Tingkatkan Ekspor, Kementan Kian Maju Berbasis Digital

Pemerintah Provinsi Jateng dan Kementan memiliki misi yang sama dalam mendongkrak neraca perdagangan.

oleh stella maris diperbarui 04 Jul 2019, 15:56 WIB
Diterbitkan 04 Jul 2019, 15:56 WIB
Ilustrasi makan mie
Pemerintah Provinsi Jateng dan Kementan memiliki misi yang sama dalam mendongkrak neraca perdagangan.

Liputan6.com, Jakarta Dalam rangka menjalankan perintah presiden untuk meningkatkan neraca perdagangan dengan memacu ekspor komoditas pangan, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman melakukan gebrakan positif. 

Gebrakan itu mulai dari penggunaan teknologi digital dari hulu hingga hilir, peningkatan sumberdaya petani, hingga pengembangan pangan lokal dan kemudahan pelayanan penerbitan izin ekspor. Gebrakan itu pun diacungi jempol oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. 

Hal tersebut terungkap dalam kegiatan Soropadan Expo 2019 yang diselenggarakan di Pusat Pelayanan Agribisnis Petani (PPAP) Soropadan, Magelang, Kamis (4/7) bertemakan, Korporasi Petani dan Integrasi Teknologo Informasi Menuju Petani Semakin Sejahtera.

Dalam acara tersebut, haadir Menteri Amran yang diwakili Direktur Jenderal Hortikultura, Suwandi, beberapa Duta Besar, pelaku usaha pertanian, Forum Koordinasi Pimpinan Provinsi Jateng, penyuluh dan petani.

Ganjar menyebutkan Pemerintah Provinsi Jateng dan Kementan memiliki misi yang sama dalam mendongkrak neraca perdagangan, yakni melalui akselerasi ekspor. Pemerintah Provinsi Jateng memiliki aplikasi Agro Jowo sebagai pasar digital bagi petani dan konsumen.

Sementara Kementan memiliki terobosan berupa aplikasi i-MACE (Indonesian Maps of Agricultural Commodities Export), untuk mengetahui seluruh potensi pertanian berdaya ekspor. Juga menerapkan sertifikat elektronik, sehingga kegiatan ekspor menjadi cepat dan pasar lelang yang membantu petani memasarkan komoditas untuk mendapatkan keuntungan lebih tinggi.

"Saya sepakat dengan Kementerian Pertanian, soal pertanian, soal pangan kita lah yang harus menjadi juara dunianya. Maka kalau neraca perdagangan sudah kami bicarakan dan teknologi sudah disiapkan, tinggal produktivitas yang didorong, kapasitas yang disiapkan dan kontinuitasnya juga dijaga," ujarnya.

Oleh karena itu, Ganjar menekankan Soropadan Expo 2019 ini diharapkan agar menjadi meeting point berkaitan dengan aspek hulu hingga hilir bisa dipelajari di expo ini.

Di aspek hulu yakni belajar tentang teknik budidaya dan teknik menghasilkan komoditas yang berkualiatas. Misalnya, komoditas melon yang ditanam di Pusat Pelayanan Agribisnis Petani (PPAP) Soropadan, Magelang ternyata cepat matang, maka petani akan belajar terkait teknik yang paling baik dengan menghasilkan kualitas yang paling baik.

"Kemudian di aspek hilir, belajar cara memasarkan produk pertanian yang dihasilkan petani. bahkan selain kedua aspek ini, petani dan pelaku usaha berkumpul untuk saling bertukar informasi. Bahkan di sini sudah ada lelang komoditas pertanian. Semua proses ini selalu ada dalam setiap kegiatan Soropadan Expo. Nanti juga ada juga pelatihan untuk anak-anak muda agar bisa berdagang komoditas pertanian secara online," terangnya.

Ganjar menambahkan Soropadan Expo ini pun merupakan momentum yang tepat untuk menitipkan berbagai komoditas pangan lokal unggulan kepada para degelasi agar bisa dipasarkan ke negara-negaranya. Ini merupakan salah satu cara memasarkan produk pangan agar bisa menembus pasar ekspor yang selama ini dirasarakan sulit.

"Besok ada delegasi tour, Wakil Gubernur akan memimpinnya. Kami akan titipi komoditas yang selama ini sulit tembus pasar ekspor. Misal beras hitam ke Australia, kami akan titipi mumpung di sini ketemu. Ini cara dagang kita, titipi untuk bawa ke Australia lalu kita ekspor," ujarnya.

"Presiden Jokowi kan meminta begitu, agar neraca perdagangan surplus, maka ekspor kita pacu. Pak Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman pun membawa misi dalam meningkatkan ekspor yakni akan menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia 2045 dan hari ini kita sudah mulai menggerakannya," pintanya.

Masih ditempat yang sama, Dirjen Hortikultura, Suwandi mengatakan gebrakan pemerintah Provinsi Jateng sangat luar biasa dalam memajukan komoditas pertanian khususnya hortikultura sehingga sesuai dengan slogannya Jateng Gayeng.

Produk-produk unggulan semua kabupaten ditampilkan di Soropadan Expo, pelaku usaha datang baik secara fisik maupun online sehingga produk pertaniannya bisa menggelora, tidak hanya di pasar domestik tetapi juga di pasar ekspor.

"Tentu hal ini sejalan dengan gebrakan yang dilakukan Kementan selama ini. Buktinya di tahun 2018, Kementan berhasil mengekspor 42,5 juta ton dibanding 2013 hanya 33 juta ton sehingga ekspor komoditas pertanian naik 10 juta ton," katanya.

Lebih lanjut Suwandi menyebutkan salah satu kunci meningkatkan volume dan daya saing produk pangan di pasar dunia adalah dengan mengedepankan pangan lokal sebagai komoditas ekspor andalan. Karena itu, masyarakat jangan membeli atau konsumsi pangan impor. Sebab pangan lokal Indonesia termasuk dari Jawa Tengah seperti kedelai dan kopi tidak hanya memiliki kualitas yang bagus, tetapi juga memberikan stamina pada tubuh.

"Ekspor pangan lokal ini kita genjot lebih kencang lagi. Kebijakan pemerintah kita fasilitas baik berupa investasi maupun ekspor kita permudahan dan percepatan pengurusan izin dokumennya. Misalnya komoditas hortikultura kita sudah ekspor ke 113 negara. Jenis komoditas sayuran saja yang dari Provinsi Jawa Tengah yang diekspor sebanyak 32 jenis sayuran. Sentra produksi sayuran pun sudah banyak berkembang di berbagai kabupaten yang ada di Jawa Tengah, seperti tanaman obat tersebar di Karanganyar, Semarang, Temanggung dan banyak sentra komoditas lainnya yang berkembang di Jawa Tengah," sebutnya.

Di sisi lain, lanjut Suwandi, pembagunan pertanian berbasis digital tidak hanya mendata potensi produk pertanian secara online yakni by name dan by address. Namun demikian juga dapat memecahkan masalah selama ini yakni pelaku usaha atau eksportir tidak akan lagi kebingungan dalam mencari pasokan dan petani ingin memasarkan produknya bisa kemana saja karena pelaku usaha sudah menggunakan pasar online, sehingga mempertemukan antara petani dengan pelaku sangat cepat dan efisien.

"Sebanyak 22 star up sudah kami link kan. Hal ini sesuai dengan tema yang diangkat expo ini yakni integasi teknologi informasi menuju petani semakin sejahtera. Kami di Kementan juga memberikan pelayanan online untuk izin ekspor komoditas hortikultura. Ekspor benih dan tanaman hias dulu membutuhkan waktu 13 hari atau 300 jam, tapi sekarang hanya butuh waktu 3 jam, izin langsung terbit," bebernya.

"Ini sesuai arahan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman kami tindak lanjuti dan gerakan-gerakan lainya yang luar biasa dalam mempermudah investasi dan memacu ekspor, dan ujungnya membuat petani semakin sejahtera. Untuk itu, kami minta agar semua komoditas pertanian di Jawa Tengah ini kualitasnya ditingkatkan dan didekatkan dengan pasar," pinta Suwandi.

Wibowo, salah seorang petani tanaman hias asal di Purwokerto yang hadir pada Soropadan Expo ini menyambut baik tekad pemerintah baik pusat maupun daerah untuk memajukan pertanian berbasis teknologi digital. Pasalnya, ia tidak hanya sebagai petani, tetapi juga hingga saat ini menjadi penjual yang memasarkan langsung berbagai tanaman hiasnya secara online.

"Saya sudah tiga tahun membuka market tanaman hias, dengan mengikuti berbagai event dan melalui e-market. Berbagai tanaman hias yang ditawarkan mulai Aglonema, Kaktus hingga Anggrek dan Tanaman Bonsai. Jankauan pasar sudah menembus di luar Jateng, seperti Jawa Timur dan Ibu Kota Jakarta. Kaktus dan Anggrek menjadi komoditas yang banyak diminati konsumen di dua daerah ini," sebutnya.

"Dengan kemudahan yang diluncurkan pemerintah saat ini, ini tentu membuka peluang agar kami bisa pasarkan dengan mudah tanaman hias ke luar negeri," tambah Wibowo.

 

(*)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya