعلى عن درجته

“Allah mengumpulkan mereka dengan orang-orang yang mereka cintai di dalam surga yaitu orang tua, istri dan anak keturunan mereka yang mukmin dan layak masuk surga. Sampai-sampai, Allah mengangkat derajat yang rendah menjadi tinggi tanpa mengurangi derajat keluarga yang tinggi (agar berkumpul di dalam surga yang sama derajatnya, pent).”

Orang tua dan anak saling tarik-menarik ke surga dengan memberi syafaat

Fasilitas yang Allah sediakan agar keluarga bisa masuk surga bersama yaitu mereka akan saling tarik-menarik agar bisa masuk surga dan berada di dalam surga yang tingkatnya sama. Hal ini Allah anugrahkan agar mereka bisa berkumpul bersama. Bisa jadi sang anak berada di surga tertinggi, sedangkan orang tua berada di surga terendah, maka sang anak mengangkat derajat orang tuanya ke surga yang lebih atas, demikian juga sebaliknya.

Anak bisa mengangkat derajat orang tua mereka, hal ini telah diketahui oleh kaum muslimin dengan banyak dalil.

Misalnya anak sebagai amal jariyah yang terus mendoakan orang tuanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang diambil manfaatnya dan doa anak yang shalih”[2]

Demikian juga derajat orang tua naik karena istigfar anaknya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda

إنَّ الرَّجُلَ لَتُرْفَعُ دَرَجَتُهُ فِي الْجَنَّةِ فَيَقُولُ: أَنَّى هَذَا؟ فَيُقَالُ: بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ لَكَ

“Sungguhnya seseorang benar-benar diangkat derajatnya di surga lalu dia pun bertanya, ‘Dari mana ini?’ Dijawab, ‘Karena istigfar anakmu untukmu.’[3]

Orang tua pun bisa menarik anaknya ke tingkatan surga yang lebih tinggi. Allah Ta’ala berfirman,

وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ

“Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS. Ath Thuur: 21)

Dalam Tafsir Jalalain dijelaskan,

{ألحقنا بهم ذرياتهم} المذكورين في الجنة فيكونون في درجتهم وإن لم يعملوا تكرمة للآباء باجتماع الأولاد إليهم

“Maksud dari ‘Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka’ yaitu, anak-cucu mereka kelak di surga, sehingga jadilah anak-cucu mereka sama derajatnya dengan mereka walaupun anak-cucu mereka tidak beramal seperti mereka, sebagai penghormatan terhadap bapak-bapak mereka agar bisa berkumpul dengan anak-cucu mereka (di surga kelak).”

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya