Di Tengah Teror Bom Afghanistan, Jokowi Tolak Rompi Antipeluru

Pemerintah Afghanistan menawarkan Jokowi mengenakan romi antipeluru saat berkunjung ke negara itu.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 30 Jan 2018, 15:16 WIB
Diterbitkan 30 Jan 2018, 15:16 WIB
Presiden Jokowi dan Presiden Afganistan Ashraf Ghani
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani merangkul Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) saat menyambut kedatangannya di tengah hujan salju, dalam kunjungan kenegaraan di Istana Presiden Arg, Kabul, Senin (29/1). (Liputan6.com/Pool/Biro Pers Setpres)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo memilih tidak mengenakan rompi anti peluru saat lawatan kenegaraan ke Afghanistan pada Senin, 29 Januari 2018. Padahal, pemerintah Afghanistan sudah menyiapkan rompi anti peluru.

"Itu tadinya disiapkan pengamanan-pengamanan itu. Pas kunjungan itu dia (Presiden) enggak pakai," tutur juru bicara Presiden, Johan Budi, di kompleks Istana Negara, Jakarta, Selasa (30/1/2018).

Jokowi, sambung Johan, ingin menunjukkan kepada dunia internasional bahwa tidak perlu takut terhadap teror dari pihak yang tidak bertanggung jawab. Ia lantas mengingatkan publik ketika Jokowi meninjau lokasi pengeboman di Thamrin tahun lalu.

"Sebenarnya dilarang juga oleh pembantunya (para menteri) untuk hadir, tapi Pak Presiden ingin selalu dekat dengan rakyatnya, ingin menunjukkan bahwa kita tidak boleh takut oleh teror, demikian juga di Afghanistan," terang Johan.

Sebelumnya, pada Senin, 29 Januari 2018, Jokowi nekat mengunjungi Afghanistan. Padahal, ibu kota negara itu baru saja diserang rentetan teror.

Beberapa hari lalu, Kabul diguncang bom mobil menggunakan ambulans. Peristiwa itu menewaskan lebih dari seratus orang.

Lalu pagi kemarin, Jokowi mengatakan, terdengar kabar serangkaian ledakan juga terjadi di Kabul, tak jauh dari sebuah akademi militer. 

 

Umat Islam Korban Terbanyak

Disambut Hujan Salju, Jokowi Tiba di Afghanistan Setelah Ledakan
Presiden Joko Widodo didampingi ibu negara, Iriana saat tiba di Kabul, Afghanistan (29/1). Presiden Jokowi tetap melanjutkan agenda kunjungan kenegaraannya, meski telah terjadi serangan bom di negara tersebut. (Liputan6.com/Pool/Rusman Biro Pers Setpres)

Menurut Jokowi, umat Islam adalah korban terbanyak dari konflik, perang, dan terorisme. Datanya sangat memprihatinkan. Sebanyak 76 persen serangan teroris terjadi di negara Muslim dan 60 persen konflik bersenjata di dunia terjadi di negara Muslim.

"Lebih jauh lagi, jutaan saudara-saudara kita harus keluar dari negaranya untuk mencari kehidupan yang lebih baik dan 67 persen pengungsi berasal dari negara Muslim," kata Jokowi.

Ancaman radikalisme dan terorisme, kata Jokowi, terjadi di mana-mana. Tidak ada satu pun negara yang kebal darinya.

"Apakah kita akan biarkan kondisi yang memprihatinkan ini terus berulang terjadi? Tentu tidak. Kita tidak boleh membiarkan negara kita, dunia, berada dalam situasi konflik," ucap Jokowi.

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya