Liputan6.com, Cilacap - Hujan deras yang turun di wilayah Cilacap beberapa hari terakhir mengakibatkan sejumlah desa di dua kecamatan di Kabupaten Cilacap kembali terendam banjir.
Dua kecamatan tersebut yakni, Kecamatan Kroya dan Maos. Di dua kecamatan tersebut ada empat desa yang terendam, yakni Desa Mujur Lor, Kedawung, dan Sikampuh di Kecamatan Kroya serta Desa Karangreja di Kecamatan Maos.
“Ya, ada yang kembali terendam. Tapi tidak sebesar yang kemarin,” ucap Kepala Pelaksana Harian (Lakhar) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap, Tri Komara Sidhy, Senin (16/11/2020).
Advertisement
Baca Juga
Nyaris serupa dengan banjir awal November, banjir di Cilacap kali ini juga disebabkan oleh luapan Sungai Terusan. Selain itu, ada pula kiriman air dari Kali Mujur usai turun hujan intensitas tinggi. Sementara, dua kecamatan ini berada di dataran rendah.
Dia menjelaskan, meski tak sebesar banjir sebelumnya, akan tetapi tetap saja ada keluarga yang mengungsi. Di desa Kedawung Kecamatan Kroya, terjadi genangan di pemukiman RT 01 RW 07 dengan ketinggian air mencapai 60 sentimeter.
“Warga terdampak 4 kk 13 jiwa, jumlah pengungsi 4 kk 13 jiwa bertempat di rumah tetangga,” kata Komara.
Di Desa Sikampuh, banjir merendam pemukiman RT 31,33,34 RW 03 dengan ketinggian 60 sentimeter. Di desa ini, sebanyak 17 keluarga yang terdiri dari 50 jiwa terdampak. Namun, tidak ada pengungsian di desa ini.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Antisipasi Klaster Pengungsian
Adapun di Desa Mujur Lor ketinggian genangan di pemukiman RW 2, 3, dan 4 Dusun Pecangakan, mencapai 50 sentimeter. Jumlah keluarga terdampak mencapai 38 KK. Jumlah pengungsi mencapai empat KK yang terdiri dari 28 jiwa.
“Tempat pengungsian di MI Muhammadiyah Mujur Lor 4 kk 15 jiwa, terdapat satu balita,” dia mengungkapkan.
Adapun di Desa Karangreja Kecamatan Maos, ketinggian air mencapai 60-80 sentimeter. Jumlah warga terdampak mencapai 86 KK dan jumlah pengungsi mencapai sembilan keluarga dengan jumlah mencapai 28 jiwa.
“Mengungsinya di rumah tetangganya,” ujarnya.
Untuk mengantisipasi munculnya klaster pengungsian, BPBD menyediakan tempat pengungsian lebih banyak dari kondisi normal. Selain itu, tempatnya juga lebih luas.
Dia pun mengakui, BPBD kesulitan menerapkan protokol kesehatan, terutama jaga jarak. Karenanya, koordinasi dengan lintas sektoral akan diperkuat agar warga taat protokol kesehatan demi mencegah penularan Covid-19 dan meminimalisir risiko munculnya klaster pengungsian.
“Kemarin saja, ya, yang namanya masyarakat, dipisah di rumah terpisah saja sulit. Istilahnya, mereka inginnya berdempetan, satu keluarga berkumpul. Kemarin, banjir kita ada masalah protokol kesehatan,” katanya, Kamis (12/11).
Advertisement