Niat Berobat Jantung, Pengemudi Bentor di Aceh Malah Terdeteksi Covid-19

Pengemudi becak motor berinsial SN (56), warga salah satu gampong di Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat, Aceh, masuk dalam daftar pasien Covid-19 setelah dirinya menjalani tes swab ketika akan mengobati sakit jantungnya.

oleh Rino Abonita diperbarui 25 Agu 2020, 12:00 WIB
Diterbitkan 25 Agu 2020, 12:00 WIB
Tim Medis Swab Tes Pegawai Kecamatan
Petugas medis mengambil sampel lendir saat tes usap (swab test) pegawai kecamatan Sawah Besar, Jakarta, Selasa (18/8/2020). Tes swab yang dilakukan terhadap seluruh pegawai kecamatan Sawah Besar itu sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran Virus Corona Covid-19. (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Aceh - Pengemudi becak motor berinsial SN (56), warga salah satu gampong di Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat, Aceh, masuk dalam daftar pasien Covid-19 setelah dirinya menjalani tes swab ketika akan mengobati sakit jantungnya. Kini SN tengah menjalani perawatan di rumah sakit provinsi.

SN sehari-hari mangkal di depan RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh, dan belakangan terpaksa harus masuk rumah sakit tersebut karena penyakit jantung. Dari RSUD Cut Nyak Dhien, dokter terpaksa merujuknya ke rumah sakit di sentral provinsi.

"Beliau tujuannya berobat jantung, dirujuk dari rumah sakit kita ke Banda Aceh untuk operasi pemasangan ring. Sekarang, kan, untuk masuk RSU Zainoel Abidin harus di-swab, terjaringlah, terkonfirmasi positif," terang Petugas Sekretariat Tim Gugus Percepatan Penanggulangan C-19 Aceh Barat, Irsadi Aristora, kepada Liputan6.com, Senin malam (25/8/2020).

SN masuk dalam daftar kasus Covid-19 terbaru dari total 6 kasus positif yang terhitung sejak Maret lalu di kabupaten itu. Sebelumnya, seorang dokter spesialis yang sehari-hari bertugas mengurusi masalah Covid-19 juga teridentifikasi positif.

"Sebenarnya ada 8 kasus. Sebanyak 2 kasus, lokasinya ditarik ke daerah mereka masing-masing. Satu kasus yang di Ujong Drien, Meureubo, beliau ditarik kasusnya ke Depok. Awal Agustus, di akhir Juli kemarin, satu kasus ditarik ke Jakarta Barat, karena beliau belum sempat ke mari, terjaring swab di Unsyiah," terang Irsadi.

Sementara itu, semenjak kasus satu dokter di RSUDCND positif C-19, seratusan tenaga medis telah mengambil inisiatif mengajukan diri isolasi mandiri. Menurut Irsadi, jauh hari telah muncul kecurigaan di internal petugas bahwa dokter tersebut positif semenjak seorang pasien meninggal dunia, tetapi tidak sempat menjalani tes swab.

Pasien tersebut sempat menginap dan mendapat perawatan selama satu hari. Malam harinya, pasien yang belum jelas apakah statusnya apakah positif atau tidak ini pun meninggal dunia.

"Jadi, menurut analisis dokter dan kawan-kawan medis, orang-orang yang berdekatan dengan beliau, dianggap harus diisolasi," ujarnya.

Terdapat empat ruang pelayanan yang sejumlah petugasnya menjalani isolasi mandiri, yakni, laboratorium, rontgen, cuci darah, dan Unit Gawat Darurat (UGD). Dokter yang terkonfirmasi positif Covid-19 tersebut selama ini juga aktif di laboratorium.

Beberapa hari lalu, sempat beredar kabar bahwa aktivitas di rumah sakit tersebut mandek di mana aktivitas pelayanan menjadi terbatas, namun, Irsadi menepisnya. Kata dia, yang terjadi sebenarnya hanya pengalihan dua ruangan, yakni, laboratorium dan radiologi.

"Pelayanan masih dilakukan, cuma dibatasi jumlah kunjungan. Ada dua layanan yang dialihkan. Untuk laboratorium dialihkan ke Lab Kesda, kemudian, untuk radiologi, rontgen dialihkan ke ruang pinere tempat rawat C-19. Satu, lagi, untuk ruang cuci daerah, petugasnya, karena kita hire dari luar, mereka bersedia kalau pakai Alat Perlindungan Diri (APD)," terang dia.

Simak juga video pilihan berikut ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya