Liputan6.com, Yogyakarta - Sebagai alumni Fakultas Kehutanan, Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengaku kecewa dengan pandangan khusus terkait perkembangan hutan di Indonesia. Triliunan rupiah digelontorkan ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan setiap tahun, tetapi nyaris tidak ada hutan baru yang dibangun.
"Tunjukkan mana hutan yang jadi, kecuali Wanagama seluas 112 hektare dan di Getas juga ada, tetapi saya belum ke sana jadi saya belum bisa berkomentar," ujar Jokowi saat reuni dengan almamaternya di Fakultas Kehutanan UGM, Yogyakarta, Selasa (19/12/2017).
Baca Juga
Ia bercerita sempat menegur menteri soal minimnya hutan baru. Jokowi menanyakan keberadaan hutan, sementara anggaran yang digelontorkan sangat besar. Menteri pun menjawab sudah menanam sekian ribu hektare.
Advertisement
"Saya tanya balik, mana pohonnya? Saya kan orang lapangan, jadi saya pasti mengontrol," ucap Jokowi.
Jokowi menekankan pentingnya keberadaan hutan baru supaya hutan konservasi tidak habis. Keberadaan hutan baru bisa digunakan untuk bangunan dan furnitur.
Menurut Jokowi, tidak perlu menanam 1 juta pohon karena yang penting penanaman dan pemeliharaan dilakukan berkala dan berkelanjutan. Bisa dimulai dengan 2.000 meter persegi dulu tetapi rutin setiap beberapa waktu sekali.
Bandingkan Hutan di Norwegia
Jokowi menceritakan hasil pertemuannya dengan Raja Norwegia 1,5 tahun lalu. Norwegia memiliki kandungan tambang besar, tetapi yang dikembangkan justru kehutanannya.
Kehutanan menjadi satu-satunya sektor yang digiatkan di tengah-tengah keterbatasan lahan negara Skadinavia. Dari hutan pula, negara itu memiliki pendapatan per kapita yang tinggi.
"Mengapa mereka menjadi negara kaya hanya dari hutan saja, ternyata karena dari hulu sampai hilir dikerjakan secara detail, mulai dari penanaman, pemeliharaan, penebangan, dan itu yang kita tidak lakukan," kata Jokowi.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement