Bandung Tempo Dulu nan Romantis Tecermin di Taman Kardus

Nidiya Valensia, Ocsa Dewi, dan Michael Fernando mendirikan sebuah kafe di Bandung, dengan nama Taman Kardus.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 26 Nov 2017, 08:08 WIB
Diterbitkan 26 Nov 2017, 08:08 WIB
Taman Kardus
Diresmikan pada 28 Oktober 2017, Taman Kardus yang seluas 450 meter persegi terbagi dua, yakni area dalam dan luar. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Liputan6.com, Bandung - Usaha kreatif anak muda di bidang bisnis terus berkembang. Salah satunya dengan memanfaatkan kardus sebagai media dekorasi. Adalah Nidiya Valensia, Ocsa Dewi, dan Michael Fernando yang jeli melirik nilai di balik sebuah kardus tersebut. Mereka mendirikan sebuah kafe dengan nama Taman Kardus.

Kafe yang beralamat di Jalan Sersan Bajuri Nomor 102, Cihideung, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, ini menghadirkan konsep suasana Bandung tempo dulu nan romantis dengan kardus sebagai interiornya. Hal itu terlihat pada desain Gedung Merdeka dan Toko De Vries yang semuanya berbahan kardus.

Tak cukup di situ, suasana Pasar Malam tampak pada salah satu sudut dekorasi kafe. Sedangkan pada bagian lainnya terdapat lukisan panorama Kota Bandung.

Nidiya (23), satu di antara tiga pemilik kafe mengatakan, ide awalnya tercetus ketika ketiganya mengikuti pertukaran pelajar ke Taiwan, beberapa tahun lalu. Saat itu, mahasiswa Universitas Maranatha ini berkunjung ke sebuah tempat rekreasi wisata yang mengambil tema kardus.

Sepulang dari Taiwan, ketiganya lalu merampungkan kuliah. Para desainer interior muda ini pun berharap bisa menghadirkan satu tempat yang unik di Bandung. "Kenapa enggak kita bikin yang kayak di Taiwan, tapi lebih tempat kuliner," ucap Nidiya saat berbincang dengan Liputan6.com, Rabu, 15 November 2017.

Mulai sejak saat itu, Nidiya dan kawannya mencari rumah produksi kardus. Mereka kemudian menjajaki kerja sama dengan Dus Duk Duk, sebuah perusahaan dekorasi dan furnitur berbahan kardus asal Surabaya, Jawa Timur.

"Nah, kita ketemu sama perusahaan Dus Duk Duk. Akhirnya, kita ajak kerja sama dan mereka mau bikin sebuah kafe yang unik," tutur Nidiya.

Menurut Nidiya, penggunaan kardus sebagai interior merupakan upaya mendukung isu lingkungan yang menjadi gaya hidup di era modern saat ini. Selain itu, Dus Duk Duk mengusung konsep ergonomis di mana produknya lebih mengedepankan aspek fungsi atau kegunaan.

Diresmikan pada 28 Oktober 2017, Taman Kardus yang seluas 450 meter persegi terbagi dua, yakni area dalam dan luar. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Dus Duk Duk sendiri merupakan produk dekorasi, furnitur hingga mainan yang dimotori oleh mahasiswa jebolan Institut Teknologi 10 November Surabaya. Dimotori oleh Annger Diri Wiranata, Indra Syamsu, Muhammad Arif Susanto, dan Octianan Dwi Anggara.

Para lulusan jurusan Desain Produk Industri itu memberikan teknik khusus dalam pembuatan kardus. Salah satunya memberikan cairan khusus dibuat untuk membuat kertas kardus lebih tahan lama dan kuat.

Tak mengherankan, bila kursi yang kini dipakai di Taman Kardus bisa bertahan hingga dua tahun. "Untuk kursi yang kecil bisa menahan beban sampai 180 kilogram. Sedangkan yang agak besar bisa sampai 300 kilogram," Nidiya menambahkan.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

 

Kardus Tipe AA

Taman Kardus
Diresmikan pada 28 Oktober 2017, Taman Kardus yang seluas 450 meter persegi terbagi dua, yakni area dalam dan luar. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Kardus yang digunakan Taman Kardus adalah tipe AA. Jenis kardus ini adalah kelas tertinggi dan relatif baru di Indonesia. Salah satu kelebihannya, yaitu kedap air.

"Setidaknya perawatan kardus dilakukan satu bulan sekali, terutama pada bagian lapisan luar diganti," ujar Nidiya yang juga marketing Taman Kardus.

Selain itu, pemasangan kursi sangat mudah. Caranya, mirip dengan menyusun bongkar pasang pada mainan. "Waktu dibawa dari Surabaya ke Bandung itu satu truk penuh. Kita cuma lima hari memasangkan kardusnya sudah jadi," tutur Nidiya.

Karena sifat kardus yang mudah digeser dan dipindahkan, kafe ini sebenarnya bisa berfungsi sebagai tempat pelatihan hingga pameran.

"Jadi nanti ke depannya kita bikin kegiatan workshop kardus dan bisa jadi artspace juga. Tempatnya secara keseluruhan bisa memuat hingga 150 orang," ucapnya.

Meski begitu, kardus tipe AA sangat sensitif dengan noda. Karena itulah instalasi kardus ditempatkan secara indoor.

"Supaya lebih terjaga. Karena tempatnya juga jadi incaran buat foto-foto," katanya.

Merawat Hutan Pinus

Taman Kardus
Diresmikan pada 28 Oktober 2017, Taman Kardus yang seluas 450 meter persegi terbagi dua, yakni area dalam dan luar. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Diresmikan pada 28 Oktober 2017, Taman Kardus memiliki area seluas 450 meter persegi. Tempat ini terbagi menjadi dua area, yaitu area dalam dan luar. Masing-masing memiliki keasyikannya tersendiri.

Satu kesamaan unik dari dua bagian tempat ini, yaitu tetap mempertahankan pohon pinus yang menjulang di antara bangunan. Pohon-pohon itu tetap berdiri kokoh dan justru mempercantik lokasi Taman Kardus.

"Kita ingin konsepnya natural. Tadinya tempat ini hutan pinus kemudian dibikin jadi Taman Kardus biar orang datang ke sini bisa merasakan wisata alamnya," ujar Nidiya.

Kolaborasi kardus dan hutan pinus ini selain mengundang orang untuk berfoto juga mengingatkan bahwa lingkungan berpotensi menghasilkan sesuatu yang bernilai seni. "Dari adanya Taman Kardus ini kita ingin memperkenalkan bahwa kardus yang tadinya biasa saja bisa jadi karya seni," ia menegaskan.

Berbicara soal makanannya, harga dijamin ramah di kantong. Aneka minuman seperti kopi, teh jus mulai berkisar di harga Rp 20 ribu. Untuk makanan ringan dan berat tersedia semua.

"Nanti ke depannya ada makanan baru yang lebih banyak pilihannya," ujarnya.

Selain itu, Taman Kardus akan membuka cabang ke kota lain. "Ke depan ada kesempatan buka cabang. Temanya kita sesuaikan dengan ciri khas di kota tersebut," Nidiya memungkasi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya