Menari di Atas Awan, Kelender Tahunan Bromo Tengger Semeru

Kalender pariwisata tahunan seputar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru bertambah lagi dengan adanya penampilan penari di puncak gunung.

oleh Gilar Ramdhani diperbarui 10 Mei 2017, 14:24 WIB
Diterbitkan 10 Mei 2017, 14:24 WIB
Menari di Atas Awan, Kelender Tahunan Bromo Tengger Semeru
Kalender pariwisata tahunan seputar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru bertambah lagi dengan adanya penampilan penari di puncak gunung.

Liputan6.com, Lumajang Puluhan penari beraksi di atas puncak B-29, kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TN BTS) di wilayah Kabupaten Lumajang, Minggu 7 Mei 2017 lalu. Event yang kali pertama digelar di tanah air ini sekaligus menjadi kalender pariwisata tahunan Dinas Pariwisata Budaya (Disparbud) Kabupaten Lumajang.

"Tahun depan kami akan laksanakan lebih besar lagi. Karena yang pertama ini cukup sukses,’’ kata Deni Rohman, Kepala Disparbud Kabupaten Lumajang, Senin 8 Mei 2017. Untuk pelaksanaan ini, Disparbud Lumajang menggandeng lembaga pemerhati seni dan lingkungan Lumajang, Laskar Hijau. Event ini juga dalam rangka memperingati hari tari sedunia yang jatuh pada 29 April lalu.

Pada event yang unik dan langka ini, jumlah penari yang ambil bagian sebanyak 56 penari. Mereka adalah para seniman tari Jatim seperti STKW Surabaya, Malang Dance, Studio Plesungan Solo, Institut Seni Indonesia (ISI) Solo dan Isi Yogyakarta. Uniknya iringan musiknya bukan lagi gamelan seperti biasanya, namun musik akustik.

Para penari secara bergantian menari di ketinggian 2900 meter di atas permukaan laut (mdpl). Kolaborasi unik namun Mereka diiringi dua alat music cello. Masing-masing dimainkan dua musisi asal Inggris.

Beberapa penari tampil dalam kelompok yang berbeda sesuai tema tarian. Beberapa kelompok ada yang terdiri dua sampai lima penari. Beberapa tema musik dan tarian ada pula yang menampilkan seorang seniman tari. Para penari dari berbagai daerah ini menari dengan background lautan pasir Gunung Bromo jauh di bawah.

Suryo Darmo salah satu pelatih tari mengatakan, ada tantangan tersendiri bagi penari memainkan lekukan tubuhnya. Apalagi alam memiliki sifat yang tidak bisa diperkirakan. Penarilah yang harus menyesuaikan sesuai kondisi alam.

Dia menuturkan, pihaknya merasa bukan apa-apa saat berada di tengah alam yang sebesar ini. Dan penari harus bisa menyesuaikan diri dengan alam. “Karena tidak hanya panggung, panggung alam ini menjadi tantangan sendiri,” katanya.

Dia mengakui tidak bisa mengontrol bagaimana kondisi alam. Sebab berbeda dengan kondisi panggung tertutup. Semua bisa dikontrol, namun jika menampilkan kesenian di alam, segala sesuatunya sangat mungkin terjadi. Artinya dengan menggunakan panggung alam ini, hujan bisa saja terjadi.

Sementara itu penyelenggara event, yang juga Koordinator Laskar Hijau, Aak Abdullah Al Kudus, mengatakan ide awalnya karena melihat potensi B-29 yg luar biasa tapi sepi atraksi.

‘’Ketika saya ke sana saya tiba-tiba ingin baca puisi, tapi saya juga membayangkan jika di puncak B-29 ada orang menari, pastilah akan luar biasa,’’ katanya.

Menurut Aak, gagasan itu sudah ada tiga tahun lalu. Namun baru terwujud sekarang. "Itu karena dukungan dari teman-teman seniman, khususnya Halim HD dan Disparbud Lumajang,’’ pungkasnya.

BTS menurut Menpar Arief Yahya adalah satu dari 10 destinasi prioritas yang sering disebut sebagai 10 Bali Baru. Pengembangan atraksi di destinasi BTS -Bromo Tengger Semeru- menjadi prioritas Kemenpar.

"Event itu jika ingin memperoleh impact yang besar, harus dipromosikan secara luas melalui media. Idealnya, sebuah event itu 50% diinvestasikan untuk media, agar meluas dan mendunia," katanya.

(*)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya